11. Lari

84 9 3
                                    

Hai, gimana kabarnya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai, gimana kabarnya?

Lama ya nungguin updatenya? So sorry:"Ngumpulin mood buat nulis itu susah banget:"

So,

Udah siap buat Rangga-Karin hari ini?

Langsung aja get ready!

Tandain kalau ada typo yaa, belum sempet ngedit soalnya xD

🎸🎸🎸

Untuk beberapa saat mereka makan malam bersama dalam keheningan, ada suata waktu mereka akan saling berpandangan dengan Karin yang akan lebih dulu mengalihkan pandangannya dengan wajah tersipu. Karena jujur saja, belum ada laki-laki yang berhasil menyentuh Karin sebegitu intimnya. Bahkan mantan-mantannya terdahulu.

Karin takut jika semua ini hanya emosinya saja akibat pelampiasan rasa kesalnya karena berkali-kali ditinggalkan. Karin bukannya tidak cantik, banyak yang mengakui bahwa Karin adalah definisi wajah cantik sesungguhnya. Kedua mata yang bulat sempurna dengan bola mata kecoklatan, bulu matanya lentik dengan alis yang melengkung sempurna sangat pas dengan fitur wajahnya. Hidungnya tidak terlalu mancung tetapi pas pada porsinya, lekukan bibirnya begitu indah dan sempurna untuk seorang Karin.

Meskipun ia memiliki kesempurnaan wajah yang banyak membuat semua wanita iri, nyatanya hal tersebut tidak menutup kemungkinan untuk seorang lelaki mengkhianatinya. Dengan demikian membuat Karin sulit percaya dengan laki-laki yang mendekatinya. Ia selalu menjaga jarak hubungan untuk tidak terlalu melewati batas.

Tetapi, ia mulai merasakan ada perbedaan perilaku ketika ia dekat dengan mantan-mantannya dulu dengan Rangga sekarang.

Karin dan Rangga sama-sama sudah menyelesaikan makan malamnya. Dengan begitu Rangga langsung berinisiatif bangkit dan mengambil piring bekas milik Karin untuk dicucinya.

"Biarin di situ aja. Nanti gue yang bakal bersihin." Tentu Karin merasa tidak enak, karena lagi-lagi Rangga yang membersihkan dapurnya.

"Nggak apa-apa. Lo duduk di situ aja."

Pada akhirnya Karin hanya mengembuskan napas dan duduk di kursi dengan memandangi punggung tegap Rangga yang sibuk mencuci piring. Tiba-tiba ponsel Karin berdering dan menampilkan nama si pemanggil di sana. Kedua alis Karin menukik heran tatkala melihat nama "Mama is calling" di layar ponselnya. Tidak biasanya sang Mama menghubunginya selarut ini.

"Ya, Ma, halo?"

"Karin...," Terdengar suara tangis yang tersedu dari Mamanya.

"Ma..., kenapa? Ada apa?"

"Papa kamu, Rin, Papa kamu pergi dari rumah."

Pada tempatnya, Karin diam membisu. Ia membeku untuk beberapa saat. Dadanya naik turun sudah bisa menebak akar masalah yang menyebabkan Papanya pergi dari rumah.

Beautiful FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang