Chapter 20

342 44 7
                                    

Mungkin, tidak sekali dua kali kita sebagai manusia mempertanyakan masalah hidup yang sedang di jalani sekarang. Apakah ini pilihan yang tepat? Mengapa terasa berat sekali ketika menjalaninya? Dulu sepertinya ini yang diinginkan, tapi mengapa sekarang malah jadi biasa saja saat di jalani? Wajar saja, namanya juga manusia bukan?

Begitulah kira-kira isi pikiran dari Jeyden sekarang. Ia merasa begitu hampa dan kosong.

Kemarin-kemarin, ia sangat menggebu-gebu untuk menjodohkan ayahnya dengan Hana. Namun sekarang? Ia merasa perasaan itu telah menghilang, tat kala Jeyden menemukan sang ayah yang tengah mabuk di dapur dengan mulut yang merancau tidak jelas.

Meski begitu, Jeyden masih ingat apa saja yang di katakan oleh sang ayah ketika sedang mabuk.

Ayahnya mengatakan bahwa ia baru saja di tolak oleh Hana. Sebenarnya Jeyden sedikit tidak menyangka bahwa ayahnya akan bertindak secepat itu.

Namun mendengar pernyataan dari sang ayah, kini ia tidak lagi menaruh harap pada hubungan sang ayah dan Hana.

Jika memang Hana sudah menolak, segiat apapun Jeyden berusaha, pasti mereka tidak akan pernah bersama.

Jeyden memandang lekat Langit hitam dari balkon kamar miliknya.

Jeyden terkesiap tat kala handphone nya berdering. Ia memandang handphone itu dan menggeser tombol hijau pada layar.

"Halo?".

Jeyden mendengarkan suara dari sebrang dengan seksama kemudian ia tersenyum.

"Tentu, Aku mau temenin kamu kemana aja yang kamu mau. Baiklah. Selamat malam".

Jeyden mengakhiri panggilan itu. Kemudian berjalan ke arah ranjang dan merebahkan tubuhnya di sana. Terasa begitu nyaman hingga ia mulai terlelap di buatnya.

*****

Sang Matahari mulai menyongsong dinginya pagi. Warna emas nya begitu indah ketika bertemu dengan butiran embun yang tengah berayun manja pada dedaunan.

Dari balik jendela kamar, Biru tersenyum memperhatikan apa saja yang melintas pada pandangan nya. Burung-burung yang berterbangan, bunga-bunga yang bermekaran begitu indah, dan juga para manusia yang sibuk lalu lalang dengan berbagai macam kesibukannya.

Biru tersenyum seraya berucap syukur. Belakangan ini Biru merasa begitu sensitif. Ia tidak mau kehilangan momen apapun meski hanya sedetik.

Hari ini, Biru berniat untuk menghabiskan waktunya dengan Arai dan Jeyden. Ia ingin menikmati hari nya di ruang terbuka.

Beruntung, ia mendapatkan izin dari sang ayah. Ia semakin tidak sabar hanya dengan membayangkannya.

Namun, tiba-tiba saja suara ketukan pintu kamar Biru membuyarkan lamunan nya.

"Masuk saja tidak di kunci !".

Teriak Biru agar orang itu berhenti mengetuk. Biru menoleh, disana Jeyden dan Arai tersenyum mendekati Biru.

"Kamu udah siap buat bersenang-senang?".

Arai berucap sembari mendudukan dirinya di samping Biru.

"Pergi kemana kita hari ini?". Giliran Jeyden yang bertanya.

Biru hanya tersenyum dan memandang mereka satu persatu.

"Aku ingin bersepeda ".

Jeyden dan Arai seketika membulatkan matanya tak percaya.

"Kamu gila ya? Bisa habis nanti kita sama ayah mu".

"Ayolah sekali ini aja. Aku ingin merasakanya, aku gak tau bakal bisa ngerasain lagi apa enggak, atau Mungkin ini jadi yang terakhir".

My favorite Sky [ BTS LOKAL AU ] END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang