Hubungan Alesha dan Natan cukup dekat namun hanya sebatas teman.
Meski keduanya sudah mulai merasakan rasa nyaman satu sama lain namun keduanya masih tetap berteman. Sehingga hal itu seakan membuat keduanya hanya bisa menahan cemburu jika salah satu keduanya tengah bersama dengan lawan jenisnya.Hal itu yang dirasakan Natan saat melihat Alesha bermain bola bersama teman pria di kampungnya. Alesha memang gadis yang sedikit tomboi tidak hanya dari segi penampilan tapi juga pergaulan. Saat masih SMA ia tidak punya teman dekat perempuan melainkan laki-laki dan baru ketika kuliah ia dapat menemukan sosok seorang sahabat yang begitu menyayanginya, yaitu Mikha.
"Ya terserah Alesha mau dekat sama siapa aja, gue kan bukan pacar dia, tapikan orang-orang di kampung ini tahunya gue pacar dia, harusnya dia hargai gue dong," gerutu Natan dalam hatinya.
Salah satu seorang gadis mendekat ke arah Natan sambil menjelek-jelekkan Alesha.
"Lesha itu kebanyakan temennya cowok, emang loe enggak cemburu?" ucap gadis itu mencoba merecoki pikiran Natan.
"Gue tahu Amar teman Lesha dari kecil."
"cowok sama cewek itu kalau temenan mesti salah satunya ada yang demen."
"Teman cewek gue lebih banyak dari teman cowok Lesha, tapi sampai sekarang kita Cuma berteman" jawab Natan sambil menoleh ke arah gadis di sampingnya itu sambil tersenyum.
"Ternyata dia enggak mudah di hasut," gerutu gadis itu dalam hatinya.
Ia mencoba mengajak berbicara Natan, namun karena terus di cuekin akhirnya ia pergi sendiri.
"Akhirnya itu orang pergi juga, panas telinga gue denger dia ngoceh," keluh Natan karena terus mendengar hal-hal tak penting dari gadis itu.
Namun di saat permainan masih tengah berlangsung teman pria Alesha kena tentang salah satu pemain lainnya Alesha yang khawatir membawanya ke pinggir untuk istirahat."Loe enggak kenapa-napa kan? "tanya Alesha dengan wajah penuh kekhawatiran.
"Enggak apa-apa kok, ini nanti di pijet emak gue udah bisa jalan lagi" jelas Amar pada Alesha.
Karena kaki Amar yang sakit Alesha ingin menggotongnya, namun Natan melarang Alesha, karena ialah yang akan menggotong Amar berjalan hingga ke rumahnya. Rumah Amar tidak begitu jauh dari lapangan itu, kurang lebih 150 meter sudah sampai.
Sesampai di rumahnya, Amar langsung di pijet oleh Emak Darmi, itulah panggilan orang-orang di kampung itu kepada emak nya Amar.
"Sakit Mak," keluh Amar.
"Sakit mana sama tidak main bola," sahut Emak Darmi.
Main bola seakan jadi dunia yang paling di sukai Amar. Mau berapa kali ia terjatuh, berapa kali ia cedera, ia akan terus bermain bola.
"Kamu Natan ya pacar Alesha?" tanya Emak Darmi.
Di tanya hal itu Natan dan Alesha bingung dan hanya bisa saling melihat satu sama lain.
"Tidak usah malu, Emak tahu dari orang-orang disini," lanjut Emak Darmi kembali.
Natan dan Alesha hanya bisa tersenyum kecil.
"Sudah siang kalian istirahat Emak mau siapin makanan dulu, kita makan sama-sama."
"Tidak usah Emak," tolak Natan.
"Tidak perlu sungkan, Alesha sudah biasa makan disini, tapi karena dia sibuk kuliah, dia sudah jarang main kesini, jadi kamu tidak perlu malu anggap rumah sendiri" jelas Emak Darmi pada Natan.
"Loe diem disini aja, gue mau bantu Emak" ucap Alesha pada Natan.
Sambil menunggu makanan di siapkan, Amar memberi peringatan kepada Natan, jika dia hanya diam dan tak terus terang dengan perasaannya orang lain bisa saja mengambil Alesha. Amar telah mengetahui tentang hubungan Alesha dan Natan sebenarnya yang mana kedua tidak pernah pacaran."Gue suka Lesha, hanya saja gue enggak mau hubungan persahabatan gue ancur karena hal begituan doang, jadi kalo loe suka Lesha jangan cuma diem merhatiin dia dari jauh" peringat Amar.
Natan terdiam mendengar ucapan Amar, ia sendiri bingung entah bagaimana ia dapat mengatakan perasaannya kepada Alesha. Ia juga tidak yakin jika keluarganya akan merestui hubungannya yang mana ia memikirkan masa depan Alesha. Karena ia takut jika hal itu berdampak pada Alesha sendiri yang kini tengah menempuh pendidikan di Universitas orang tuanya.
"Kalian ngomongin apaan sih?tanya Alesha sambil meletakkan nasi di meja makan."Ayo kesini?" panggil Emak Darmi.
"Ya Emak," jawab Amar mengiyakan.
"Ayo kemeja makan nanti kalau emak gue sampe bersabda habis loe denger ceramahnya" ucap Amar bercanda sambil beranjak dari duduknya.
"Parah loe, Emak sendiri di gituin" sahut Natan dan membantu memapah Amar.
"Gue udah bisa sendiri," tolak Amar.
Kedua bergegas menuju ke meja makan, melihat menu di meja makan Natan langsung melotot. Ia seperti melihat sebuah makanan yang pernah di bawa pembantunya dari kampung untuk ia makan sendiri karena di rumahnya tidak ada yang menyukai makanan itu."Bukannya ini Pete?'' tanya Natan dalam hatinya.
"Duduk," perintah Emak Darmi.
"Ya Emak," jawab Natan sambil menelan ludah.
"Ayo duduk," suruh Alesha pada Natan yang terus mematung memperhatikan makanan yang ada di meja Emak Darmi.
"Ya" ujar Natan mengiyakan suruhan Alesha meskipun sebenarnya ia tidak suka dengan pete.
Demi menghargai masakan Emak Darmi, Natan terus memakannya.
Alesha melihat Natan menyadari bahwa Natan seakan tertekan memakan masakan Emak Darmi."Natan kenapa ya? Apa dia enggak suka masakan Emak Darmi," tanya Alesha pada dirinya sendiri.
Saat perjalanan pulang menuju rumah Alesha dari rumah Amar, Alesha menanyakan apakah Natan tak menyukai masakan Emak Darmi. Disitu Natan meminta maaf meski masakan Emak Darmi enak hanya saja ia tidak menyukai Pete. Namun ia terus mencoba memakan masakannya demi menghargainya.
Natan juga memastikan perasaan Alesha pada Amar yang sesungguhnya."Loe suka sama Amar?" Sontak pertanyaan Natan membuat Alesha tertawa.
"Ya enggaklah, dia itu udah kayak sodara bagi gue."
"Tapi gimana kalau Amar suka sama loe?" tanya Natan kembali, tentu hal itu semakin membuat Alesha tertawa.
"Ya enggak mungkinlah, kita temanan udah dari orok," jelas Alesha.
"Kalau gue yang suka sama loe gimana?" tanya Natan yang membuat Alesha menghentikan langkahnya.
"Loe kalau bercanda suka ngadi-ngadi," sahut Alesha.
Natan hanya menganggukkan kepalanya seolah membenarkan Alesha yang menganggap itu hanyalah sebuah candaan belaka.
Keduanya melanjutkan langkah mereka menuju rumah Alesha. Namun meski hal itu di anggap sebuah candaan belaka Alesha masih memikirkan tentang berbagai pertanyaan Natan tadi siang."Apakah Natan suka gue?" tanya Alesha pada pikirannya
"Jangan mikir aneh-aneh, mana mungkin seorang Natan suka sama gue," lanjutnya berusaha menghilangkan pikiran anehnya itu yang ia anggap hal yang mustahil.Dalam sebuah postingan instagram nya ia menulis.
Tidak ada hal yang mustahil
Namun antara aku dengan mu
Adalah dunia yang berbeda yang mempunyai jalan sendiri-sendiri.
"Gue harus fokus sama kuliah gue, enggak boleh ada yang lain," tegas Alesha.Namun Alesha adalah manusia biasa yang punya rasa cinta dan sayang, yang bisa menyukai lawan jenisnya. Namun baginya yang terpenting adalah pendidikan nya. Dan ia juga menyadari tentang siapa dirinya juga Natan. Meski dalam cinta tak mengenal kasta namun setiap orang tua akan menginginkan yang terbaik untuk anak-anak nya. Begitupun orang tua Natan, Alesha menyadari pastinya keluarga Natan akan menginginkan wanita yang sepadan dengan keluarga mereka.
*Jangan lupa koment juga vote ya teman-teman 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Cctv Tanpa Baterai (Telah Terbit Cetak + ebook )
Romancecerita ini saya ikutkan dalam event samudera printing mengisahkan seorang gadis yang bernama Alesha Maharani yang tengah berjuang menggapai cita-cita nya di tengah keterbatasan ekonominya, meski hanya seorang anak penjual kripik.