Setelah 3 tahun berlalu, Clara Josette benar-benar menjalani hidupnya dengan baik.
Waktu itu, saat terakhir kali dia bertemu dengan Edgar. Saat kembali ke dunia nyata, Clara sangat terpukul. Tentu saja. Tetapi, kejadian di masa lalu itulah yang bisa membuat Clara menjadi orang yang seperti ini.
Sesudah lulus kelas 12, dia tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang kuliah. Bukan karena tidak mampu, tapi tidak mau. Clara ingin cepat-cepat bekerja dan menghasilkan uang. Karena dia sudah mempunyai goals tersendiri yang ingin dia capai.
Pada awalnya, ayah Clara tidak menyetujui. Tapi Natalie meyakinkan suaminya itu, kalau orang sukses bukan berdasarkan jenjang pendidikannya. Natalie bilang, dia yakin Clara adalah orang yang punya tujuan dalam hidupnya. Karena itu, Clara merasa punya koneksi yang kuat dengan Natalie.
Luca. Anak bayi itu sudah bertambah tinggi sekarang. Dia menjadi sangat bawel dan berisik di rumah. Ya, walau begitu, Clara tetap sangat dekat dengan adik tirinya itu. Sangat dekat sampai merasa kalau Luca itu adalah adik kandungnya.
Omong-omong, apa kalian masih ingat? Di tahun 2025 waktu itu, Clara masuk ke tubuh seorang model bernama Genevieve di LA.
Karena selama ini Clara sudah merencanakan ini, dia sudah menabung sejak awal dia punya pekerjaan. Dia juga membuat janji dengan Bianca, untuk pergi berlibur dengannya ke LA pada 2025. Pastinya, Bianca sudah tau semuanya.
Jadi, akhirnya Clara dan Bianca pun sudah berada di LA sekarang. Hanya berdua saja.
Kebetulan, hari ini adalah ulang tahunnya Clara yang ke-20 tahun. Jadi Bianca sudah membeli kue ulang tahun untuk Clara, namun rasa kesukaan Bianca. Karena ujung-ujungnya, Bianca yang akan menghabiskan kue itu.
"Surprise!!!"
Bianca kembali ke hotel dan langsung menaruh box isi tiramisu cake itu di atas meja makan.
"Astaga, ternyata kau keluar untuk membeli kue? Terima kasih, Bi." Ucap Clara.
"Buka dulu dong. Kamu harus tiup lilin. Setelah itu, kita akan ke taman yang kau bilang itu."
Sahabatnya itu menusukkan beberapa lilin ke atas kue tiramisu itu, lalu menyalakan api. Buru-buru Bianca mencari lagu ulang tahun di youtube nya, lalu memutarnya.
Acara kecil-kecilan yang dibuat untuk Clara ini terasa mewah, karena dilaksanakan di LA.
Setelah lagunya hampir habis, "Make a wish! Then it will cometrue." Kata Bianca sebelum Clara meniup lilinnya itu.
Kalian semua tentu sudah tau apa wish yang diinginkan oleh gadis itu. Semoga saja benar-benar terwujud, seperti apa kata Bianca.
Clara's POV
Tadi, setelah aku meniup lilin dan menunggu Bianca menghabiskan kue tiramisu itu, akhirnya kita berdua keluar juga dari hotel yang kami tempati sejak kemarin itu.
Aku sudah merencanakan ini sejak lama sekali.
Berlibur ke LA di tahun 2025, dan berkunjung ke taman yang waktu itu aku dan Edgar datangi. Aku masih ingat topi merah dan motor untuk pesan antar pizza itu.
Tentu saja aku juga sudah mencari nama taman dan letak taman yang waktu itu kami kunjungi. Aku mencari informasi itu sampai 8 bulan. Untungnya, nama taman ini ditemukan juga.
"Ah, aku masih ingat pemandangan ini. Kenapa semua terasa deja vu ya?" Ujarku.
Bianca menoleh ke booth eskrim di sebelah sana. "Clara! Aku beli eskrim itu dulu ya, kau mau ikut atau duduk disana?"
Yang tujuan awalnya memang ingin duduk, aku menolak tawaran Bianca untuk ikut ke booth eskrim.
Aku sedang menatapi pemandangan di sekitarku. Ini terasa sama persis dengan yang waktu itu aku alami. Namun bedanya, aku sendirian. Tidak ada Edgar disampingku.
"Heuhh!" Aku menghela napas begitu duduk di bangku taman yang sama persis dengan yang waktu itu aku duduki.
Sama persis.
Banyak pasangan-pasangan yang berlalu lalang, burung-burung, orang yang sedang lari sore, dan masih banyak lagi. Aku juga baru ingat.
Kakek yang waktu itu duduk sendirian tepat di sebrang bangku taman ini. Sekarang...
Tidak sendirian.
Ada seorang nenek yang duduk menemani disamping kakek itu. Mereka sedang mengobrol sambil makan roti, juga berbagi sebagian roti mereka ke burung-burung yang mengelilingi mereka berdua.
Tanpa kusadari, aku sudah tersenyum. Untungnya kakek itu tidak sendirian. Pasti senang memiliki seseorang disampingnya sampai tua.
Sampai mataku tertuju dengan seseorang yang tidak begitu jauh di samping bangku tempat kakek nenek itu duduk.
Wish ku benar-benar terkabul.
Edgar.
Berdiri disitu, entah sejak kapan. Aku baru menyadarinya sekarang. Aku hanya terdiam dan hanya menatapinya dari jauh. Aku merasa pipiku sangat panas di cuaca sebeku ini.
Apa yang kulihat ini nyata? Apa semua ini hanya khayalanku?
Sudah tidak bisa kutahan lagi, aku sudah menangis sejadi-jadinya. Dan pria itu perlahan berjalan mendekat ke arahku. Hingga sekarang jarak kami hanya 1 meter. Dia yang berdiri dihadapanku itu hanya diam.
Aku mencoba memberhentikan tangisanku, kemudian berdiri. Melangkah maju 3 langkah. Sampai hanya menyisakan jarak 30cm. Kali ini aku merasa ini nyata, benar-benar nyata. Aku bisa merasakan napasnya dari jarak segini. Sangat ingin memeluknya, menyentuhnya, tapi aku hanya terpaku tidak bergumam sama sekali.
"Aku pernah bilang. Aku mau bertemu dengan wujud aslimu. Tapi aku tidak menyangka kalau kau seindah ini." Edgar akhirnya berbicara.
Karena dia berbicara, aku makin bisa merasakan napasnya menerpa wajahku. Aku tersenyum dengan mata yang masih basah ini.
"Maukah kau tua bersamaku?" Tanya Edgar padaku. Dengan penuh percaya diri, aku mengangguk dengan cepat.
Dan entah apa yang merasuki aku, tanpa ragu aku melangkah maju dan berjinjit. Lalu menempelkan bibirku ke miliknya. Tangan Edgar meraih pipiku, lalu dia membalas ciumanku dengan lembut.
Pipiku terasa sangat panas. Karena itu, aku langsung melepas kecupan yang terasa sangat manis itu.
Tersenyum aku berkata, "Akhirnya aku menemukan rumahku."
--
home°
© banxnamilkeu ; 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ | home ❀彡
Fantasyc o m p l e t e d ✓ | short story | Joshua [홍지수] of Seventeen 𝐡𝐨𝐦𝐞. (n.) a place where you feel you belong, a place where you share love, laughter, and happiness apa yang akan kamu lakukan jika setelah bangun dari tidur kamu berada di rumah yan...