bab 13(Cinta di balik Arumanis)

18 5 7
                                    

Alesha masih sedikit kesal karena ia akan kesulitan air saat mandi. Ia tidak dapat membeli nya di toko saat sudah jam delapan lewat karena sudah tutup.

Natan mengajak mereka untuk menggunakan mobil, namun Alesha menolak dengan alasan ingin jalan kaki. Natan menyadari jika Alesha kesal kepadanya.

Natan dan lainnya akhirnya mengikuti keinginan Alesha.
Jalan menuju tempat pasar malam tidaklah begitu jauh hanya butuh waktu sekitar sepuluh menit lebih.
Adam Mikha dan Akbar berjalan beriringan di depan sedang Alesha dan Natan di belakang. Terlihat Alesha hanya berbicara seperlunya.
Mikha memberi saran kepada Natan untuk mengajak Alesha melakukan hal yang menantang. Karena Alesha sangat menyukai tantangan. Natan mengajak Alesha main lempar bola dan yang kalah harus mengikuti perkataan yang menang.
Tentu hal itu membuat Alesha tertantang. Keduanya mulai membeli bolanya. Dan seperti biasanya Natan sudah kehabisan uang cash karena sebelumnya telah di gunakan untuk membayar martabak. Natan meminjam uang Adam untuk membayar bolanya.

"Pinjam sepuluh ribu," bisik Natan.
"Ganti dua kali lipat ya," ujar Adam sambil mengeluarkan uang di dompetnya.

"Gue ganti lima puluh ribu," sahut Natan seraya mengambil uang dari tangan Adam.

Natan melangkah ke arah pemilik permainan untuk membayar dan mengambil sepuluh biji bola kecil berwarna oranye itu.
Keduanya mulai melempar bola itu pada gelas putih kecil di depannya. Natan tak menyangka jika Alesha cukup mahir dalam permainan itu. Bahkan ia hanya dapat memasukkan dua bola sedangkan Alesha enam bola. Tentu hal itu membuat Alesha jadi pemenangnya.

"Gimana?" tanya Alesha tersenyum pada Natan.

"Ok lah loe jago," ucap Natan dengan wajah menyerah
"Sekarang terserah loe mau apa," lanjut Natan.

Alesha terdiam berpikir apa yang akan ia pinta dari Natan. Ia pun memutuskan agar Natan yang memperbaiki kran di kamar mandinya. Tentu hal itu di luar bakat Natan yang justru sebaliknya lebih sering membuat barang-barang di rumah nya rusak meski hal itu hanya lah sebuah hal ke tidak sengajaan. Natan coba meminta keringanan hal lain namun Alesha tidak menerima permintaan Natan.

"Ok besok gue beli terus gue yang pasang, ah cuma itu doang, gue bisa kok," ucap Natan sombong.

"Oia Akbar sama Adam dan Mikha kemana?" tanya Alesha celingak celinguk mencari Akbar.

"Sepertinya mereka temani Akbar main pancing ikan," jelas Natan.

Kedua mulai melihat baju-baju yang bergantungan disana meski tidak ingin membelinya. Terlihat sebuah bapak-bapak yang jualan arumanis. Natan membisikkan sesuatu kepada penjual arumanis itu. Alesha yang penasaran mencoba mendengarkan apa yang mereka bicarakan namun segera Natan menyudahi bisikan mereka. Ketika Alesha melihat ke arah lain, Natan memberikan sesuatu kepada si bapak penjual arumanis. Natan meminta izin untuk ke Alfamart dekat pasar malam itu untuk mengambil uang.

Disaat Natan tidak ada, Alesha menanyakan apa yang di bisikkan oleh Natan olehnya. Si penjual berkata ia hanya meminta arumanis yang Special sambil menyerahkan arumanis pertama yang ia buat.
"Makan di rumah nya ya Nenk, itu yang di pesan Mas ganteng yang tadi, ini saya mau lanjut buat satu lagi" tutur si penjual itu.

Tak berselang lama Natan datang dan membayar kedua arumanis itu.
Natan membeli kan satunya untuk Akbar.
Mendapatkan arumanis Akbar sangat senang meski sedikit kecewa karena ia ingin arumanis yang di buat pertama namun Natan melarangnya.

"Rasanya sama" tutur Natan meyakinkan Akbar.

"kalo Akbar mau ini enggak apa-apa" ucap Alesha menyerahkan arumanis itu. Segera Natan mencegahnya.

"Jangan ini khusus buat loe," pinta Natan.

Mikha dan Adam saling melihat satu sama lain seolah Natan menyimpan rahasia dalam arumanis yang di pegang Alesha oleh sebab itu Natan terlihat jelas bahwa arumanis itu hanya di khususkan untuk Alesha.

"Tapi gambarnya lebih bagus yang ini," keluh Akbar.

Natan tersenyum seraya berjongkok di depan Akbar.
"Akbar suka gambar nya?" tanya Natan sambil memegang pundak Akbar.

Akbar mengangguk menandakan bahwa ia sangat suka dengan gambar plastik di arumanis itu. Natan membeli kan dengan gambar yang sama dengan milik Alesha. Tentu Alesha melarang Natan namun jika Akbar ingin itu tidak masalah. Dan menurut Natan, Akbar dapat memakannya dua sekaligus.

Jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Natan juga Mikha dan Adam pun pamit pulang. Alesha belum memakannya. Namun ia justru hanya memperhatikan arumanis itu karena mengingat Natan tak ingin Akbar mengambil miliknya.
Ia mencoba membuka plastiknya dan memakannya secara perlahan. Namun ia merasa rasanya sama saja seperti yang ia pernah beli sebelumnya.

"Ngantuk gue" ucap nya seraya membungkus kembali arumanis itu dan meletakkan di atas meja samping tempat tidurnya. Namun meski ia berusaha memejamkan matanya pikirannya di rundungi rasa penasaran. Ia pun membuka matanya dan duduk serta membuka kembali arumanis nya itu. Ia terus memakannya hingga mulai habis. Terlihat sebuah kertas dalam arumanis itu.

Perlahan ia membuka kertas itu.
Dalam surat itu terdapat tulisan tangan Natan.

To: Alesha Maharani
Sebelumnya mungkin kamu akan sedikit terkejut akan hal yang ingin aku tulis. Ya ...
Harusnya aku mengatakan secara langsung padamu. Namun aku tidak cukup punya keberanian untuk mengungkapkan nya. Ya aku terlalu takut dan seperti pengecut sehingga hanya dapat menulis melalui surat.
Aku tidak tahu dari mana rasa itu muncul namun yang aku tahu. Aku merasa nyaman berasa di sampingmu. Aku merasa cemburu saat kamu bersama yang lain. Ya itulah yang aku rasa. Aku mencintaimu. Hanya itu aku benar-benar mencintaimu.
Aku akan menunggu jawabanmu.
Cukup ganti profil kripik pisang jika kamu menerimaku dan profil hitam tanpa gambar jika kamu menolakku dan jika kamu butuh waktu lebih lama kamu tetap dengan profil kamu yang sekarang.

Alesha terdiam terpaku membaca surat dari Natan itu. Ia merasa bingung Jawaban apa yang akan ia berikan pada Natan.

*Keesokan harinya.
Ia tidak merubah sama sekali profilnya. Bahkan ia terlihat banyak diam saat membantu Ibu Lastri memasak di dapur. Karena hari libur Alesha akan bersiap-siap untuk mengantar kan kripik ke warung-warung.

"Sha sekarang kamu kirim ke daerah Cilodong ya" perintah Ibu Lastri. Namun Alesha tak memberi respons apa pun kepada Ibu Lastri.

"Sha kamu kenapa?" tanya Ibu Lastri khawatir sambil memegang pundak Alesha.

"Ah ya Bu," jawab Alesha kaget.
Ibu Lastri mendekat ke arah Alesha sambil memegang dahi Alesha seraya berkata
"Apa kamu sakit?" tanya Ibu Lastri khawatir.

"Tidak Alesha tidak sakit," jawab Alesha.

Tok tok tok

Bunyi ketukan pintu rumah mereka.

"Assalamualaikum," ucap orang di balik pintu itu.

"Suara itu," gumam Alesha dalam hatinya.

Suara itu sudah tidak asing lagi bagi Alesha, ya suara itu adalah suara Natan.

"Waalaikumsalam," jawab Ibu Lastri sambil berjalan menuju arah pintu untuk membukakan pintunya
"Eh Nak Natan," sambut Ibu Lastri dengan penuh senyum.

Natan mencium tangan ibu Lastri.
"Maaf Bu Sedikit siang, soalnya Natan nunggu tukang jualnya buka" jelas Natan.

"Tidak apa, ayo masuk," ajak Ibu Lastri.

Natan pun melangkahkan kakinya ke dalam. Terlihat Alesha hanya diam mematung tanpa banyak bicara ataupun sekedar menyapa Natan.
Ia bingung harus bersikap seperti apa kepada Natan. Ia sadar siapa Natan dan siapa dirinya.

Kisah lengkapnya hanya di E-book


Cctv Tanpa Baterai (Telah Terbit Cetak + ebook )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang