Sudah larut malam namun Natan masih sibuk mengerjakan tugas skripsinya, meski matanya sudah begitu mengantuk, namun ia terus menahannya. Untuk menghilangkan rasa kantuknya, Natan menuju dapur untuk membuat segelas kopi. Namun sayang hanya tak ada kopi susu kesukaannya yang ada hanyalah kopi hitam yaitu kopi berbungkus dengan gambar naga dengan bernama liong gula. Natan masih memperhatikan setiap tulisan yang ada di bungkusan kopi itu.
“Kopi apa ini, apa kopi hitam yang selalu Papa minum di pagi hari atau ketika sedang bekerja di rumah ketika malam hari?” tanya Natan sambil terus memperhatikan bungkusan kopi yang baru pertama kali ia lihat itu.
Natan masih mencoba mencari di setiap rak dapur dengan membuka satu persatu namun ia tak dapat menemukan kopi lain selain kopi liong gula itu.
Mau tidak mau akhirnya Natan memasak air dan membuat kopi itu sebagai obat agar menahan rasa kantuknya itu.Ketika airnya mendidih ia mematikan kompornya dan mulai menuangkan air itu pada sebuah gelas dan mengaduknya. Ia mencoba mencium bau aroma kopi buatannya itu.
“Lumayan, sepertinya enak juga,” putusnya sambil melangkah menuju kamarnya.
Melihat jam dinding di ruangan tamu rumahnya menunjukkan pukul satu pagi, Natan kembali mengerjakan tugasnya segera mungkin.
“Akhirnya kelar juga” ujar Natan seraya beranjak dari duduknya menuju tempat tidurnya.
Melihat jam beker di meja nya telah menunjukkan pukul dua pagi lewat, Natan langsung memejamkan matanya. Namun rasa nervousnya membuat ia sulit tidur. Ia terus melihat jam beker di mejanya yang terus berdetak.
Jarum jam terus berjalan dan kini telah menunjukkan jam empat pagi lewat. Namun tiba-tiba rasa kantuk itu mulai menyerang Natan kembali hingga ia mulai terlelap.Kring...kring...
Bunyi jam beker kecil di meja nya dan itu terus berulang-ulang kali namun ia tak kunjung bangun. Hingga akhirnya ia membuka matanya perlahan terlihat jam itu menunjukkan pukul sembilan lewat tujuh menit. Ia masih setengah sadar dan mencoba mengambil jam nya yang berada di meja pinggir ranjangnya itu.“What ini jam sembilan lewat, gue sidang skripsi pukul sepuluh,” ujar Natan kaget seraya langsung beranjak dari tempat tidurnya itu.
Natan segera dengan cepat mengambil handuknya dan mandi dengan seadanya bahkan ia sampai tak menyisir rambutnya.“its...Sudah jam 09:24 WIB,” gerutu Natan setelah melihat handphone nya segera memasukkan ke dalam tas nya.
Di saat akan memasuki mobilnya terlihat ban mobilnya justru kempes.
“Sialan,” dengus Natan.
Tak ingin membuat waktunya ia memilih naik ojek yang mangkal di sekitar rumahnya.
“Mau kemana Mas?” tanya tukang ojek melihat Natan yang lari ke arah nya.
“Universitas Guna darma,” ucap Naik langsung naik di belakang
“Cepat mang,” perintah Natan seraya menepuk pundak tukang ojek itu.
Alesha yang masuk jam 10:20 WIB datang lebih awal agar dapat memberikan support kepada Natan yang akan menjalani sidang skripsi.
Melihat jam telah menunjukkan pukul 09:52 WIB membuat Alesha cemas. Ia terus menghubungi Natan, namun tak ada jawaban dari nya.
Melihat Natan yang telah sampai di gerbang pintu kampus, dengan cepat Alesha menghampiri Natan.“Kenapa loe baru dateng, udah hampir jam sepuluh?” tanya Alesha dengan wajah cemas.
“Tadi gue kesiangan, ya udah gue masuk duluan” pamit Natan, namun terhenti saat Alesha menyodorkan sebotol air untuknya.
“Jangan gugup ya, semangat,” ucap Alesha seraya menyemati Natan.
“terima kasih” balas Natan dengan wajah tersenyum bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cctv Tanpa Baterai (Telah Terbit Cetak + ebook )
Romancecerita ini saya ikutkan dalam event samudera printing mengisahkan seorang gadis yang bernama Alesha Maharani yang tengah berjuang menggapai cita-cita nya di tengah keterbatasan ekonominya, meski hanya seorang anak penjual kripik.