Prolog

20.4K 877 16
                                    

Prosesi akad nikah telah selesai. Sepasang manusia yang, konon katanya, diikat karena adanya perasaan cinta dan saling percaya, kini sudah sah menjadi suami istri, secara agama maupun negara. Pemilik Cinta telah memberikan restu langsung dari langit, yang disaksikan oleh ribuan malaikat dan puluhan manusia yang hadir di dalam masjid. Ijab dan kabul telah tertunaikan sempurna. Perjalanan panjang bagi sepasang manusia untuk membangun rumah tangga terbentang tak kasat mata. Ketika dua tangan saling menggenggam erat dan saling percaya, maka batu sandungan bisa terlewati dengan mudah.

Sepasang mata kecil yang sejak tadi terpana pada pemandangan di depannya, kini mengedip. Wajahnya tertunduk pilu. Hatinya mengerucut meski sempat mengembang ketika takjub pada tegasnya sang pengantin pria mengucapkan kabul dalam satu tarikan napas saja. Keren. Tidak ada drama atau grogi menyapa pengantin pria. Walaupun ia yakin, dalam hati pasti gugup bukan main. Aran cuma bisa tersenyum menyaksikan sahabat terdekat di kampus, mengakhiri masa lajang terbaiknya. Bibirnya mungkin terlihat kembang dan melebar. Akan tetapi, hatinya kecut dan mengerucut. Bukan ia tidak suka pada pernikahan sahabatnya. Hanya saja, ada asap pekat yang tiba-tiba datang masuk ke ruang hati, membuat sesak, dan pekat. Mengingat pada proses taarufnya yang kesekian kali berujung gagal, hati Aran seperti ditusuk jarum.

Giliran gue, kapan? Hiks.

***

Meja di area semi outdoor adalah spot favorit Aran ketika berkunjung ke Sweet Recipes. Di atas mejanya sudah ada hidangan penutup menggiurkan lidah. Creme brulee, opera cake, dan eclairs, serta segelas teh artisan earl grey lavender siap memanjakan lidah Aran. Hidangan manis kabarnya bisa memperbaiki mood yang rusak. Mood Aran memang sedang tidak baik-baik saja belakangan ini.

Pertama, taarufnya dengan seorang kepala editor, gagal. Padahal mereka sudah satu bulan menjalani proses perkenalan. Namun bagaimana lagi, mungkin belum cocok dan belum juga ketemu jodoh yang tepat. Kedua, setelah sahabatnya menikah pekan lalu, bulan depan kakaknya sendiri justru yang akan menikah. Bagaimana Aran tidak semakin galau coba. Padahal Aran punya target sendiri yang mesti dicapai. Ia mesti segera menikah supaya harapan papanya bisa terwujud.

Hari ini, Aran sedang kembali menimbang-nimbang isi proposal menikah beserta biodata diri. Siapa tahu ada yang kurang. Mata kecilnya sejak tadi terfokus pada layar monitor laptop, membaca proposal yang ditulisnya sendiri. Rencananya hari ini ia akan mengirimkan proposal itu kepada ustadzahnya supaya dicarikan calon suami yang kriterianya sudah tertulis dalam proposal. Siapa tahu, kan, ada yang nyangkut, eh, berjodoh.

"Sent! Bismillah, ya Allah!" Aran berseru sendiri setelah berhasil mengirimkan proposal itu kepada email ustadzahnya.

Aran memang sedang berikhtiar maksimal untuk menjemput jodoh. Zaman sekarang, sih, bukan lagi zamannya buat para perempuan menunggu jodoh atau dijodohkan. Jadi, Aran lebih aktif mencari dan membuka peluang mendapat jodoh yang diharapkannya. Mudah-mudahan saja ketemu.

Karena sudah tidak ada keperluan lagi dengan laptopnya, Aran mematikan benda pipih persegi itu. Angin yang bertiup di pagi hari, di antara pepohonan rimbun, terasa sangat sejuk dan melegakan. Aran memotong opera cake dan memasukkannya ke lidah. Kenikmatan dan rasa manisnya sempurna. Benar-benar memanjakan lidah hingga hati pun ikut berdecak riang. Sweet Recipes, the best in town!

Saat suapan kesekian kali telah masuk ke mulut, mata Aran yang tidak bisa lepas dari pemandangan sekitar, kini tertuju pada satu sosok pria yang baru saja turun dari tangga. Pria yang mengenakan kemeja fuschia dan kaos putih di dalamnya itu terlihat sangat mencolok mata. Tubuh tingginya jelas bakal memudahkan orang melihatnya. Dengan wajah oriental tampan seperti itu apalagi, sepertinya kaum hawa tidak akan bisa melewatkannya begitu saja kalau ada.

Baru akan melambaikan tangan, Aran menghentikan dirinya sendiri. Ia kenal dengan pria itu, terbiasa juga menyapanya di sini. Tapi bukan saatnya bersikap ramah seperti biasa karena tiba-tiba ada sebuah usulan keren di benaknya. Aran jadi tersenyum sendiri. Namun tepat saat itu juga pria itu menolehkan wajah ke arahnya. Karena Aran menyunggingkan senyum simpul, pria itu juga jadi membalas senyumnya kecil.

Entah sejak kapan ada sengatan listrik menyetrum hati Aran. "Apa gue kirim juga ke dia, ya?"

***

***

Author's note

Halo, apa kabar semuanya?

Aerii di sini menyapa. Semoga kalian semua selalu diberikan kesehatan dan lindungan, ya. Aamiin. 

Sebelum membaca Emergency Wedding Proposal, kalian boleh dong baca prakata singkat di sini. Sebagai gambaran sekaligus informasi kenapa aku menulis ulang kisah Aran dan Ryu dalam versi yang berbeda. 

Emergency Wedding Proposal adalah remake dari ceritaku sebelumnya yang berjudul Sweet Recipes for Sudden Marriage. Mungkin, bagi kalian yang pernah baca cerita itu, akan bertanya-tanya, kenapa kisah Aran dan Ryu tidak berlanjut? Pertama, karena waktu itu aku memang sibuk menyelesaikan naskah Neifa dan Frizzy (baca: Dikejar Mantan) yang terkontrak di Fizzo. Kedua, karena aku merasa cerita SRSM punya sedikit sekali value, alur yang tidak jelas, dan juga berisi komedi serta ke-absurd-an tokoh. Jadi, aku merasa gagal dan harus merevisi total ceritanya dari awal. Apakah eksekusinya akan berhasil? Aku belum tau, yang jelas aku akan berusaha membuat ceritanya lebih baik, lebih logis, dan punya value. Semoga.

Well, selamat membaca! ^_^

Tambahan: 

Karya ini akan slow update, jadi tolong dukung aku dengan kirim komentar kalian sebanyak-banyaknya dan jangan lupa untuk vote. 

Silaturahim dengan media sosialku yuk:

Instagram: choiaerii99

Facebook : Choi Aerii

---------

Dan baca karyaku yang lain di platform ini :

Noveltoon : choiaerii

Novelme : Choi Aerii

Fizzo : Choi Aerii

Karyakarsa : choiaerii99

Wattpad : choiaerii99




[END] Emergency Wedding Proposal (TAMAT di Cabaca Eksklusif)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang