Juna tampak sibuk di dalam kamar, tepatnya di meja belajarnya. Dia termasuk murid paling pintar di kelasnya . Ralat. Juna adalah golden student di sekolahnya. Pintar dan jago olahraga. Oh, jangan lupakan keahliannya dalam melukis dan suaranya yang merdu saat bernyanyi.
Tidak heran banyak gadis jatuh cinta padanya, kecuali kakak kelasnya yang susah digapai. Ya, Luna."Belajar apa Lo, Jun?" tanya Bevan memasuki kamar adeknya sambil membawakan susu pisang kesukaan Juna.
"Ini kak, lagi buat rangkuman sama pembahasan soal buat Jasmine. Minggu depan bakalan ada ujian. Tuh bocah mana pernah belajar, di kelas aja hobinya ngebo." Jelas Juna yang langsung menyeruput sekotak susu pisang di mejanya
"Hahaha, Jasmine emang gak pernah berubah ya. Kakak inget pas masih SD tuh anak sampai kena omelan gurunya karena tiap hari kerjaannya tidur. Haha!"
"Lo bener kak, gak tahu kapan tuh bocah mau berubah jadi anak rajin."
"Jun, Lo suka sama Jasmine?"
"Kak, Lo udah tahu jawabannya kan. Jangan buat gue kesel dan berakhir nonjok muka lho kayak dulu."
"Jun, gue gak suka Jasmine. Udah gue bilang, dia udah gue anggap kayak adek gue sendiri, kayak elo. Sayangnya gue ke Jasmine gak beda jauh sama sayangnya gue ke elo, Jun."
"Kak, Lo ternyata gak segenius yang gue kira. Lo bakalan ngerti gimana besarnya cinta Jasmine saat lo sadar."
Bevan terdiam dan memandang adiknya yang juga sedang menatapnya serius. Juna sedang dalam mode serius. Bevan paham dan tahu gimana Juna yang selalu menomorsatukan Jasmine melebihi dirinya yang notabene adalah kakaknya.
Setiap membicarakan gadis itu, Juna akan serius. Dia tak akan segan menghajar siapapun bahkan Bevan sekalipun jika menyakiti dan membuat Jasminenya menangis
"Jun, maafin kakak yang gak bisa nerima perasaan Jasmine. Kakak gak cinta dan udah ada Wendy, calon istri kakak dan calon kakak iparmu."
Bevan beranjak pergi tetapi tangannya ditarik oleh Juna. Kini mereka saling berhadapan dan Juna berdiri sambil memberi smirk kepada kakaknya yang beda 5 tahun itu.
"Sorry kak, gue ralat! Bukannya gak bisa tapi belum bisa dan satu lagi, Wendy belum terjamin jadi istri lo karena bagi gue cuma Jasmine yang bakal gue panggil kakak ipar."
Juna melepas tangan kakaknya dan berjalan keluar melewati kakaknya yang masih terdiam di tempat.
Yaa. Juna akan selalu mendukung kisah cinta sahabatnya itu. Dia akan mewujudkan mimpi Jasmine untuk menikahi Bevan, kakaknya.
Bevan mengepalkan tangan menahan amarah karena Juna selalu memaksanya mencintai gadis yang tak bisa ia cintai. Bahkan selama ini Bevan tak pernah memandang Jasmine sebagai seorang gadis melainkan anak kecil yang manja dan kekanak-kanakkan.
***
Jasmine kembali bersekolah dengan penuh keceriaan. Pagi itu dia berangkat tanpa jemputan Juna. Semalam sahabatnya berkirim pesan bahwa tidak bisa menjemputnya karena sedang sakit, mungkin karena hujan kemarin.
"Kak Bevan!" Teriak Jasmine saat mendapati Bevan yang baru saja keluar dari mobilnya.
"Kak. Gimana kondisi Juna? Sakit demam yaa? Flu? Mesti gara-gara hujan kemarin. Tuh bocah sok kuat sih."
"Oya kak, nanti siang gue mau nengok Juna. Boleh kan kak bareng gitu pulangnya, hehe."
Jasmine terus saja berbicara tanpa henti dan tiba-tiba dia terkejut tatkala bahunya dipegang oleh Bevan.
"Lo! Bisa diem gak? Berisik! Minggir, gue ada kelas pagi!" Teriak Bevan terdengar menyakitkan.
Jasmine benar-benar terkejut. Kak Bevan gak pernah ngomong kasar dan memarahinya.
Jasmine berlari mengejar Bevan dan berencana meminta maaf jika sekiranya dia ada salah. Ya, pasti dia membuat Bevan kesal, pikirnya
"Kak, Kak, tungguin gue kak. Hosh hos hosh." Jasmine akhirnya bisa menyusul Bevan meski kehabisan nafas, dia jarang berolahraga akhir-akhir ini
"Kak, gue gue minta maaf kalo salah. Maaf bangett kak!" Ucap Jasmine menyatukan kedua tangannya di depan dadanya.
"Minggir. Lo ngalangin jalan gue. Jangan panggil gue Kak, karena sekarang gue adalah guru di sini."
"Tapi kak....." Jasmine merasakan sesak tiba-tiba, butiran bening bersiap keluar dari pelupuk matanya. "Gue cinta lo kak. Sekali aja anggap gue ada di mata lo kak, di hati lo kak."
Bevan tersenyum sinis,"Sorry, lo gak ada artinya di kehidupan gue apalagi di hati gue. Jangan harap gue bakalan nerima perasaan lo. Selama ini gue baik sama lo, karena lo sahabat adek gue."
"Kak.. gue cinta sama lo kak.. Lo gak serius ngomong kayak gitu kan kak.. "
"Sayangnya gue serius dan gue peringatin, jauhi gue. Gak usah maksain cinta lo buat gue. Muak gue lihat muka lo!"
Bevan bergegas pergi meninggalkan Jasmine yang kini menutupi wajahnya. Yaa, dia menangis. Untuk kesekian kalinya, Jasmine merasa hatinya tersayat. Kesekian kalinya Bevan membolak-balikkan hatinya. Jika kemarin dia merasa berbunga-bunga, kini semua bunga di hatinya mati tak bersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Forever Rain
Fiksi PenggemarPerjuangan Jasmine mendapatkan cinta Bevan yang merupakan kakak sahabatnya sendiri yaitu Juna dan selama 5 tahun lamanya dia tak kenal lelah untuk menaklukkan Bevan. Sampai suatu hari Randy, teman masa kecilnya datang dan menyatakan cinta pada Jasmi...