15:47
Angin sepoi-sepoi bertiup menerbangkan daun-daun kering yang jatuh. Di perjalanan ke studio tadi, aku melihat taman ini dari dalam mobil. Langsung terbesit di pikiranku bahwa aku mau ke tempat itu.
Sekarang aku disini, duduk berdua dengan si pria bertopi merah.
"Orang-orang pasti melihat kita dengan heran. Seorang top model, berkencan dengan delivery man?"
"Memangnya kita sedang berkencan ya?" Candaku.
Sambil melihat pemandangan yang terpampang jelas didepan mata, ada banyak burung, pasangan yang lalu lalang, orang yang lari sore, ada juga kakek-kakek yang duduk sendiri di sebrang kita.
Mendengar Edgar menghela napas, aku menoleh ke arah Edgar. Dia sedang melihat ke sebrang sana, ke kakek yang sedang memakan rotinya sendirian.
"Kenapa?" Tanyaku.
Edgar menyipitkan matanya, "Kakek itu, kasian dia sendirian."
Tersenyum mendengar perkataannya, aku berpikir apa dia ingin menemani kakek itu? Aneh sekali, ya walau mungkin itu tindakan baik hati.
"Dimana ya, pasangan kakek itu?"
Edgar berbelok pandangan, ke wajahku.
"Seperti apa ya, wajahku saat tua nanti?"
"Pasti tetap tampan." Aku tertawa setelah bicara begitu.
"Kalau itu sudah pasti... Tapi aku tidak mau seperti kakek itu ketika sudah tua."
Hening sejenak. Ya, aku juga merasa kasian dengan kakek itu. Banyak kemungkinan. Pasangan kakek itu sudah tiada, atau sedang berada di rumah, atau bisa saja kakek itu tidak memiliki pasangan. Tidak ada yang tau kan.
"Aku juga penasaran, seperti apa ya tampakku ketika menjadi lansia?" Ucapku.
"Kamu...
Aku menengok ke Edgar yang sedari tadi memperhatikan wajah Genenieve ini, namun memandang mataku secara lembut.
Pasti cantik ketika tua nanti."
Senyum muncul di wajah ini. Padahal Edgar tidak pernah melihat wajah asliku, wujud asliku. Ah, aku mau dia.
Karena sudah menjelang malam, Edgar berdiri dan mengajak Clara untuk pulang.
"Kita sudah berbincang selama 3 jam, ayo kuantar pulang. Mari kita bertemu lagi lain hari."
Dia berdiri dan menggenggam tanganku untuk diajak ke motornya. Padahal aku ingin disini bersamanya sampai jam 9. Ini baru jam 7, tapi dia sudah mengajak pulang secara paksa, euh.
Sesaat aku duduk di bagian jok motor, aku bertanya "Apa kamu mau bertemu denganku? Dengan wujud asliku."
Sebelum Edgar menjawab, dia mengambil kedua tanganku dan ditaruh di sekeliling pinggangnya. "Mau."
Aku tidak bisa menahan senyumku. Dia membuatku salah tingkah. Ah, ini pertama kalinya aku merasakan salah tingkah sampai tidak bisa berkata apa-apa.
Tapi karena ini sudah ke-6 kalinya aku berubah, aku tidak tau besok aku akan kembali atau tidak. Rasanya aku tidak ingin kembali ke wujud asliku sekarang. Aku ingin menikmati momenku dengan Edgar sampai lama. Tanpa Sophia. Iya, Sophia sudah tidak pernah kulihat lagi. Apa mungkin dia menghilang? Setelah aku jatih cinta pada pria senyum manis ini.
Hari apa ini?
Aku terbangun di kamarku.
Saat melihat handphone, ternyata ini hari Senin. Yah, kenapa harus kembali hati ini? Setelah 6 hari? Aku tidak mengerti kenapa bisa begini.
Aku tidak sabar, menunggu ke minggu depan lagi dan bertemu dengan dia, seperti yang dia janjikan.
"Clara. Temanmu datang." Natalie berbicara halus saat masuk ke kamarku.
Aku mengerutkan alisku, Natalie? Bagaimana Natalie bisa disini pagi-pagi? Apa dia mulai tinggal disini? Ah, ya, baguslah. Ayah tidak akan sendirian, dan Natalie pasti akan berguna.
"Bianca?"
Natalie mengangguk.
Biasanya Bianca masuk begitu saja ke kamarku. Dia sok sekali di depan Natalie.
"Clar, karena hari ini libur, aku mau kau menemaniku mencari kado untuk Daniel. Mau ya?" Ajak Bianca begitu masuk.
"Ya, baiklah. Tapi aku mandi dulu ya, tunggu dibawah kalau mau." Karena aku baru bangun, dari tidur yang terasa sangat sebentar.
⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆
Setelah selesai mandi, aku langsung pergi ke mall bersama Bianca. Dia mengajakku makan terlebih dahulu, karena kita berdua belum sarapan. Setelah itu dia membawaku ke miniso, daiso, bahkan watson. Aku hanya mengikutinya kemana dia pergi. Seingatku, Daniel ulang tahun di bulan Desember. Jadi ini pasti untuk hadiah hari jadi mereka, yang aku tidak tau keberapa."Bi, kau tau? Kemarin aku berubah selama 6 kali. Padahal biasanya hanya 3 hari. Bahkan aku jadi model di LA, dan jadi guru di Singapura." Aku cerita ke Bianca, agar tidak hanya diam saja.
"Ah, bagus untukmu kalau begitu. Apa ada pria itu? Siapa namanya? Edward?"
"Edgar!"
"Iya, itu maksudku."
"Ya. Setiap perubahanku, dia pasti akan selalu muncul. Apa kau percaya? Kalau aku... Jatuh cinta." Aku yakin Bianca akan terkejut mendengar perkataanku.
"Ja– jatuh cinta?! Clara Jossete? Pada pria khayalan?"
Aku memasang wajah datar. Pria khayalan?
"Karena, mana ada pria di sekitar kita yang seperti Edgar? Tidak ada pria yang seperti dia." Jawabku.
Bianca menahan tawa. Ah, mau bagaimanapun aku yakin Bianca tidak akan percaya sampai dia melihat wujud Edgar secara langsung dan nyata. Dan aku tidak tau, kapan hal itu akan terjadi. Namun, aku berharap itu akan terjadi. Semoga.
Berharap. Berharap pada yang tidak pasti itu menyakitkan ya...
——
home°
© banxnamilkeu ; 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ | home ❀彡
Fantastikc o m p l e t e d ✓ | short story | Joshua [홍지수] of Seventeen 𝐡𝐨𝐦𝐞. (n.) a place where you feel you belong, a place where you share love, laughter, and happiness apa yang akan kamu lakukan jika setelah bangun dari tidur kamu berada di rumah yan...