D-1

83 6 2
                                    

Tiga Group telah tiada. Lima orang dieksekusi.

Group 3, 4, dan 9. June tak mengira akan secepat itu. Walau tadi secara membabi buta dia melempari semua lembing di Cornucopia dan secara menyasar membunuh Eunha.

Dia sekarang berada diatas Cornucopia. Tempat itu sepi sekarang. Para pemain sudah berpencar entah kemana dan mungkin tengah membunuh satu sama lain. Tapi June curiga belum ada yang mati setelah pertumpahan darah di Cornucopia tadi siang, karena belum ada meriam yang berbunyi.

Dari atas sana, dia dapat melihat sepasang Group 11. Jaehyun dan Rosé yang terduduk di kursi tingkat tiga paling ujung. Jadi susah bagi June jika membidik panah dari sana.

Tampaknya mereka sedang merencanakan sesuatu dari gestur badan mereka.

Dia melihat Yubin yang celingak celingukan dari salah satu pintu terowongan di kanannya. Mengingat bahwa teman se Group nya sudah tiada.

Hyunjae juga sesekali lewat di tengah lapangan stadium. Entah mencari apa dia, June tidak tahu. Yang pasti, dia sedang meyakinkan Miyeon, yang duduk di bangku lantai dua bahwa dia baik baik saja.

"Apa kabar?"

June melongo saat Jiho tiba tiba duduk disampingnya.

"Aku tak tahu kau bisa memanjat" humor June. Jiho mendengus.

"Kau tidak tahu apa apa tentangku"

June membuka ranselnya. Mencari sesuatu. Dia mengeluarkan irisan apel kering.3

"Kau mau?" Tanyanya sambil menyodorkan bungkusan. Jiho menerimanya dengan senang hati.

Helikopter tiba tiba melayang masuk ke lapangan stadium. Turunlah beberapa penjaga dari atas tangga tali. Mereka mulai menaikkan mayat mayat Eunha, Minnie, Bambam, dan Winwin kesana.

Hyunjae menjauh karena angin helikopter. Dia tak ingin terlibat kekerasan dengan para penjaga. June dan Jiho hanya menikmati angin kencang yang dibuat helikopter dari atas Cornucopia.

"Kukira mereka akan membiarkan mayat kita membusuk di tempat ini" ungkap Jiho jijik.

Helikopter kembali meluncur ke atas setelah semua mayat diamankan.

Jiho menoleh ke June.

"Kau mau berburu Tribut?" Ajaknya.

June menimbang. Agaknya, udara arena entah mengapa membuat mereka menjadi makhluk bengis liar yang tak tahu ampun.

Lelaki tersebut mengangguk.

"Baiklah. Ayo"

🦅🦅🦅

Mingyu berjalan pelan pelan di koridor terowongan. Berwaspada jika seseorang menyergapnya.

Ada suara gemuruh keras dari lantai dua. Lantai terowongan berguncang.

Satu meriam meledak.

Mingyu panik. Takut akan Mina yang mungkin celaka entah dimana di dalam arena.

Dia mulai mempercepat langkahnya. Menoleh kanan kiri setiap koridor. Berusaha menemukan Mina.

Mingyu menaikki anak tangga menuju barisan kursi di lantai dua. Dan di unakan terakhir, bersimbah darah, tergoleklah badan tak bernyawa.

Mingyu menatap ngeri Jungkook yang dari kaki hingga pinggulnya tidak berbentuk lagi. Bekas luka terbakar.

Sepertinya lelaki tersebut menginjak ladang ranjau. Bekas ranjau berbekas beberapa puluh meter dari tubuh Jungkook.

Mingyu mendekati barisan kursi hancur. Ditengah tengah, bekas ranjau mati menghitam jelaga. Kursi kursi merah terlempar kemana mana. Kursi merah terdekat meleleh akibat panasnya ledakan ranjau.

Mingyu menemukan kain bendera olimpiade didekat sana. Dia merobeknya menjadi beberapa bagian dan mengambil salah satu untuk menutupi mayat temannya.

"Semoga kau tenang disana"

Mingyu membungkuk, lalu bergegas kembali mencari Mina.

🦅🦅🦅

"Sepertinya semua berjalan baik" Hwa Min memantau dari ribuan layar televisi di ruangan tersebut.

Dia memutar badan dan mendapati salah satu penjaga masuk ke ruangan dengan tergopoh gopoh.

"M-maaf pak. Warga negara masih menolak penyiaran acara ini" katanya gugup.

Hwa Min malah duduk dibawah perut buncitnya diatas kursi sambil meminum soju.

"Bah! Biarkan mereka. Lagipula, acara sudah terlanjur berlanjut"

Si penjaga menelan saliva.

"Tapi pak, mereka semua diluar mengancam dan memprotes-"

"BIARKAN MEREKA!" Hwa Min membentak. Membuat seisi ruangan ketakutan.

"Jika mereka masih mengancam, akan kupastikan idola mereka mati lebih cepat"

The Feasting [97 Idol+THG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang