Yuju, Eunha, dan Dokyeom digiring keluar dari ruangan mereka.
Semalam, Eunha tak bisa tidur. Yuju sudah mencoba menenangkannya.
Dokyeom juga mendengar suara suara aneh dari luar tadi malam. Dia tidak ingin tahu apa itu, karena suara suara tersebut sangatlah aneh.
"Tribut. Berbarislah sesuai kelompok!" Hwa Min muncul dengan jas kerja lusuh didepan mereka. Lagi lagi diapit dua penjaga. Dibelakangnya, pintu besi tertutup rapat.
Mereka semua berbaris berdasarkan urutan kelompok dan pasangan. Kecuali Eunha yang terpaksa harus berdiri sendiri.
Mereka semua bingung kemana perginya Yugyeom dan Jihyo sebagai perwakilan kelompok 4.
Hwa Min tampaknya menyadari kekhawatiran mereka.
"Kalian mencari teman kalian?"
Saerom dan Bangchan saling mengangguk karena berdiri di posisi paling depan.
Hwa Min tertawa. Membuat barisan Tribut semakin gugup.
"Sayangnya, teman kalian harus didiskualifikasi karena percobaan sabotase"
Seketika, pintu besi dibelakang Hwa Min terbuka. Menampilkan dua mayat tergantung di langit langit.
Mina syok berat. Dia terlalu terpukul sampai sampai Mingyu harus menahannya. Bambam membulatkan matanya yang berkaca kaca. Minnie harus memegang tangannya agar dia lebih tenang.
Dua Tribut lainnya telah tiada.
"Berarti dua puluh empat dikurangi tiga. Berapa? Oh ya! Dua puluh satu" ujar Hwa Min ceria. "Permainan akan lebih cepat selesai dengan dua puluh satu orang".
Dua puluh mati, satu pemenang.
Dua tubuh yang menggelayut diatas tak bernyawa sementara mereka diperintahkan untuk berjalan melalui pintu tersebut. Miyeon dan Jiho tak berani melihat ke atas. Mina terlalu tidak fokus karena menangisi perginya Jihyo.
Dari dekat, Jaehyun dapat melihat lima lubang diatas dahi Jihyo yang, darah mengilapnya sudah mengering sejak semalam. Sedangkan Yugyeom memiliki luka cekik di lehernya.
Mereka dibawa ke dalam sebuah bus sekolah yang terparkir didalam sebuah hangar terbengkalai. Disana, mereka dimasukkan sesuai kelompok.
Jendela jendela bus tertutup rapat oleh besi. Mengakibatkan mereka tak bisa melihat keadaan diluar.
Jungkook duduk disamping Lisa yang menyender di jendela besi. Dia dapat merasakan getaran bus yang berjalan.
Lisa melihat celah di jendela besi. Disana, dia mengintip sedikit. Diluar, pinggir jalan dipagar besi, seperti diadakan parade. Lautan manusia cemas memenuhi belakang pagar tersebut. Mereka yang ingin mengucapkan selamat tinggal pada idola mereka.
Setelah beberapa menit, bus berhenti di perhentian. Pintu bus terbuka dan masuklah Hwa Min yang buncit.
"Kalian, seperti biasa, berbarislah. Kita sudah tiba di arena"
Gelombang perasaan takut dan marah menyeruak ke seluruh barisan Tribut.
Mereka tiba. Entah apa tema arenanya. Dan sebentar lagi, mereka akan saling membunuh.
Barisan diawali oleh kelompok satu, lalu dua dan seterusnya hingga dua belas.
Mereka tak sempat melihat keadaan diluar dikarenakan bus terparkir di basement sebuah bangunan. Mungkin sebuah Mall. Tapi tempat ini lebih besar dari Mall pada umumnya.
Hwa Min memberhentikan mereka ditengah tengah parkiran kosong.
"Kalau kalian perhatikan, disetiap pojok, ada dua puluh empat pintu besi. Kalian akan digiring para penjaga ke pos masing masing. Pos diurutkan secara acak, supaya kalian tidak terlalu berbaur dengan Group kalian sendiri"
Hwa Min memberi isyarat dengan tangan kanannya yang pucat.
Langsung saja masing masing tribut dibawa oleh satu penjaga. Rosé menatap ke belakang mencari ke pintu mana Jaehyun atau Lisa berada. Tapi tak mendapatkan mereka saking redupnya lampu basement, serta penjaga yang mendesaknya maju.
Rosé memasuki pintu besi. Lalu dikurung didalam sana. Dia dapat mendengar suara kunci tergesek dan berdentang ke pintu.
Inilah saatnya.
"Tiga puluh detik sebelum peluncuran" speaker mengumumkan.
Rosé menoleh ke belakang dan mendapati platform peluncuran yang digunakan untuk mengantar Tribut ke arena. Dia pernah melihatnya di Film sebelumnya.
"20 detik sebelum peluncuran"Rosé menarik nafas dalam dalam. Memberanikan diri untuk berdiri diatas platform.
Rosé menunggu hingga tabung platform membawanya naik.
Dia hanya berharap, kalau memang dia mati di permainan ini, dia ingin sang pemenang tidak terlalu berubah sikap dan tidak harus menghadapi trauma setelah permainan berakhir.
Dia berharap, permainan ini takkan terjadi setelah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Feasting [97 Idol+THG]
FanfictionDunia Idol berubah drastis kala Skandal besar Agensi Hiburan meruak keluar ke publik. Dan satu satunya cara untuk mengembalikan nama besar mereka hanya satu. Pembunuhan Massal. [SEDANG DALAM TAHAP REVISI] BonChap Coming Soon! WARNING!!: -Bloodbath...