BIG NO!! Ucap gue dalam hati pas tau siapa yang bakal jadi suami Nia nantinya. Seorang bapak-bapak berumur hampir 37 tahun, duda anak satu, petani, kaya sih, tapi bisa-bisanya dan atas dasar apa Nia mau sama dia. Pliss ya, gue ga terima.
Pikiran gue agak ruwet pas tau siapa calon suami Nia, sedangkan hati gue juga dalam kondisi yang gak baik-baik aja. Semalaman gue yang dapat ruang tidur di depan TV ga bisa tenang, bolak-balik nyari posisi tidur ternyaman, tapi ga bisa. Saat itu gue Cuma mikirin, 'Ini Nia beneran mau dinikahin sama duda bapak-bapak?'.
Semaleman gue merenung, ngerasain dan mencoba mendalami rasa yang lagi ada di hati gue. Mencoba paham maksud sebenarnya Tuhan ngasih gue semua ini.
Hingga di waktu fajar, ba'da sholat subuh di masjid. Saat aku dan pakdhe berkumpul untuk menikmati secangkir kopi, sedangkan saat itu para wanita tengah sibuk menyiapkan sarapan di dapur, guepun mulai bicara serius.
"Pakdhe, Raja izin bicara serius pakdhe," izin gue ke pakdhe.
"Nggeh silahkan. Kenapa mas raja?"
"Niki Pakdhe, saya sudah semalaman ini merenung. Mungkin ini cukup terlambat dan bisa dikatakan kurang ajar atau semacamnya. Saya, Muhammad Raja Diyaulhaq berniat melamar keponakan Njenengan atas nama Karunia untuk dijadikan istri saya. Pripun pakdhe?" lega gue bisa menyampaikan maksud dengan lancar di tengah hati yang nano-nano.
"Bukannya kemarin Mas Raja menolak?" pakdhe menimbali pertanyaan, sepertinya tengah menimang keseriusan gue.
"Enggeh Pakde, tapi kemudian saya beralih keputusan setelah sampai sini,"
"Ya wes ndak popo. Pumpung Nia belum ada yang lamar, pakdhe nggeh setuju saja. Tapi coba tanya Nia langsung ya?" alhasil kami memanggil Nia, meminta jawaban pastinya pagi itu juga.
"Nia nggeh-nggeh mawon pakdhe, Nia manut," Cuma itu jawaban Nia, gue agak curiga cewek ini adalah cewek manutan yang minim pendirian.
"Ya sudah, karna Mas Raja yang sudah duluan melamar, dan diterima pula, Kang Rafli otomatis gugur nggeh lamarannya. Nanti coba pakdhe sampaikan,"
"Nggeh pakdhe matur nuwun" ucap Nia yang masih setia duduk berhadapan dengan gue, tepat di samping pakdhenya.
"Tapi gini pakdhe, saya ada permintaan. Misal saja, kami berdua menikah dulu secara agama hari ini kira-kira bisa tidak?" permintaan gue mungkin cukup aneh, tapi gue ga bisa menunggu, takut-takut setelah sampai Tembalang gue berubah pikiran.
"Walah ya ndak papa, kita tinggal panggil pak Kyai, walinya kan saya, terus manggil saksi juga,"
Akhirnya gue langsung ngabari Umi, beliau langsung setuju dengan keputusan gue. Tak lupa gue juga langsung ngabari Ilham buat otw ke surabaya dan jadi saksi nikah gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Jiwa
Ficción GeneralHidup Raja sebagai seorang koas tiba-tiba berubah setelah kehadiran Nia, gadis yang ia nikahi atas dasar belas kasihan sang Umi. Nia, gadis desa, yatim piatu, pendiem, aneh, dan ga tau mode. Itu satu kalimat yang bisa mendefinisikan Nia dari sisi Ra...