Cemburunya Nia

8 1 0
                                    


Pagi kemarin, tanggal 22 April 2023 adalah tanggal ulang tahunku. Kali pertama aku melihat dunia, merasakan segarnya bernafas sendiri tanpa bantuan plasenta ibu.

Nggak ada ritual spesial yang aku lakukan di hari ulang tahunku. Latar belakangnya karna aku dari keluarga ga mampu, jadi gak mampu pula jika harus hedonis beli ini-itu Cuma buat ngerayain kelahiran. Pikirku lebih baik uangnya ditabung untuk makan bulan depan.

Sedikit berbeda perasaanku di ulang tahun sebelumnya dengan ulang tahun kali ini. Pastinya karna statusku udah berbeda, udah jadi orang yang punya pasangan. Hati kecilku sedikit berharap, memelas, dan berangan andai saja bisa seperti pasangan romantis lain yang diberi surprise ultah.

"Aku juga boleh kan berharap buat ngerasain itu?" gumanku kala berangan-angan mendapat surprise spesial dari Mas Raja.

Hari itu, aku sengaja meliburkan diri dari nugas. Sengaja kuisi untuk memanjakan diri dengan membeli beberapa makanan untukku juga untuk Mas Raja, termasuk sebuah keik kecil rasa tiramissu.

Sepanjang hari aku berharap, Mas Raja cepat pulang. Namun nyatanya, kutunggu sampai jam 7 malam, Mas Raja tidak memberi kabar tentang kepulangannya.

Aku yang sudah terlanjur berharap mendapat kejutan, seketika jatuh ke posisi paling rendah. Aku meruntuki diriku sendiri, berkali-kali mengucapkan "Kamu bodoh Nia!", sampai lidahku kelu. Nyatanya, aku masih belum bisa ikhlas akan hal ini.

Makanan yang sudah terlanjur aku beli dan aku buat, akhirnya kubagikan ke satpam apart sampai ludes, hingga aku lupa menyisakannya untuk makan malam Mas Suami. Awalnya aku berniat memesan lauk, tapi kemudian urung setelah melihat ig story yang tumben dipasang oleh akun suamiku. Sebuah foto yang membingkai kedekatan Mas Raja dan Aluna di sebuah kafe terkenal yang tak perlu kusebut namanya. Hatiku mencelos, Mas Raja pergi dengan perempuan lain di hari ulang tahunku?

Langsung, kumatikan hp dan lampu ruang tamu. Tanpa cuci kaki, aku naik ke ranjang, merebahkan diri tenggelam di dalam selimut bersama air mata yang ga tau ngalir sendiri.

Paginya, aku bangun dengan Mas Raja yang masih tidur di sampingku. Entah dapat keberanian dari mana, aku mulai jutek dan hemat bicara saat ia mengajakku mengobrol atau bertanya mengenai suatu hal. Aku kembali banyak berbicara saat Umi menelfon, berusaha menyembunyikan gurat marahku pada mertua tercinta.

"Raja lupa Umi. Ya udah Mi langsung Raja tutup aja. Raja mau nenangin singa betina yang ternyata lagi ngambek mi. Makasih banyak udah dikasih tau, tadinya Raja sama sekali gak paham," Mas Raja tiba-tiba berdiri di tengah obrolannya bersama Umi. Ia langsung menghampiriku, menarikku agar masuk ke dalam dekapannya yang sudah lama kunantikan.

"Maafin Mas ya Ni. Kemaren bener-bener lupa, Mas ngaku salah. Habis ini kita pergi deh, sebagai bentuk hadiah dan permitaan maaf," ucap Mas Raja tanpa melepas pelukannya, aku yang masih gak terima karna dengan mudahnya ia minta maaf, dan juga meruntuki diriku yang dengan mudahnya luluh dengan ketulusannya.

"Aduh kok basah? Nia nangis lagi? Udah dong! Tambah jelek Ni!" godanya. Mas Raja melepas pelukan kami, lalu mengusap sudut mataku yang sudah berembun.

"Dimaafin ya?" aku hanya mengangguk tanpa berniat berkata apa-apa.

Janji JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang