Chapter 12

343 46 0
                                    

Gibran tengah sibuk menyusun berkas-berkas rekam medis di atas meja ruangan nya. Ia memisahkan berkas dari masing-masing pasien nya.

Tok..tok..tok...

Suara ketukan pintu mengalihkan atensi dari si pemilik ruangan.

"Masuk..!". Gibran mempersilahkan dengan tangan yang masih terus bergerak merapihkan berkas-berkas itu .

"Juna?". Gibran berujar setelah si pengetuk menyembulkan kepalanya dari balik pintu.

"Duduklah, aku ingin menunjukan sesuatu pada mu".

Juna berjalan mendekati meja Gibran dan kemudian menarik kursi untuk duduk menghadap nya.

Gibran memberikan berkas rekam medis milik Biru, seperti hasil tes darah, grafik EKG, dan beberapa lembar hasil dari CT Scan yang telah di lakukan oleh Biru.

"Juna, dari hasil pemeriksaan dan gejala yang dialami oleh Biru, seperti kaki yang membengkak, dan dadanya yang terasa nyeri, aku menyimpulkan jika benar, dia mengalami Hipertensi pulmonal seperti kecurigaan ku".

Juna hanya terdiam. ia tak mampu lagi untuk berkata-kata. Beberapa kali ia menghembuskan nafas dalam dan meraup wajahnya dengan kasar.

"Lihat ini, di bagian arteri jantung nya yang sebelah sini, terlihat ada kelainan. tindakan yang bisa dilakukan adalah pembedahan".
Gibran menunjukan hasil CT scan area jantung dan paru-paru milik Biru.

"Kapan itu akan di lakukan? Dan berapa persen tingkat keberhasilan nya?". Juna bertanya dengan suara yang bergetar karena menahan tangis.

"Lebih cepat lebih baik Juna. Untuk tingkat keberhasilan nya aku tidak terlalu yakin dengan kondisi paru-paru nya yang memang ada kecacatan".

Juna kembali mengacak rambutnya. Ia sangat kacau sekarang.

"Tapi aku yakin bahwa Biru akan mampu melewati ini. Kamu tau kan dia anak yang begitu kuat? Bahkan ketika lahir banyak dokter yang meragukan jika ia akan bertahan. tapi lihatlah, dia mampu bertahan sampai sejauh ini. Itu keajaiban Juna".

Gibran mencoba menenangkan sang sahabat dengan kalimat-kalimatnya, namun tak sedikitput membuat Juna kehilangan rasa khawatir nya.

*****

Arai berlari sekencang mungkin menyusuri koridor rumah sakit. Ia tak menperdulikan sudah berapa kali ia akan menabrak orang-orang yang tengah berlalu lalang.

Dan Sampailah ia di Ruang VIP yang menjadi tujuannya. Ruangan milik Langit Biru Wiranata.

Arai membuka pintu dengan pelan takut-takut membangunkan sang sahabat. namun siapa sangka, yang di khawatir kan ternyata sudah bangun dan tengah berbaring setengah duduk sambil menatap arah pintu.

"Biru, Kamu tidak apa-apa?".
Arai mendekati Brankar Biru kemudian duduk di bangku yang berada di sebelah ranjangnya.

Biru hanya tersenyum manis di balik masker oksigen yang ia kenakan, dengan dada yang masih sedikit naik turun terlihat sesak.

Arai beralih menggenggam tangan milik Biru. Kemudian Biru terisak yang membuat masker oksigen nya mengembun.

"Kenapa kamu menangis? Apa ada yang sakit?". Arai bertanya dengan raut wajah yang terlihat sangat khawatir.

"Hiks.. hiks.. aku... aku lapar tapi tidak bisa makan". Biru terisak dengan air mata yang mengalir di sela pipinya.

Arai tersenyum, bagaimana bisa Biru masih sangat menggemaskan di saat sedang sakit seperti ini?

My favorite Sky [ BTS LOKAL AU ] END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang