Jasmine kehilangan fokusnya selama pelajaran. Beruntung hari ini tidak ada mata pelajaran Bahasa Inggris. Dia memandang bangku kosong di sampingnya, sahabatnya yang selalu bersamanya semenjak SD. Mereka selalu berbagi meja di kelas. Meski keduanya berbeda dari segala aspek, Juna yang jadi andalan sekolah sedangkan Jasmine bisa dikatakan beban kelasnya karena malas dan selalu tidur saat pelajaran berlangsung
"Jasmine!" Teriak Bu Ambar, guru Biologi yang membuat gadis itu tersadar dari lamunannya. Tepatnya sedari tadi dia hanya bengong, ya Jasmine seakan kehilangan jiwanya. "Dari tadi kamu tidak memperhatikan saya yaa!"
"Maaf bu, saya sedang kurang sehat."Balas Jasmine singkat
Teman-teman sekelasnya langsung mencibir dan berbisik-bisik dan Jasmine sudah kebal, malas mendengarkan segala ocehan sampah itu.
"Tok. Tok. Tok!" suara ketukan pintu yang tak tertutup, seorang lelaki tua yang berusia 40 tahunan datang bersamaan dengan seorang murid yang memakai seragam berbeda dari seragam yang dikenakan oleh siswa sekolah Jasmine
"Permisi Bu Ambar, mohon maaf mengganggu jam mengajarnya."
"Oh, Pak Dito. Silakan pak, ada keperluan apa ya?"
"Ini bu. Saya bawa murid baru, pindahan dari Yogya."
Lalu Bu Ambar mendekati si murid dan mengobrol sebentar dengan Pak Dito sampai akhirnya Guru Olahraga itu pamit meninggalkan kelas.
Sebelum benar-benar pergi, Pak Dito berbalik dan memanggil gadis paling pojok yang kembali melamun.
"Jasmine! Sore nanti ada latihan voly. Bapak harap kamu datang karena 2 bulan lagi ada Turnamen Nasional!"
Jasmine kembali dikejutkan dengan suara tegas Pak Dito. Selama ini Jasmine menyukai voly dan memutuskan bergabung dengan ekskul voly. Meski banyak siswa mengejeknya pendek, tapi kemampuan voly Jasmine memang sudah tidak diragukan.
"Siap pak!" Jasmine tersenyum senang karena sudah sebulan lebih dia tidak bisa bermain voly akibat cedera pada sikunya.
Bu Ambar lalu mengenalkan si murid baru di depan kelasnya. Tiba-tiba kelas hening karena baik cowok maupun cewek seakan terpesona dengan manusia seusianya yang kini tengah jadi pusat perhatian.
"Kenalin nama gue Randy, asal Yogya."
Singkat. Padat. Jelas..Wajahnya begitu angkuh, datar dan dingin. Tak secuilpun senyuman terukir di bibirnya.
"Baiklah Randy, kamu bisa duduk di kursi yang kosong."
Cowok yang berbadan tinggi itu berjalan ke arah Jasmine dan tanpa mengucap sepatah kata, dia langsung duduk dan meletakkan kepalanya di atas meja dengan kedua tangannya yang dijadikan bantal.
"Bu! Ini kan meja Juna. Kalo anak ini duduk di sini, Juna duduk mana bu? Saya gak mau semeja dia bu.!"
Jasmine berdiri dan berucap agak keras. Dia sangat kesal dan tak hentinya menggerutu."Sudahlah Jasmine. Gak usah ribut! Lagian Juna gak masuk hari ini. Besok kalian yang bagi mejanya. Ibu gak mau ambil pusing masalah sepele kayak gitu.
"Tapi bu...!"
Akhirnya Jasmine menyerah dan dia berharap besok Juna akan masuk sekolah dan mengusir cowok disampingnya itu.
***
Jasmine bergegas mengganti seragamnya dan segera ke lapangan voly. Setelah jam pelajaran terakhir usai, dia berlari keluar kelas, tak mempedulikan gimana cewek-cewek di kelasnya sedang bergosip tentang murid baru.
"Hey, girls. Maaf gue telat!"
Jasmine mengampiri timnya yang disambut oleh pelukan hangat.
"Gimana kondisi lo sekarang? Cedera lo gak parah kan?" Tanya Siska memegang siku kanan Jasmine dan mengelusnya pelan.
"Aman, terakhir gue ke dokter katanya udah boleh maen voly, cuma kalo buat nyemash wajib ati-ati, hehehe."
Merekapun segera melakukan pemanasan sebelum latihan. Jasmine senang setidaknya dia bisa mengurangi rasa sakit hatinya karena Bevan memarahinya tadi pagi ditambah rasa sepi tanya sosok Juna, sahabatnya yang selalu menjahilinya dan membuatnya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Forever Rain
FanfictionPerjuangan Jasmine mendapatkan cinta Bevan yang merupakan kakak sahabatnya sendiri yaitu Juna dan selama 5 tahun lamanya dia tak kenal lelah untuk menaklukkan Bevan. Sampai suatu hari Randy, teman masa kecilnya datang dan menyatakan cinta pada Jasmi...