Butiran air yang ditumpahkan oleh langit tak juga berhenti sejak malam. Kompak sekali dengan seorang gadis yang air matanya menyungai di pipi bulatnya. Entah sudah berapa jam dirinya menangis di kamarnya, duduk di ranjang sambil memeluk lututnya meski sesekali tangannya menghapus liquid basah di wajahnya.
"Gue cinta banget sama elo Kak..."ucapnya lirih dengan perasaan tersangat dalam
Hari semakin siang dan kebetulan adalah hari minggu jadi dirinya tidak harus ke sekolah dan hanya menikmati kesendirian di dalam kamarnya.
Di luar sana hujan tak jua reda. Sang gadis menatap jendelanya yang masih tertutup gorden. Dia bangun dari ranjangnya dan berjalan ke arah jendela, menarik pinggiran gorden untuk menyaksikan seberapa kuatnya langit menjatuhkan tetesan air sejak semalam.
"Hujan, kenapa selalu hujan?"
"Kak Bevan suka banget sama hujan. Gue jadi suka hujan gara-gara lo kak. Tapi sekarang gue benci hujan."
Gadis itu menyandarkan tubuh kecilnya di tempok dengan matanya tak beralih dari celah cahaya jendela.
"Saat lo pergi ke Jepang hujan kan, Kak. Pas gue nyatain perasaan gue ke elo hujan deres sampai elo bilang gak denger semua yang gue omongin. Sekarang, gue harus sakit hati juga pas hujan. Hahaha, gini amat kisah cinta gue ya Allah."
***
"Ck, cewek kalo lagi patah hati kerjaanya ngebo ya!" Celetuk seseorang yang masuk kamar dan menatap bulatan manusia yang tengah tertidur nyenyak.
Juna, ya orang itu adalah Juna. Cowok yang seharian kemarin tak menghubungi sahabatnya yang tengah terluka hatinya. Juna sengaja memberi kesempatan untuk gadis itu meluapkan semua emosi dan amarah yang mendobrak relung hatinya
"Kebo, bangun Lo! Mau sekolah gak Lo? Udah siang ini!"
Juna lalu menarik selimut Jasmine, dan menepuk pipi bakpao gadis itu tapi tetap aja matanya terpejam erat. Juna pun akhirnya mengangkat tubuh mungilnya di atas bahunya, berasa ngangkut karung beras. wkwkwkwk
Juna membawanya keluar kamar dan memasuki kamar mandi yang berada di seberang kamar tidur.
"Aaaaaaa, dingin banget!" teriak si gadis yang sangat terkejut saat badannya mendapat guyuran air dari gayung mandinya.
"Juna!! Lo gila ya!"
"Heh, lo yang gila Jasmine. Gak nyadar sekarang hari apa? Lo amnesia kalo lo sekolah hari ini, mana jam paginya Pak Jamal lagi."
Setelah perdebatannya, Juna meninggalkan Jasmine di kamar mandi dan berjalan menuju meja makan.
Terlihat Bibi sudah menyiapkan sarapannya."Terima kasih ya nak. Untung kamu bisa datang ke sini pagi-pagi. Bibi gak tega mau bangunin Jasmine. Sejak malam minggu dia murung di kamar."
Bibi menghela nafasnya berat seolah menahan sesak di dada"Iya Bi. Juna paham kondisinya Jasmine sekarang. Tapi Bibi tenang aja, Jasmine bakal ceria lagi kok. Siapa sih cewek yang gak terpesona sama Juna Bi. Ganteng, iya. Pinter, iya. Sixpack, iya. Perfecto Bi."
Mereka saling tertawa dalam obrolan receh yang selalu Juna lontarkan.
"Lo ke sini pagi-pagi buta cuma ganggu gue tidur sama numpang makan. gak cuma ngeselin tapi nyusahin aja lo, Jun." Cerocos Jasmine sambil mendudukkan dirinya di meja makan.
Wajahnya terlihat segar meski matanya masih tampak sedikit bengkak akibat menangis seharian, atau bahkan sehari semalam.
"Baru kali ini gue mandi jam 5 pagi, kalo gue hipotermia mau lo tanggung jawab?"
Juna hanya terkekeh,"Ya kalo lo hipotermia, kan tinggal gue peluk dengan penuh kehangantan."
"Ckk. gak waras lo, Jun."
"Yey, elo tuh yang gak waras. Anak gadis mana yang betah ngebo mana ileran lagi. Yang ada cowok-cowok kabur liat lo. masih mending gue betah jadi temen lo selama ini."
Juna menoyor kening Jasmine pelan dengan jari telunjuknya.Bibi yang menyaksikan keributan kecil di meja makanya hanya tersenyum manis. Bibi berharap kedua anak manusia di depannya akan selalu bersama dan saling menjaga satu sama lain
***
Sesampainya di sekolah, Jasmine merasa tak bersemangat. Juna tetap mengeluarkan hal-hal receh dari mulutnya untuk menghibur Jasmine. Tapi tetap saja Jasmine hanya mengabaikan setiap tingkah sahabatnya itu.
"Selamat pagi anak-anak. Tutup buku kalian karena pagi ini Ulangan Matematika Wajib!" Teriak seorang guru dengan tegasnya ditambah wajah kakunya yang membuat siapapun takut.
"Loh pak. Kok mendadak?" Tanya salah seorang siswa penuh keberanian.
Siswa lainnya hanya diam dan menahan rasa takut saat berhadapan dengan guru di kelasnya ini.
"Bukankah saya bilang, Ulangan selalu mendadak jadi kalian harus rajin belajar di rumah!" Teriak sang guru menggemparkan seluruh isi ruangan kelas.
"Tttaaapiii Pak..."
"Kalo ada yang protes saya kasih nilai NOL dan wajib mengerjakan remidi 100 soal!"
Pada akhirnya semua siswa hanya menurut dan tak berani membantah setiap kata yang dilontarkan si guru paling killer, guru matematika wajib yang mematikan.. Pak Jamaludin Cahyo Wibowo Ph.D
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Forever Rain
FanficPerjuangan Jasmine mendapatkan cinta Bevan yang merupakan kakak sahabatnya sendiri yaitu Juna dan selama 5 tahun lamanya dia tak kenal lelah untuk menaklukkan Bevan. Sampai suatu hari Randy, teman masa kecilnya datang dan menyatakan cinta pada Jasmi...