BAB XIII

88 3 2
                                    

Kini Zilah sedang di dalam kamar, ia duduk di dekat jendela, dan melihat burung-burung tengah berkicau.

"Bahkan hewan pun menemukan cintanya" gumam Zilah

Zilah pun bangkit dari tempat duduknya lalu pergi ke meja belajarnya dan mengambil buku hariannya. Dan ia mulai menulis sesuatu.

***

Di lain sisi, Farez yang berada di dalam kamar sedang asik bermain game di ponsel miliknya.

"Anjr-lah"

"Wehh ga bisa gitu dong"

"Ga guna bat punya temen"

"Ah elah kan kalah"

Celotehnya Yah, Farez tengah bermain game mobil legend, game yang sedang hits itu.

"Gue jadi kepikiran ucapan si Nila di sekolah tadi, tapi- "

"Anak Bunda ngapain ngomong sendiri gitu?" ucap seseorang yang kini berada tepat di depan pintu kamar Farez.

"Eh- Bunda, anu itu-" jawab Farez kikuk

"Itu?itu apa?coba cerita sama Bunda" ucap Bunda

"Emang bener ya bunda, pacaran itu dilarang sama agama?" tanya Farez

"Anak Bunda tiba-tiba nanya soal ini?kamu lagi suka sama seseorang yah?" goda sang Bunda dengan menaik turunkan alisnya.

"Ck engga, orang Farez cuman nanya doang" elak Farez

"Bener?kalo emang bener kamu lagi suka sama seseorang,  mending kamu buang rasa suka itu" ucap Bunda

"Di buang?" beo Farez

"Iyah karena, rasa suka itu nantinya bakal memicu zinah-"

"Zinah?bukannya kata Bunda kalo zinah itu berhubungan intim?" tanya Farez

Bunda tidak menyangka jika anaknya itu masih sangat polos soal larangan agama, namun meski begitu Bunda dengan sabar mengajarinya perlahan-lahan.

"Anak Bunda yang gantengnya kabangetan, zinah bukan cuman itu aja, ada banyak banget, tapi Bunda bisa jelasin yang sering kita lakuin tanpa kita sadari, semisal kamu melihat lawan jenis kamu terlalu berlebihan itu udah termasuk zinah-"

"Lah ko gitu Bunda,kan cuman ngeliat aja, masa zinah?" ucapan Bunda terpotong oleh perkataan Farez

"Iya itu namanya zinah mata dan begini hadist nya

باللمم مما قال أبو هريرة إن النبي {صلى الله عليه وسلم} قال إن الله كتب على ابن آدم حظه من الزنا أدرك ذلك لا محالة فزنا العينين النظر وزنا اللسان النطق والنفس
تمنى وتشتهي والفرج يصدق ذلك أو يكذبه

Artinya, “Hadits pertama dari Abdullah bin Abbas RA, ia berkata bahwa aku tidak melihat sesuatu yang lebih mirip dengan ‘kesalahan kecil’ daripada hadits riwayat Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah telah menakdirkan anak Adam sebagian dari zina yang akan dialaminya, bukan mustahil. Zina kedua mata adalah melihat. Zina mulut adalah berkata. Zina hati adalah berharap dan berkeinginan. Sedangkan alat kelamin itu membuktikannya atau mendustakannya,’” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud).

"Ohh gitu terus apalagi Bun?"

"Terus kalo kamu menggang tangan lawan jenis kamu nih,itu juga termasuk zinah" ucap sang Bunda.

"Astagfirullah" Farez refleks mengucapkan itu karena dia teringat sesuatu, sang Bunda yang mendengar itu mengerutkan keningnya.

"Astagfirullah?ah jangan bilang kamu pegang-pegang anak cewek tanpa Bunda tau?" ucap Bunda dengan tatapan mengintimidasi

"Anu- itu em- Farez mau ngerjain tugas sekolah" ucap Farez mengalihkan pembicaraan.

"Ck, udah terciduk masih mau ngeles" ucap Bunda memutar bola matanya malas.

"Ngaku aja kamu, bener kan kata Bunda, kamu pegang-pegang tangan-"

"Iyaa Farez ngaku, bukan cuman itu- "

"JANGAN BILANG KAMU?!-"

"ENGGAK!" potong Farez cepat

"Maksud Farez itu..pacaran hehe" ucap Farez dengan senyum tidak berdosanya.

Bunda yang mendengar itu bernafas lega, dia kira anaknya melakukan hal yang lebih dari itu, tapi tetap saja sang Bunda tidak suka jika anaknya berpacaran.

"Kamu pacaran berapa lama?"

"Cuman dua hari"

"Cuman kamu bilang?!kamu gatau kan dosa yang kamu dapet itu?tapi benerkan kamu ga bohong?!"

"Iyaa engga Bunda, sueerr dahh" ucap Farez dengan jari membentuk huruf V

"Awas ya kalo bohong tanggung sendiri dosanya-inget dosa kamu udah banyak tuh-"

"Iyaa Farez tau makanya Farez mau jujur sama Bunda" ucap Farez

"Jadi kamu selama pacaran ngapain aja?"

"Farez ga ngapa-ngapain Bunda, selain pegangan tangan, udah itu aja ga lebih dari itu" ucap Farez berkata jujur

"Oke fine Bunda percaya" jawab Bunda lalu pergi meninggalkan kamar Farez.

Farez melirik jam yang terpampang di dinding, ternyata sudah pukul 04:43 sudah mau magrib dia pun bergegas untuk mandi.

***

Kini Zilah masih dengan posisi yang sama sedang duduk di dekat jendela dan ia tengah fokus menulis.

???

Aku gatau saat ini, dia jodohku atau bukan
Tapi aku berharap kelak semoga dia menjadi imam untuk aku dan anak-anak ku nanti.


"Zilah" panggil seseorang yang kini berada di ambang pintu.

Zilah pun memberhentikan aktivitasnya, dan melirik kearah orang yang memanggilnya tadi.

"Iya ada apa Bunda? ada yang bisa Zilah bantu?" tanya Zilah.

"Engga ada anakku, coba kamu liat sekarang jam berapa?-"
Zilah pun mengikuti perintah Bundanya dan dia melihat sudah mau magrib tapi dia belum mempersiapkan dirinya untuk shalat, Zilah pun hanya tersenyum kikuk ke arah Bundanya.

"Sekarang kamu cepetan mandi habis itu Bunda tunggu di mushala ya, kita ngaji dulu sambil menunggu adzan magrib."

"Iyaa siap Bundakuu" ucapnya dengan semangat.

Sang Bunda lalu pergi meninggalkan kamar Zilah, sedangkan Zilah dia sedang berjalan menuju kamar mandi.

    "اَللّٰهُمَّ اِنّىْ اَعُوْذُبِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَآئِثِ"

Ucap Zilah sebelum melangkah memasuki kamar mandi, lalu setelah itu Zilah langsung membersihkan tubuhnya.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mencintai dalam diam ( TAHAP REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang