Rasa bersalah pada Endou merasuki pikiran Kening, tak seharusnya Kening terang – terangan bilang kepada teman - temannya tentang sepatu pemberian Endou.
Sedari awal Endou melarang Kening karena tahu teman - teman kelas D akan jadi ramai ketika mengetahui ternyata sepatu barunya adalah hadiah dari Endou, sikap Endou yang membelikan Kening sepatu karena merasa bersalah bukanlah sesuatu yang perlu diumbar ke siapa pun.
Setelah didiamkan oleh Endou sepanjang perjalanan menuju pulau Teratai Langit, Kening mulai menyadari kesalahannya kepada Endou, Kening terlalu banyak bertingkah saat di udon tadi.
Namun Kening sendiri bingung kenapa diri jadi seperti itu di depan Endou. Ada perasaan yang Kening belum sadari dalam hatinya, mengganggu dirinya hingga melamum di meja makan bersama Jena dan Kinansih.
Kinansih melambaikan tangannya dihadapan Kening yang tiba – tiba berhenti memakan nasi ayamnya. "Kening,,,, kening,,,,kening."
Kening tersadar, "Iya ada apa..."
"Kok kening bengong!"
"Eeehhh... masa, gue ga sadar heehehehehee..." Kening tertawa berusaha mengalihkan perhatian, Kening tidak mungkin berkata kalau Ia tadi sedang memikirkan Endou.
"Kening sebenarnya hubungan kamu dengan endou gimana sie?" Tanya Kinansih polos dengan raut muka penasarannya.
Sebagai sahabat Kinansih melihat sesuatu yang berbeda dari Kening yang kala itu berusaha terlihat manis mendapatkan perhatian dari Endou yang selalu saja acuh dengan teman sekelasnya.
Kening tersedak. "Uhuukkk... Uhuukk...."
"Pelan – pelan kalo makan ning!" Jena mengambilkan tisu untuk Kening, "Iya ning gue juga penasaran habisnya lo pulang berdua ama endou setelah dari makam moka!!!"
Endou dan Kening itu seperti 2 orang yang memiliki sisi saling berlawanan, Endou yang pendiam, Kening yang ceria, Endou yang menghindar dari teman - teman kelasnya, Kening yang berusaha bergaul dengan teman - teman kelasnya.
Keduanya sangat berbeda namun bisa saling bertarikan layaknya sebuah magnet, jika sisi yang berbeda ditemukan maka akan saling menempel namun jika sisi yang sama ditemukan maka akan saling menjauh.
"Engga ada apa – apa kok, kami cuma temanan biasa saja."
"Biasa saja tapi kok kening sampai salting." Jelas Kinansih yang tahu betul Kening adalah orang yang suka salah tingkah di depan orang yang disukainya. "Tadi pagi di udon juga kening saltingkan dengan bilang sepatu pemberian endou, kening seperti ingin sekali diperhatikan saat itu, padahal endou lagi bersama darren dan guntur."
Kening terkejut mendengar Kinansih berkata blak – blakan kepadanya, dirinya tak menyadari kalau di depan teman - temannya tadi dirinya sempat salting kepada Endou.
Bahkan mengenai ingin diperhatikan memang Kening saat itu berusaha membuat Endou memperhatikannya beberapa kali karena menggunakan sepatu yang dibelikan Endou.
Entah sejak kapan Kening mulai membuka perasaannya lagi, semenjak putus 3 tahun yang lalu dari senior yang menganggapnya cewek payah dan tulalit. Kening jadi tidak tertarik membangun hubungan dengan pria disekitarnya.
Namun Endou meski berulang kali meneriakinya payah saat bimbingan skripsi, Endou tetap setia membantu Kening. Bahkan saat makanannya dipuji dan tetap dibilang payah karena tak bisa membedakan garam dan gula yang ditukar wadahnya, Kening merasa Endou sedang tidak menghina tapi sedang bercanda dengannya.
Entah mengapa Kening merasa Endou terbuka dan jujur sehingga kata - katanya terdengar tulus. Rasanya semua teriakan yang Endou berikan kepada Kening adalah sebuah bentuk perhatian Endou yang tidak bisa Endou ucapkan secara langsung dengan kata - kata yang manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Missing D
Roman pour AdolescentsJangan lupa untuk follow authornya dulu sebelum membaca. Terima kasih.... Setelah pengumuman kelulusan sidang skripsi, Kening bersama teman - temannya merencanakan acara jalan - jalan ke sebuah pulau untuk mengisi masa - masa akhir kehidupan perkuli...