Chapter 8

381 43 1
                                    


Hujan turun menemani Dinginya malam. Jeyden duduk termenung sembari menghitung rintikan air yang jatuh. Pikiran nya melayang, tentang bagaimana nanti ia menghadapi sang ayah ketika tahu jikalau ia telah di keluarkan dari sekolah.

Jeyden menelan ludah membayangkan apa yang akan dilakukan oleh sang ayah. Ayahnya adalah sosok yang dingin dan keras. Mungkin saja Jeyden akan mati di tangannya. Tidak, itu terlalu kejam. Regi tidak setega itu untuk membunuh putra kandung nya sendiri.

Suara mobil memasuki pekarangan rumah. Jeyden tersadar dari lamunan, sejenak ia memejamkan mata dan menarik nafas dalam. Ia sudah pasrah dengan apapun yang akan ayah nya lakukan.

Regi menaiki anak tangga dengan brutal menuju kamar Jeyden. Kemudian memutar knop pintu dan mendorong dengan cukup keras. Tanpa mengetuk, Regi langsung memasuki kamar Jeyden. Disana, Jeyden tengah duduk di atas ranjang.

Tanpa aba-aba Regi menarik kerah baju Jeyden dan memberikan tamparan yang cukup keras.

"Sudah puas kamu sekarang hah? Apa susahnya sekolah Tanpa mencari masalah? Saya sudah muak dengan kelakuan mu !".

Jeyden hanya tertunduk. Ia merasakan penuh kemarahan sang ayah.
Semenjak perceraian Regi dengan istrinya, ia menjadi seorang yang begitu dingin. Jeyden sangat merindukan ayah nya yang dulu, yang penuh kehangatan.

"Kamu sudah saya daftarkan di sekolah yang baru. Besok datanglah dan jangan pernah kembali berbuat onar !".
Regi berbicara sambil berlalu tanpa memandang kepada Jeyden, kemudian pergi keluar dan membanting pintu.

Seketika Jeyden terduduk di lantai dengan memeluk ke dua lutut nya.
Ia terisak. Ayah nya tidak mengerti. Sungguh sangat tidak mengerti. Jeyden hanya ingin di akui kembali oleh sang ayah, Jeyden hanya merindukan sosok ayah nya yang kini telah berubah menjadi sedingin es.

*****

Hana berjalan di koridor rumah sakit. Hari ini ia berniat akan menjemput Biru. Sesekali ia menunduk menyapa para staf dan beberapa dokter yang ia kenal. Memang, dulu sebelum Hana di tugaskan untuk menjaga Biru ia adalah salah satu Suster di rumah sakit ini.

"Suster Hana !".
Hana menoleh kemudian tersenyum. Ia sangat familiar dengan pemilik suara itu.

"Apa hari ini kamu akan menjemput Biru?".

Hana mengangguk sebagai jawaban.
"Juna sedang ada urusan dengan kantornya hari ini. Jadi dia menyuruh ku untuk menjemput biru". Seakan Hana tau dengan sorot mata Gibran yang seperti menanyakan kemana Juna.

"Oh baiklah, sepertinya sekarang harus lebih memperhatikan Biru. Dosis obat dan konsentrasi oksigen nya sudah di tambah. Nanti akan saya beri resep nya".

Hana mengernyit tanda tak mengerti. Bukan, bukan tak mengerti dengan apa yang di jelaskan oleh Dokter Gibran. Tentu saja ia mengerti karena ia seorang Suster, namun tak mengerti kenapa dosis nya harus di tambah? Apa  keadaan Biru memburuk?

"Biar kan nanti Juna yang menjelaskan". Gibran tersenyum. Seakan ia tahu dengan isi pikiran Hana.

Gibran melihat jam di pergelangan tangan nya.
"Baiklah, aku harus menemui pasien lain. Jika ada sesuatu telponlah. Sampai jumpa".
Gibran berlalu dan melambaikaikan tangan pada Hana.

*****

Hana mengetuk kamar rawat Biru, kemudian membuka pintu dan tersenyum manis pada Biru.

My favorite Sky [ BTS LOKAL AU ] END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang