Episode 12. Fashion Show

10 2 1
                                    


Andra menemani bu Zoya di pengadilan. Ya, hari ini adalah sidang keputusannya. Saat ini pandangannya tertuju kepada wanita itu yang kini tengah tertunduk lesu selama proses persidangan. Andra ikut bersedih karena tidak bisa melakukan apapun untuk membantunya.

Kurang lebih satu jam persidangan itu berlangsung. Kemenangan jatuh di tangan pak Reza selaku ayah kandung Raihan. Jika dilihat dari segi manapun, peluang kemenangan untuk bu Zoya memang sangatlah tipis.

Mendengar ketukan palu dari hakim, hati bu Zoya tentu sangat hancur. Anak yang selama ini dia rawat dengan kelembutan, cinta dan kasih sayang layaknya anak kandungnya sendiri, kini harus pergi meninggalkannya. Tubuhnya lemas bahkan untuk bangkit dari kursi pun seakan-akan ia seperti tidak mampu. Kepalanya mendadak pusing hingga akhirnya jatuh ke lantai, pingsan.

Saat itu pak Reza sudah keluar bersama sangat istri sehingga beliau tidak tahu jika bu Zoya pingsan. Andra dan beberapa orang di sana panik. Setelah bu Zoya sadar, mereka lalu membawanya pulang ke rumah.

Begitu sampai di rumah, Raihan keluar untuk menyambut kepulangan ibunya. Karena tidak tahu apa-apa, Raihan merajuk pada bu Zoya sebab tadi dia pulang sekolah sendirian, tidak ada yang menjemputnya.

"Bunda, bunda dari mana aja? Raihan tungguin dari tadi nggak pulang-pulang. Tadi Raihan pulang sekolah sendirian, " kata bocah berusia delapan tahun itu. Bu Zoya lalu memeluk putranya itu.

"Lah itu Raihan berani. Sekarang kan Raihan sudah besar, nggak harus dijemput sama bunda kan? Sama bi Narti atau sama om Reza juga sama saja," jawab bu Zoya sambil menekuk lututnya agar dirinya sejajar dengan tubuh Raihan. Air matanya turun begitu saja.

"Kenapa bunda menangis? "

"Nggak kenapa-kenapa nak," jawab bu Zoya tersenyum sambil menghapus air matanya.

*****

Tidak lama setelah itu pak Reza datang bersama istrinya untuk menjemput Raihan. Mereka benar-benar tidak memberi waktu kepada bu Zoya dan Raihan untuk bersama lebih lama lagi walau hanya sehari atau dua hari. Bagi mereka, delapan tahun itu sudah cukup. Awalnya bu Zoya meminta waktu kepada mereka beberapa hari, tapi dua orang itu tetap tidak mau.

"Bunda, kenapa Raihan harus ikut dengan om Reza?" tanya Raihan.

"Sayang, om Reza itu ayahnya Raihan. Jadi, mulai sekarang manggilnya ayah ya?" kata bu Zoya.

"Bukan bun, om Reza bukan ayah. Ayahnya Raihan kan sudah meninggal," jawab Raihan. Bu Zoya hanya diam saja, dia tidak bisa menjelaskan faktanya pada Raihan karena pasti akan membuatnya bingung.

"Tapi Raihan sudah tidak bisa tinggal sama bunda. Raihan tinggal sama ayah Reza dan bunda Nia ya? Jadilah anak yang baik, penurut dan berbakti sama orang tua. Oke?" kata bu Zoya sambil mengelus rambut Raihan.

"Tapi kenapa bunda? Raihan nakal? Suka bikin bunda marah? Raihan minta maaf bunda. Raihan sayang sama bunda, nggak mau pisah sama bunda," Raihan mulai menangis.

" Raihan nggak salah kok. Bunda juga sayang sama Raihan. Tapi Raihan memang harus tinggal sama mereka, mau ya?" mata bu Zoya berkaca-kaca, ia berdiri karena hatinya semakin sakit melihat putranya yang menangis seperti itu.

Raihan lalu memegang kaki bu Zoya, ia tidak mau tinggal dengan pak Reza dan istrinya. Sementara bu Zoya hanya diam saja tapi hatinya sakit seperti teriris-iris oleh pisau yang tajam.

Pak Reza dan bu Nia ikut membujuk Raihan agar mau pulang ke rumah mereka, namun anak itu tidak mau. Akhirnya mereka membawa Raihan secara paksa, tidak peduli seberapa keras anak itu menangis dan memberontak minta dilepaskan.

"Bunda! Bunda! Raihan mau tetap bersama bunda! " di dalam mobil Raihan menangis sekeras-kerasnya sehingga membuat hati Zoya terasa pilu.

Di pintu gerbang, bu Zoya mengejar Raihan, namun laju mobil itu kencang sehingga wanita itu tidak dapat menggapainya. Andra dan ibu lalu mendekat ke arahnya untuk menenangkan hatinya yang sedang rapuh itu.

Mr.Arrogants vs MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang