Chapter 17

296 38 2
                                    

Matahari bersinar cerah pagi ini. Sinarnya memberikan kehangatan bagi siapa saja yang tertepa.

Hari ini adalah hari terakhir ujian. Para murid akan bebas dari berbagai macam tugas setelah nya, dan akan berganti memasuki musim liburan.

Walaupun hari ini masih ujian, namun Biru sudah sibuk memikirkan akan kemana ia pergi liburan nanti.

"Biru, nanti malam kita pergi makan di luar ya?". Juna yang duduk di sebrang meja berujar sambil menyesap secangkir kopi panas.

"Kenapa yah? Tumben?".
Biru sembari menelan obat yang di lanjutkan dengan meminum segelas air putih.

"Ayah cuma pengen ngomong sesuatu".

Biru hanya membulatkan mulutnya tanpa penasaran dengan apa yang akan ayah nya bicarakan.

*****

Akhirnya ujian telah benar-benar selesai. Sekolah begitu riuh dengan Para murid yang terlihat begitu senang.

Arai, Biru dan Jeyden tengah berada di taman sekolah untuk menjernihkan pikiran setelah sibuk berjibaku dengan kertas berisikan soal-soal ujian.

Mereka hanya mengobrol ringan dengan sesekali bergurau.

"Jeyden hari ini kamu lagi seneng ya?". Biru, si yang selalu mengucapkan apa yang ada di pikiran nya.

Tanpa sadar, hari ini Jeyden memang terlihat begitu bahagia dari biasanya. Ia tak pernah menunjukan wajah dingin nya sekali pun.

Sebenarnya Jeyden ingin mengungkapkan alasan dari kebahagiaan nya adalah sikap sang ayah. Setelah kejadian semalam, sikap ayah nya terhadap Jeyden tidak sedingin biasanya. Jeyden pikir semua itu berkat Suster Hana. Mungkin ayah nya sedang Jatuh Cinta sekarang.

"Biru, mau gak bantu aku buat deketin Suster Hana dengan ayah ku?". Tanpa aba-aba Jeyden tiba-tiba berkata seperti itu yang membuat Biru dan Arai cukup terkejut.

"Aku rasa ayah ku menyukai Suster Hana".

Biru hanya terdiam. Dalam lubuk hati nya ia pernah ingin menjadikan Suster Hana sebagai ibu nya. Biru juga sempat berpikir untuk menjodohkan Suster Hana dengan ayah nya.

"Gimana Ru? Ayah ku jauh lebih baik perlakuanya kepada ku berkat ketemu sama Suster Hana kemarin, dia gak terlalu dingin sama aku".

Mendengar penuturan Jeyden, Biru hanya pasrah. apalagi yang bisa ia lakukan selain membantu Jeyden.

"Baiklah..akan mulai dari mana rencana kita?".

*****

Biru tengah bersiap di kamarnya, ia tengah merapihkan rambutnya sembari bersiul. Malam ini ia akan pergi makan di luar dengan sang ayah sesuai perjanjian tadi pagi.

"Aku tampan juga. Bagaimana kalo aku melepaskan benda ini?". Biru berbicara sendiri di depan cermin.

"Ah tidak tidak, aku masih ingin hidup". Biru menggeleng dan di lanjutkan dengan bersiul kembali.

"Biru.. apa kamu sudah siap?". Juna berteriak memanggil Biru dari lantai bawah.

Biru bergegas keluar kamar, dan menuruni anak tangga.

"Pelan-pelan!". Sang ayah yang selalu khawatir. Biru hanya memutar bola mata nya jengah.

"Suster Hana?". Biru sedikit terkejut melihat Suster Hana yang terlihat berpakaian cukup feminim tidak seperti biasanya.

"Kita akan makan malam bertiga".
Ucap juna sembari mengancingkan lengan kemeja nya.

"Oh....?".
Biru hanya membulatkan mulut nya.

*****

Disini lah mereka sekarang, di sebuah restoran yang cukup mewah. Mereka terlihat seperti sebuah keluarga yang bahagia.

Hidangan yang mereka pesan sudah mulai berdatangan. Biru hanya memesan pasta kesukaanya.

"Wah...". Biru terlihat berbinar melihat makanan yang datang satu persatu.

"Apa aku boleh meminta sosis ayah?".
Biru berucap dengan pandangan mata yang terus tertuju pada sosis milik Juna, seperti anak yang masih berusia 5 tahun.

"Biru ingat, Kamu tidak boleh makan makanan olahan".

Biru mengerucutkan bibirnya kecewa. Ia sangat tergoda dengan sosis milik sang ayah.

"Biru, ayah ingin berbicara sesuatu ". Juna menatap Biru yang tengah sibuk memutarkan garpu di atas piring pasta nya.

"Ayah ingin meminta pendapat mu bagaimana jika Ayah menikah dengan Suster Hana?".

Mendengar kalimat yang muncul dari bibir sang ayah, membuat Biru terbatuk dan memukul-mukul dadanya pelan karena kaget.

"Kamu gak papa?". Juna beralih mengusap dada Biru.

"I....iya, aku gak papa yah, cuma kaget". Biru langsung menenggak air putih di hadapan nya.

"Kamu boleh mengungkapkan apa aja pendapat kamu ru". Hana berujar dengan lembut sembari tersenyum manis pada Biru.

Biru memandang Suster Hana kemudian beralih memandang sang ayah.

Biru bimbang, di sisi lain ia ingin memiliki sosok ibu seperti Hana, namun ia juga sudah berjanji pada Jeyden untuk mendekat kan Suster Hana dengan Ayah nya.

Apakah Biru harus mengalah demi Jeyden?

Biru memejamkan mata, menarik napas dalam sebelum berujar.

"Ayah.... ayah saja sudah cukup".
Biru memilih untuk mengalah. Biru pikir kehidupan Biru selama ini lebih bahagia di bandingkan dengan kehidupan Jeyden.

Hana hanya tersenyum mendengar penuturan dari Biru, ia tidak keberatan. Meski dalam hati ia memiliki rasa yang sama terhadap Juna. Namun pendapat dari Biru juga penting menurut Hana.

"Baiklah, ayah mengerti ".
Juna mencoba untuk tersenyum. Dalam hati ia merasa sedikit kecewa, namun ia bisa apa jika anaknya sudah menolak?

Setelah percakapan itu, seketika suasana berubah menjadi canggung. Biru merasa tidak nyaman dan merasa sedikit bersalah.

"Apa aku ini egois?"
Batin Biru.



To be continue....

.
.
.
.
.
.
.
.

Chapter ini lebih pendek ya?

Btw Terimakasih sudah membaca. maaf ya kalo ceritanya makin absurd😭🙏
.


.
.
.
.
.
.

Bantu vote dan komen yaa...
.


.
.
.
.

Borahae💜

💜💜💜💜💜

My favorite Sky [ BTS LOKAL AU ] END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang