Selamat membaca!
Jika ada kesalahan pada penulisan, tolong beritahu kami. Terimakasih.
───────────────────────
Jaemin menghabiskan waktunya di rumah sakit hingga malam hari. Saat ini ia tengah dalam perjalanan pulang setelah puas menemani Jeno. Jaemin merasa sangat senang sampai terus menerus menunjukkan senyuman manisnya. Ia terkekeh kecil, kemudian berhenti dan tersadar atas apa yang ia lakukan.
"Gue kenapa sih?" tanyanya pada kesunyian dalam mobil. Namun beberapa detik kemudian Jaemin malah tertawa.
Setelah beberapa menit dalam perjalanan, Jaemin akhirnya sampai. Ia memasukkan mobilnya ke dalam garasi rumah, setelah selesai ia pun berjalan keluar garasi dengan senyum yang tak hilang dari wajahnya.
Langkah kaki Jaemin terhenti, ia menatap terkejut ke arah Winter yang berdiri di depan pintu rumahnya sambil menundukkan kepala.
"Winter, kamu disini?" Winter seketika mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Jaemin. Jaemin bisa melihat mata cantik gadis itu sembab.
"Jaemin..." Winter berucap lirih. Jaemin hanya diam dan hanya menatap kekasihnya itu dengan bingung. "Jeno itu siapa kamu?" Winter kembali bersuara namun Jaemin tetap saja diam enggan untuk menjawab.
"Jeno siapa kamu, Jaemin?!" Winter sedikit meninggikan suaranya, ia menatap tepat pada mata indah milik Jaemin.
"Temen."
"Temen?" Winter bertanya diiringi kekehan kecil. "Temen macam apa yang ciuman kaya tadi, Na Jaemin?!" Jaemin lagi lagi hanya terdiam tanpa menjawab apa - apa.
Winter menghela nafas kasar, ia mungkin paham hubungan apa yang terjalin diantara Jeno dan kekasihnya.
"Aku gak mau maksa kamu. Kalo kamu masih mau kita pacaran, aku bakal disini sama kamu selamanya. Tapi kalo kamu udah gak mau kita sama - sama lagi, besok aku bakal pergi dan ga akan pernah balik ke sini lagi." Ujar Winter.
Jaemin terdiam, dia tidak tau harus bagaimana. Winter sudah datang jauh - jauh hanya untuk menemuinya, tapi ia malah mengecewakan gadis itu. Jaemin saat ini merasa bersalah. Bagaimana bisa dia menyakiti kekasihnya? Winter itu baik, selama berpacaran pun ia tidak pernah meminta hal yang macam - macam. Tapi mau bagaimana pun Jaemin tidak bisa membohongi perasaannya, ia sudah tidak lagi memiliki perasaan pada Winter.
"Maafin aku." Jaemin semakin menunduk. Winter tak lagi bisa menahan air matanya, ia menangis.
"Gapapa, Jaemin." Winter menatap Jaemin dengan senyum yang terlihat dipaksakan. Jaemin mengangkat kepalanya, balas menatap Winter. Jaemin terenyuh, ia semakin merasa bersalah pada gadis dihadapannya ini.
"Kalo gitu aku pulang, ya? Besok aku udah gak disini lagi dan ga akan pernah ketemu sama kamu lagi. Semoga kamu baik - baik aja, ya." Winter berucap lirih, "maaf Jaemin, kita selesai." Lanjutnya menepuk bahu Jaemin kemudian pergi dari sana.
Jaemin membalikkan badannya, menatap langkah Winter yang semakin menjauh dari pekarangan rumahnya. Ia tidak mengerti tentang apa yang ia rasakan saat ini. Kecewa, sedih, marah, senang dan lega? Jaemin merasakan itu semua disaat yang bersamaan.
Saat Winter sudah menghilang dari pandangannya, mata Jaemin mulai berkaca - kaca. Ia ingin menangis, namun ia paham tidak akan ada yang bisa di ubah. Jaemin sadar, hatinya bukan lagi untuk Winter melainkan untuk orang lain.
Jaemin masih berdiri disana, memikirkan tentang hal yang terjadi hari ini. Otaknya mengatakan bahwa apa yang dilakukannya salah, tapi hati Jaemin malah berkata sebaliknya. Suara mesin mobil yang memasuki garasi menyadarkan lamunan Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
BASTARD - NOMIN
FanfictionJeno merupakan siswa paling ditakuti di sekolah. Melakukan pembullyan terhadap murid - murid lemah adalah hobinya. Sampai pada suatu hari seorang siswa baru mencoba menantang Jeno. Jeno cukup frustasi dalam menghadapi kelakuan siswa baru yang terus...