Chapter 3

732 57 8
                                    


Juna merasa hidupnya telah hancur. Setelah semua apa yang ia alami. Menyaksikan tubuh sang istri tercinta di masukan ke dalam peti mati dan di kubur, menyaksikan bagaimana anaknya harus menjalani operasi besar pada usia 3 hari, dan di salahkan oleh sang mertua dengan tuduhan tidak becus menjaga istri. Sungguh Juna rasanya ingin menghilang saja dari dunia. Namun jika dia menghilang, entah dengan siapa malaikat kecil nya nanti. Dia harus tetap kuat demi sang buah hati.

Juna tengah duduk di depan ruangan NICU sekarang, ia hanya mampu memandangi sang buah hati dari balik kaca pintu. hatinya begitu sakit ketika melihat kenyataan bahwa anaknya yang tanpa dosa harus menanggung beban berat seperti ini. Namun dia juga merasa bangga akan putra nya itu, dia sudah menjadi seorang pejuang sejak dalam kandungan. bahkan hingga dia besar nanti dia juga akan terus berjuang.

Juna tertunduk, hatinya begitu ringkih saat ini. ia butuh sebuah sandaran untuk sekedar menopang dirinya yang merasa lelah, namun penopang itu kini telah pergi. Telah tiada untuk selama-lama nya. Juna tersenyum meratapi diri nya sendiri.

"Juna...". Kale mendekat memegang bahu Juna dengan 1 tangan membawa sebuah kantong plastik.

Juna mendongakan kepala memandang sang sahabat kemudian tersenyum hingga memperlihatkan lesung di kedua pipi nya.

"Kamu belum makan sejak kemarin Jun. Kamu hanya melamun. Makan lah dulu, ini aku bawakan beberapa roti dan susu yang aku beli dari supermarket tadi". Ucap kale sambil menyodorkan plastik putih yang ia pegang.

"Terimakasih..". Juna menerima dengan senyuman.

"Pasti kamu bisa melewati semua ini Juna. Masih ada aku. Aku janji akan memperlakukan Biru seperti anak kandung ku". Ya, Biru. Langit Biru Wiranata adalah nama yang di berikan Juna kepada putra nya.

"Terimkasih..". untuk kesekian kali nya hanya ada kata terimakasih yang terucap dari bibir Juna. Kale paham, Juna memang sedang berada di titik terendah. Kale hanya bisa mensupport dan mencoba untuk selalu ada di samping sahabat nya itu.

7 tahun kemudian...

"Ayah.... !". Seorang anak kecil berlari kecil menghampiri sang ayah yang baru saja sampai di kediamanya.

"Jalan nya pelan-pelan saja Biru, tidak perlu berlari, ayah tidak akan kemana-mana ". Juna berjongkok untuk menyamakan tinggi nya dengan si buah hati.

Biru tersenyum sembari memeluk sang ayah. "Iya ayah...". Ucap Biru dengan antusias.

"Suster Hana mana?". Tanya Juna sambil melihat sekeliling.

"Suster Hana sedang memasak untukku". Biru menjawab dengan senyum yang membuat mata kecil nya terlihat menghilang. Biru tumbuh menjadi anak yang begitu manis dan ceria. Biru adalah semangat Juna untuk terus bertahan.

"Anda sudah pulang tuan?". Suster Hana keluar dari area dapur dengan membawa nampan yang berisi makanan untuk Biru.

"Apa anda mau saya buat kan teh?". Hana mencoba menawarkan.

"Tidak perlu Suster, tugas anda hanya untuk menjaga dan merawat Biru".
Memang, karena Juna sibuk bekerja jadi dia memperkerjakan Suster untuk menjaga sang putra, apalagi kondisi putra nya yang berbeda dari anak-anak lain.

"Bagaimana Biru hari ini?". Tanya Juna kepada sang Suster.

"Tadi dia sempat meminta keluar rumah, kemudian dia bertemu dengan seorang anak yang seumuran dengan nya, namun ketika Biru mendekat anak itu berlari menjauhi Biru. Anak itu menyuruh Biru untuk pergi, dia bilang Biru anak yang aneh karena memakai itu". Hana bercerita sambil menunjuk pada selang oksigen yang selalu tertengger di hidung Biru. Memang, Biru harus selalu menggunakannya karena cacat paru-paru akibat komplikasi CDH yang membuat sebagian paru-parunya berukuran lebih kecil karena tidak dapat mengembang. Yang terdesak oleh lambung pada saat itu. Walaupun sudah dilakukan operasi namun itu hanya menutup lubang diapragma dan tidak membuat paru-paru itu menjadi berukuran normal.

My favorite Sky [ BTS LOKAL AU ] END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang