Chapter 14

340 49 6
                                    


Dua minggu sudah kelas tanpa kehadiran sosok Biru, rasa kehilangan mulai terasa bagi sebagian penghuni kelas.
Meski mereka selalu abai akan presisi Biru, namun keceriaan yang selalu Biru tampakkan membuat mereka merasa rindu.

Pembelajaran berjalan seperti biasanya. anak-anak yang memperhatikan penjelasan sang guru, mengerjakan tugas setelah nya, dan pergi ke kantin ataupun berkumpul dengan yang lain untuk sekedar bercengkrama.

Semua sibuk dengan urusan nya masing-masing. Begitu pula dengan Jeyden, ia tampak sibuk dengan buku dan pensilnya.

"Kamu tidak pergi ke kantin?".

Jeyden memberhentikan kegiatannya. Ia mendongak, memandang si pemilik suara. Ada angin apa Tiba-tiba saja Arai mau mengajaknya berbicara?

"Aku tidak lapar". Jeyden kembali mencoret-coter buku di hadapan nya.

Arai mendudukan diri nya di hadapan Jeyden.

"Gambar kamu bagus juga". Arai berujar memerhatikan gerakan tangan Jeyden yang bergerak dengan lihai.

Jeyden tampak tidak peduli dengan ucapan Arai.

"Apa hari ini kamu mau mengunjungi Biru?". Mendengar nama Biru, Jeyden langsung menghentikan kegiatannya. Dan beralih memandang wajah Arai.

Jeyden hanya mengedikkan bahu tanda 'entah lah'. Ia merasa belum siap untuk kembali bertemu dengan Biru.

"Baiklah kalo kamu gak mau". Arai bangkit berniat untuk meninggalkan Jeyden.

"Iya aku mau". Ucap Jeyden dengan tiba-tiba. Sebenarnya ia sedikit ragu untuk pergi bersama dengan Arai, mereka belum cukup dekat dan Jeyden juga masih merasa canggung.

"Baiklah, tapi jangan kira aku ngajak kamu karena mau temenan sama kamu ya, aku ngajak kamu demi Biru".

Arai berlalu setelah nya meninggalkan Jeyden yang tak bergeming di tempat nya.

*****

"Biru, aku di sini Datang nemuin kamu. Aku kangen sama kamu Ru".

Arai berucap dengan derai air mata. Ia begitu merindukan sahabatnya.

"Kamu tau gak? Anak-anak kelas juga kangen sama kamu, mereka bilang kangen sama senyum bulan sabit kamu".

Arai masih terus berbicara meski ia tau tidak akan ada jawaban dari sana.

Arai tersenyum getir. Ia merasa seperti orang bodoh menangis sendirian sedari tadi.

"Arai..". Sentuhan di pundaknya menghentikan isakanya. Ia menoleh, Memandang manik mata si pemanggil.
Juna tersenyum di balik masker yang ia kenakan.

"Om.. kapan Biru akan bangun?".

Juna hanya terdiam. Ia sendiri pun tak tahu jawabanya. Kini Biru masih terbaring di ruang ICU. Dua minggu setelah dilakukan pembedahan Biru tak kunjung membuka matanya.

"Do'a kan saja agar dia cepat bangun". Juna berujar dengan senyuman di mata nya.

Arai hanya mengangguk karena ia tak mampu lagi berkata-kata, ia masih terisak.

"Saya keluar dulu ya om, ada Jeyden di luar, dia mau gantian jenguk Biru".

Arai berlalu meninggalkan ruangan Biru yang harus tetap sterill.

Juna meraih tangan mungil milik Biru, kemudian dengan telaten ia mengelap peluh di wajah Biru. Terkadang Biru sesekali mengernyitkan dahi seperti tak nyaman, namun ia enggan untuk membuka mata.

"Ayo nak, bangun..kamu gak capek ya tidur terus?". Juna mencoba mengajak Biru berbicara, namun tidak ada jawaban hanya ada suara dari mesin Bedside monitor.

Jeyden memasuki ruangan Biru sudah lengkap dengan masker dan juga pakaian steril yang wajib di kenakan ketika menjenguk pasien seperti Biru.
Ia berjalan mendekat pada Juna.

"Ayah keluar dulu ya jagoan". Juna bangun dari kursi nya. Ia menepuk bahu Jeyden dengan anggukan.

Jeyden balas mengagguk. Ia mendudukan diri nya di sebelah brangkar milik Biru.

Jeyden menghela nafas sebelum berujar.
"Maafkan aku ya Ru, udah hampir 2 minggu semenjak kamu disini aku baru berani nemuin kamu lagi".

Jeyden yang selama ini tampak dingin selalu mampu mengungkapkan isi hatinya semenjak mengenal Biru.

"Aku ikut sakit ngeliat kamu kaya gini Ru, aku takut. Aku takut kamu pergi Ru. Aku baru pernah ngerasain tulus nya pertemanan dari kamu".

Tanpa sadar air mata Jeyden mengalir begitu deras. Untuk kali pertama ia menangis sampai seperti itu. Bahkan ia tidak pernah menangis ketika ia menerima pukulan dari sang ayah.

Suara lenguhan keluar dari mulut Biru. Biru perlahan membuka mata nya, ia mengernyit menyesuaikan cahaya dan juga merasa tak nyaman dengan tenggorokan nya yang terpasangi Ventilator.

Jeyden yang melihat Biru mulai membuka mata, segera menekan tombol hijau yang berada di sebelah ranjang untuk memanggil dokter.

*****

Gibran berlari dengan kencang menuju ruangan Biru. Juna yang tengah duduk di kursi tunggu seketika panik dengan kedatangan Gibran yang tergesa.

"Ada apa Gibran?". Pertanyaan Juna terabaikan oleh Gibran yang langsung memasuki ruangan Biru begitu saja.

Bergantian dengan Jeyden yang keluar dari dalam ruangan, Juna langsung menghampiri Jeyden untuk meminta penjelasan akan apa yang telah terjadi sebenarnya.

"Biru tadi udah sadar om". Jeyden berucap dengan raut wajah tangis penuh haru.

Seketika Juna merengkuh tubuh Jeyden, ia terus mengucap syukur sambil terisak.

Melihat adegan itu, Arai yang baru saja datang karena pergi ke toilet, mendekat dengan raut wajah penuh tanya. sebenarnya apa yang sedang terjadi?
Arai  meminta penjelasan pada Jeyden.

*****

"Biru, apa kamu dengar om?".

Biru yang masih terpasangi Ventilator hanya bisa mengedipkan mata mendengar pertanyaan Gibran.

"Apa ada yang sakit? Kalo enggak, coba kedipkan mata kamu dua kali".

Kemudian Biru mengedipkan matanya dua kali secara perlahan, yang Membuat Gibran merasa begitu lega. Kemudian ia melanjutkan pemeriksaan.

Gibran keluar dari ruangan setelah melakukan beberapa pemeriksaan terhadap Biru. Senyumnya begitu  mengembang menghiasi wajahnya.
Ia mendekati Juna dan kemudian menepuk bahu sahabatnya itu.

"Sudah ku bilang, dia itu anak yang begitu kuat. Sebentar lagi dia udah boleh di pindahin ke ruang rawat biasa".

Untuk kesekian kalinya Juna mengucap syukur kepada Tuhan. Ia percaya jika langit nya akan kembali membiru.

Juna memeluk tubuh Gibran dengan tangis Haru.

"Terimakasih..terimakasih". Juna berkali-kali mengucapkan terimakasih sambil terus terisak.

To be continue.....

Terimakasih sudah membaca.. maaf kalo cerita nya ngalor ngidul😅

Bantu Vote dan Komen yaa...
Borahae 💜

My favorite Sky [ BTS LOKAL AU ] END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang