Chapter 2

719 60 4
                                    


Langit tampak begitu cerah hari ini, dengan warna biru yang begitu bersih, dan juga gumpalan awan bak kapas yang tertengger apik di sana. Sinta memandang langit dengan perasaan yang teramat senang, bahkan senyum manis itu tak pernah luntur dari bibir plum itu sejak kabar jika dirinya tengah mengandung. Ia tak henti-henti nya mengucap syukur kepada Tuhan.

"Sayang.. apa kamu sudah siap?". Tanya Juna menghampiri sang istri yang tengah memandang langit dari balkon kamarnya. Kemudian sinta berbalik dengan senyum manis nya. "Tentu.." Jawab Sinta antusias.

Sekarang usia kandungan Sinta sudah memasuki 20 minggu, hari ini adalah jadwal untuk USG. Sinta sudah sangat tidak sabar untuk menemui calon malaikat kecil nya. Begitu juga dengan Juna, bahkan dia sampai rela mengajukan cuti hanya untuk menemani sang istri.

Mobil Juna mulai memasuki basement Rumah sakit. Kemudian berhenti setelah menemukan tempat parkir yang kosong. Juna membuka Seatbelt nya kemudian membantu sinta untuk turun.

"Ayo pelan-pelan". Juna mengulurkan tangan dari luar pintu mobil guna membantu Sinta untuk turun.

"Aku masih bisa sendiri Juna, jangan berlebihan". Sinta berucap sambil memutar bola matanya malas. Memang perlakuan Juna terlihat sangat berlebihan setelah mengetahui kabar bahwa istri nya tengah hamil.

Mereka berjalan dengan Juna yang terus menggandeng Sinta.

Sinta merasa sedikit tegang ketika dokter kandungan yang mulai memeriksa kondisi janin melalui Transducer yang di tempelkan pada kulit bagian perut.

Dokter itu tampak mengarahkan kepada beberapa bagian agar Sinta dapat melihat kondisi calon buah hati nya, mulai dari melihat bagian tubuh janin apakah sempurna, mulai dari tangan, kaki, kelamin sang bayi yang ternyata seorang anak laki-laki, bahkan wajah sang bayi. Semuanya terlihat normal. Sinta sangat bersyukur. Hingga pada bagian pemeriksaan organ bayi, dokter tampak sedikit terkejut.

"Bagaimana ini? Posisi lambung bayi seperti masuk ke dalam rongga dada yang menekan jantung dan paru-paru nya".
Ungkap Dokter dengan suara yang terdengar khawatir.

"Maksud anda?". Sinta bertanya dengan wajah penuh tanya bercampur dengan ekspresi yang begitu terkejut.

"Sepertinya janin anda mengalami Congenital diaphragmatic hernia atau CDH, kondisi dimana janin anda mengalami kerusakan diaphragma yang membatasi rongga dada dan perut, yang menyebabkan organ abdomen janin masuk kedalam rongga dada janin".

Sinta merasa langit runtuh saat itu juga ketika mendengar penjelasan dari sang Dokter. Ada apalagi sekarang? Setelah dia menunggu begitu lama untuk mendapatkan buah hati, namun kenyataan ini bagaikan pil pahit yang harus ia telan mentah-mentah.

Juna yang sedari tadi berada di samping nya terlihat begitu syok, hingga dia tidak bisa berkata-kata lagi.

"Ujian apa lagi sekarang? Apa salah ku?". Sinta berucap dengan isakan. Juna hanya bisa menenangkan dengan menggenggam tangan Sinta.

"Keadaan Janin anda memiliki kemungkinan selamat hanya 50% setelah dia di lahirkan, kita bisa melakukan upaya Seperti operasi namun jika dilihat dari posisi paru-paru nya yang terdesak dia tidak bisa berkembang, kemungkinan jika Janin anda selamat dia akan terus membutuhkan alat bantu pernapasan Seperti nassal canulla".

Sinta semakin terisak mendengarkan penjelasan itu semua, dia merasa bersalah kepada calon anaknya, dia merasa tidak bisa menjaga calon bayi nya dengan baik.

*****

Sepanjang perjalanan pulang, Sinta dan Juna hanya saling diam. Begitu terasa canggung di dalam mobil. Juna yang sibuk dengan kemudinya, dan sinta yang terus melihat ke arah jendela mobil. Pikiran sinta melayang, bagaimana jika anaknya tidak selamat? Bagaimana jika hidup anaknya akan kesusahan kelak karena kondisi nya? Sinta kembali menangis. Semakin terisak dengan berbagai macam pikiran-pikiran nya.

"Sudah lah sayang, aku yakin jika anak kita adalah anak yang kuat". Ucap Juna menggenggam tangan Sinta.

Sinta hanya mengangguk tanpa mengeluarkan kata-kata.

*****


Semakin hari sinta tampak semakin pendiam. Dia terlihat murung, wajah sendu kini selalu menghiasi wajah cantik nya, usia kandungan sekarang sudah memasuki usia 9 bulan, yang mana beberapa saat lagi Sinta akan melahirkan. Namun sinta semakin merasa tertekan di buatnya, bukanya merasa senang menyambut kelahiran si bayi yang sudah lama mereka idamkan, justru ia malah semakin takut, dia merasa begitu bersalah kepada bayi nya, dia merasa semua itu adalah kesalahannya. meskipun Juna selalu meyakinkan Sinta jika semua itu sudah takdir dari Tuhan yang maha kuasa, namun tidak sedikitpun mengurangi rasa bersalah Sinta kepada calon sang buah hati.

"Sssshhhhh.....". Sinta mendesis, dia merasa sakit di bagian perut dan pinggang. Sinta merasa bahwa ia akan segera melahirkan. memang bulan ini adalah prediksi kelahiran sang bayi. Bulan Oktober. Bulan di mana mereka melangsungkan pernikahan nya dahulu dengan Juna, dan di bulan ini pula mereka akan mempunyai seorang anak.

Sinta mulai meraih ponsel yang ada di depan nya, dia menekan nomor atas nama Juna.

"Juna, apa kamu dengar aku? Sepertinya aku akan melahirkan. Ah !". Pekik Sinta karena merasa perutnya semakin sakit. Sinta sudah tidak tahan, dia tergeletak di lantai dengan kaki bersimbah darah yang keluar dari rahim. Sinta merasa begitu lemas, hingga akhirnya seseorang datang dengan tergesa.

"Sinta !".
Teriak Juna panik. Ia berlari kemudian mengangkat sinta menuju ke dalam mobil. Juna begitu panik melihat keadaan sang istri yang sudah terkulai lemah dengan sisi kaki yang penuh dengan darah.

*****

Disilah Juna sekarang, menunggu dengan cemas di depan ruang operasi. Saat ini Sinta tengah berjuang di dalam. Juna hanya bisa merapalkan doa untuk kebaikan sang istri dan calon buah hati nya.

"Juna !". Panggil seseorang yang merupakan sahabat nya. Dia adalah Kaleandra, sahabat Juna sedari kecil. Dia datang bersama sang istri yang juga tengah mengandung sekitar usia 7 bulan.

"Bagaimana keadaan Sinta Jun?" Tanya Kale dengan begitu khawatir.

"Dia... dia sedang berjuang di dalam. Aku takut. Aku sangat takut. Bagaimana ini kale..? Aku harus bagaimana?". Isak Juna dengan suara yang terdengar begitu memilukan. Kale bergegas merengkuh tubuh sahabat nya itu.

"Tenang Juna, semua akan baik-baik saja". Ucap kale sembari menepuk punggung sahabat nya berharap memberikan sedikit ketenangan.

Pintu ruang operasi telah terbuka, menampilkan seorang dokter yang keluar lengkap dengan baju hijau. Juna dan Kale bergegas menghampiri.

"Bagaimana anak dan istri saya dok?". Ucap Juna dengan suara parau karena terlalu banyak menangis.

"Anak anda selamat, walaupun kondisinya sedikit mengkhawatirkan".
Juna sedikit merasa lega mendengarnya.

"Lalu bagaimana dengan istri saya?"
Juna kembali bertanya.

"Istri anda meninggal pada pukul 17.02 di akibatkan pendarahan".

Untuk kesekian kali nya, Juna merasa langit nya kembali runtuh. Seketika Juna terduduk di lantai dengan isakan yang begitu memilukan.

"Apa yang bisa ku lakukan tanpa mu Sinta?".

Disana, Juna menangis sejadi-jadinya.




To be continue......


My favorite Sky [ BTS LOKAL AU ] END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang