12. Makam Moka

38 14 0
                                    

Pemakaman Mekar Jaya adalah tempat dimana Moka dimakamkan, karena Kening sudah berhasil membujuk Endou maka sesuai janji hari ini para mahasiswa kelas D akan datang berkunjung ke makam Moka.

Perasaan Kening bergembira riang karena berhasil memenuhi janjinya pada Moka sahabat dekatnya yang tidak bisa lulus bersamanya. Kening dan Endou yang sudah tiba lebih dahulu lalu menunggu teman - temannya tepat di dekat gerbang masuk menuju area pemakaman, keduanya duduk dibangku panjang yang telah tersedia.

"Kenapa pada belum datang sie!!!" Keluh Kening menunggu teman - temannya.

"Berhenti bicara seperti itu, kita ini kepagian tahu!" Jawab Endou sembari memperhatikan Kening yang sedari tadi berjalan mondar - mandir di depannya. "Udah sie duduk, taruh itu bunga dan air mawar dibawah."

Endou menggeser badannya agar Kening dapat duduk sebelahnya. Kening pun duduk di sebelah Endou yang melipat kedua kakinya di atas kursi panjang lalu meletakan air mawar dan bunga dibawah tempatnya duduk..

Akibat ulah Kening yang tidak sabaran, Endou dan Kening tiba lebih awal di Mekar Jaya. Sebagai orang yang janjinya terpenuhi sudah pasti Kening ingin buru - buru datang ke makam Moka namun karena itu kini keduanya harus menunggu teman - temannya yang datang ngaret.

Kebiasaan budaya di masyarakat, datang tidak tepat waktu.

Setelah 30 menit menanti datanglah Kinansih seorang diri yang disusul oleh Darren dan Guntur yang berjalan dari arah parkiran motor.

"Tuhkan datang!!!" Kening melambaikan tangannya pada Kinansih. "Oooiii Kinan!!!"

Kinan membalas dengan melambaikan tangannya juga, " Kening..."

Darren yang melihat Kening duduk bersama dengan Endou berbisik pada Guntur yang berjalan disampingnya.

"Mereka pacaran!"

"Siapa?" Guntur bingung dengan maksud ucapan Darren.

"Endou dan Kening!"

"Iya kali, kan mereka skripsi berdua terus karena dosen pembimbing dan dosen pengujinya sama jadi bisa aja cinlok atau dipaksa nikah sama pak akbar!!!" Senyum Guntur yang berpikir tidak - tidak kepada Kening dan Endou.

"Oiya yaa hahahaaaaa" Darren tertawa mendengar ucapan Guntur yang lempeng saja.

Memperhatikan Darren dari kejauhan yang tiba - tiba tertawa dan Guntur yang tersenyum tidak jelas membuat perasaan Endou mendadak tidak enak.

"Ini orang ketawain apa yaa kok gue ga enak." Gumam Endou pelan.

Setelah Kinansih, Darren dan Guntur tiba lalu selanjutnya Arizal bersama Nina dengan motor tuanya tiba, mereka melambaikan tangannya kepada Kening dan Kinansih sebelum menuju ke parkiran motor.

Tak lama berselang giliran Giska, Imara, Fify bersama Robby yang datang menggunakan mobil, ketiganya datang dengan pakai santai layaknya akan ke mall.

Imara dengan rok pendeknya berjalan santai seakan tidak merasakan panasnya matahari pagi menjelang siang. Sementara Fify dan Giska walau mengenakan kemeja hitam lengan pendek tetap saja kancing bagian atasnya terbuka sehingga beha berwarna ungu yang mereka kenakan terkadang mengintip dari balik kemeja.

"Kayaknya kita salah kostum deh!" Celetuk Darren yang sudah berpakaian hitam - hitam dari celana hingga kemeja lengan panjang kepada Guntur. "Mereka santai sekali pakai celana jeans bahkan Fify dan Giska masih dengan baju ngablaknya, disinikan pemakaman loh!!!"

Darren merasa Fify dan Giska tidak sadar tempat, seharusnya ke makam minimal pakai pakaian tertutup bukan terbuka seperti artis dangdut mau manggung.

"Engga apa - apa lah, yang penting gue masih bisa lihat behanya fify dan giska!"

"Padahal di kuburan tapi pikiran lo masih mesum aja tur! Engga takut diikutin sampai rumah lo!!!"

Endou yang mendengar obrolan Darren dan Guntur membalas perkataan Darren. "Mereka mah belum apa - apa coba lo liat noh tim cogan!"

Tunjuk Endou pada Abel, Sultan, Fadly dan Robert yang baru tiba. Darren memelototkan matanya kebingungan melihat keempatnya datang pakai celana pendek.

"Mereka kekuburan niat engga sie?" Celetuk Darren keheranan melihat gaya keempatnya yang sangat santai layaknya di pantai.

Kelakuan teman - temannya membuat Kening yang tiba duluan agak menggercitkan jidat, ini mau ziarah atau pada mau jalan - jalan! Pakaiannya terlihat tak sesuai, hanya anak - anak Minor Circle yang pakai pakaian tertutup.

"Abel dan teman - temannya pede sekali!!!"

Jena yang tiba - tiba muncul di antara Endou dan Kening membuat Kening terkejut.

"Je,,, jejejen,,,, sejak kapan disini!"

"Baru tiba gue, kalian engga perhatiin yaa!"

Kedatangan Jena tidak diketahui siapapun, Jena yang naik kendaraan umum tiba dari samping makam, melewati pintu yang berbeda Jena tiba di depan gerbang area masuk sesuai permintaan Kening.

Namun semua teman - temannya tampak fokus dengan busana yang dikenakan oleh Abel dan kawan - kawannya.


*****


Semuanya telah berkumpul kemudia semuanya bersama - sama berjalan menuju makam Moka dipimpin oleh Kening yang berjalan paling depan, sambil berjalan Kening tidak lupa membagikan bunga dan air mawar kepada teman - temannya.

"Ini nanti tolong ditabur dan disiram ke makamnya moka yaa." Pinta Kening Ke teman - temannya.

Karena ini acara Kening maka Kening harus modal sendiri membeli beberapa kantong bunga dan beberapa botol air mawar dengan uangnya sendiri.

Setibanya di Makam Moka semuanya langsung menaburkan bunga kemudian menyiramkan air mawar secara bergantian, sambil berdiri mengelilingi makam Moka para mahasiswa kelas D lalu berdoa masing - masing, semuanya tampak hening tak bersuara saat berdoa.

Di tengah keheningan itu tiba - tiba Abel bergeser mendekati batu nisan Moka, Abel menurunkan badannya duduk disamping batu nisan Moka lalu meneteskan air mata. Abel menangis sedih dihadapan batu nisan Moka.

"Maaf moka kami baru sempat datang kemari," Ucap Abel sambil menahan kesedihan yang mendalam atas kehilangan moka. "Kami berhasil mokaaa, kami lulus bersama - sama menjadi sarjana manajemen perbankan. Perjalanan kami masih panjang, kami berharap kamu menyaksikan kami dari atas sana. Sampai kapan pun kamu adalah bagian dari kelas d jurusan manajemen perbankan universitas cendikiawan nusantara angkatan 2015. "

Tangan kanan abel menyentuh nisan Moca, mengelus ukiran batu bertuliskan Moka Sachika. Pecah tangis beberapa orang di makam Moka tak terkecuali Kening. Kening tak dapat menahan derasnya air mata yang keluar dari kedua matanya yang menyaksikan Abel bersedih di atas makam Moka.

Imara dan Nina yang tidak kuat keluar dari kerumunan didampingi Arizal, keduanya tak dapat mengendalikan bathinnya yang rapuh hingga menangis sejadi - jadinya.

Kening yang menangis tiba - tiba dipeluk oleh Kinansih dan Jena yang juga menangis bersama, perasaan ketiganya tidak dapat berbohong, mereka kehilangan sahabat terdekatnya yang amat sangat mereka sayangi.

Tanpa sadar pipi ketiganya telah basah oleh air mata yang meluap tak terbendung dari balik mata yang memerah, kesedihan yang dilepaskan perlahan menenangkan bathin ketiganya yang merasa sangat kehilangan.





Bersambung~

Terima kasih sudah membaca The Missing D.

Bagimana menurut kalian, silahkan tinggalkan komentarnya yaaa!

Jangan lupa berikan bintang dan juga masukan kedalam perpustakaan kalian bila kalian menyukainya.

Klik Next untuk lanjut chapter berikutnya.

The Missing DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang