.
.
÷
Haesica Short Story
Part 21
÷
.
.
“Kau tahu? Sebenarnya aku masih mencintaimu...”
Donghae hanya diam mendengar pengakuan Sonna. Memang benar, kata-kata itulah yang sangat ia harapkan dari mantan kekasihnya itu. Donghae benar-benar berharap agar ia dan Sonna dapat kembali bersama seperti dulu. Menjalin hubungan spesial, saling berbagi cinta dan kasih sayang bersama.
Tapi itu dulu. Kini, jangankan berharap untuk kembali menjalin hubungan spesial dengan Sonna, berharap untuk melihat wajahnya saja, sudah tak pernah dipikirkan lagi oleh Donghae. Jika bukan karena mereka tak sengaja bertemu, Donghae juga tidak pernah lagi memiliki niat untuk menemui wanita itu.
Kenapa?
Benci?
Dendam?
Sakit hati?
Tidak sama sekali. Donghae tidak pernah membenci Sonna, juga tidak memiliki rasa dendam terhadap mantan kekasihnya itu, apalagi rasa sakit hati. Ia dan Sonna berpisah dengan baik-baik, bahkan mereka masih saling berhubungan beberapa waktu setelah mereka memutuskan untuk berpisah. Lantas, mengapa kini Donghae seolah lupa pada mantan kekasihnya itu? Hmm.. tidak apa-apa. Hanya saja, kini ia telah memiliki dunia baru yang membuatnya perlahan melupakan Sonna dan masa lalu mereka.
“Oh begitu..” Donghae tidak tahu harus menjawab apa. Itu hanya kata-kata spontan yang keluar dari mulutnya.
Sementara itu, Sonna tersenyum kecut. Bukan jawaban seperti itu yang ia harapkan.
“Aku benar-benar terkejut saat tahu kau telah menikah. Tapi saat aku tahu jika kau menikah karena keinginan orang tuamu, aku sedikit merasa lega...” ujar Sonna. Donghae mengangkat kepalanya, menatap Sonna dengan kedua alis yang sama-sama naik. Ia tahu, tidak ada orang yang tidak terkejut ketika mendengar kabar tentang pernikahannya yang sangat mendadak. Tapi jika Sonna malah merasa lega ketika tahu bahwa ia menikah karena dijodohkan, itu membuat Donghae kebingungan. Apa maksudnya?
“Kenapa?” tanya Donghae. Ia menatap lawan bicaranya yang kini terduduk di atas kasur di hadapannya.
“Berarti, sebenarnya kau tidak menginginkan pernikahanmu itu kan?” tanya Sonna. Ia memiringkan kepalanya.