Han Jisung melangkahkan dengan sedikit kesulitan mendorong tungkai kaki nya yang terasa begitu lemas hanya untuk melangkah memasuki kamar apartement nya yang terasa begitu sepi. Sepi tanpa kehadiran sang sahabat yang beberapa saat lalu bertengkar dengan nya karena hal yang menurut Jisung tidak begitu besar.
Dirinya seharusnya tahu seberapa besar ego pemuda bermarga Hwang itu dengan segala ucapan menyebalkan nya yang harus selalu Jisung turuti. Seolah kehidupan nya itu berada di kendali tangan pemuda berbibir tebal tersebut.
Jisung pun seharusnya sudah mengerti jika pemuda itu tidak akan sedikitpun merasa bersalah atas pertengkaran yang terjadi diantara mereka berdua, semua nya akan selalu menjadi salah Jisung bahkan Hyunjin tak akan mau mengakui jika ia sebenarnya juga salah disini.
Biarlah, Jisung tidak mau perduli. Dia melemparkan tas sekolahnya sembarangan lantas segera duduk di tepian kasur sembari membuka sepatu sekolahnya perlahan, kaki nya terasa sakit karena dipaksa berlari meninggalkan cafe tempat dimana ia bertengkar dengan Hyunjin tadi.
Jisung menghela nafasnya kembali, lagi-lagi setelah pertengkaran singkat dimana Hyunjin memergoki ia yang tengah di cium salah satu teman sekolahnya saat mereka sedang melakukan tugas kelompok menyebabkan perselisihan diantara dia dan Hyunjin, kemudian dengan tatapan merendahkan dan nafas gusar yang dipaksa keluar pemuda bermarga Hwang itu hanya mampu mengatakan "Just kiss? Ck fine" lalu meninggalkan Jisung yang menahan malu karena seolah dipergoki kekasihnya tengah berselingkuh.
Tapi hei, Hyunjin bukanlah kekasihnya. Mereka hanya teman yang sama-sama tinggal di apartement dengan membagi biaya apartement untuk bisa hidup dan tinggal tanpa terlalu memberatkan kantong kedua remaja tersebut.
Namun hidup serumah dengan Hyunjin tidaklah begitu mudah, hubungan yang awalnya murni persahabatan jadi semakin jauh dari kata murni. Hyunjin menjadi pribadi yang menyebalkan dan penuh dominasi apalagi mengenai Jisung, bahkan Hyunjin sudah mengklaim bibir dan pinggang nya sebagai hak milik si Hwang dan sialnya Jisung menyukai itu.
Iya, alasan Jisung bertahan hanya karena ia menyukai sosok yang berulang kali coba ia sangkal kehadiran nya di hati Jisung, benar sekali, ia sudah jatuh hati pada pemuda itu.
Jisung melemparkan sepatu nya lalu mengacak surai belakang nya sendiri kasar tatkala fikiran nya terus tertuju pada sosok Hwang Hyunjin yang lagi-lagi mendiamkan nya karena sebuah pertengkaran singkat yang terjadi pada keduanya beberapa saat lalu. Perlukah Jisung berteriak didepan wajah sahabatnya itu jika Jisung benci sekali dengan yang namanya silent treatment?
Memikirkan Hyunjin membuat emosi Jisung jadi tidak jelas, ia meraih smartphone nya di dalam saku celana hanya untuk melihat dan menstalk akun social media Hyunjin. Entahlah ia hanya ingin.
Dan seperti bisa ia tebak, status social media Hyunjin sangat ramai dengan banyaknya selca random mengenai kegiatan nya hari ini yang di post pria berbibir tebal itu bersama dengan Felix, kekasih Hyunjin.
Diam-diam Jisung tersenyum sendu melihat hal itu, Hyunjin dan segala sikap menyebalkan nya. Disaat Jisung begitu kelimpungan karena marahnya pemuda itu, ia malah asyik dengan kekasih nya.
"Apa yang kau pikirkan Han? Memang kau siapa hingga ingin di prioritaskan olehnya?" Gumam Jisung melemparkan smartphone nya diatas kasur begitu saja.
Jisung menghela nafasnya entah untuk kesekian kali nya, ia malas menghitung jadi lebih memilih memundurkan punggung dan berbaring terlentang diatas kasur dengan tangan memegang dada nya sendiri, ia bisa merasakan nya. Begitu sesak didalam seakan sesuatu yang fana tengah meremas jantungnya kuat hingga sulit untuknya menarik nafas secara normal.
"Aku tidak menyukai Hyunjin kan?" Tanya nya sembari memandang kosong langit-langit kamarnya.
Pandangan nya berubah sendu dengan senyuman yang dipaksakan berkembang. "Tapi mengapa begitu sakit disini? Padahal aku sangat yakin tidak mencintainya".
Jisung membalikan tubuhnya sehingga posisinya kini menjadi berbaring telungkup, ia meraih sebuah plussie skzoo berkarakter seekor Quokka yang sangat khas dengan gigi besarnya itu, salah satu boneka pemberian Hyunjin yang telah menjadi kesukaan nya lantas Jisung pun memeluk boneka nya dengan erat.
"Apa aku kurang berusaha ya selama ini? Padahal aku sudah berusaha menyangkal perasaan ini, tapi hwang kenapa perasaan ini begitu nyata?" Bibir Cherry itu digigit oleh si empu dengan dagu yang mulai bergetar, ia menyembunyikan wajahnya pada permukaan boneka menyembunyikan paras manisnya yang kini menahan pecahnya sebuah tangisan.
Seharusnya ia tahu, mencintai Hwang Hyunjin memang semenyakitkan ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Suara deritan tajam dari engsel pintu terdengar memekik dikala sunyi dengan seorang pemuda jangkung disertai ekspresi wajah lelahnya nampak melangkahkan tungkai kaki memasuki lebih dalam ruangan lalu menutup dan mengunci kembali pintu tersebut. Ia melirik Jam dinding melalui ekor mata nya guna memastikan sudah jam berapa sekarang ini.
Jarum jam menunjukan hampir jam 11 malam dengan jarum panjang nya menunjuk ke jam 3, cukup larut juga ia pulang. Melemparkan jaket nya sembarangan keatas sofa pemuda itu melangkah masuk kedalam satu-satu nya kamar yang ia dan partner serumah nya pergunakan bersama selama tinggal di apartemen tersebut.
Ia membuka pintu tersebut begitu pelan, tak ingin mengganggu siapapun yang ada didalam sana yang kini tengah terlelap nyaman tanpa selimut, tidak begitu nyaman juga karena bukti nya sosok yang kini meringkuk lucu tersebut nampak bergerak dengan resah diikuti dahi yang terus mengernyit jangan lupakan juga keringat yang membanjiri tubuh pemuda itu padahal suhu pendingin ruangan terasa begitu rendah menyambut kulit Hyunjin.
Ia tahu, pemuda itu selalu bermimpi buruk ketika tidur tanpa selimut dan Jisung selalu melupakan selimutnya ketika tidur. Sama seperti dirinya yang selalu melupakan Jisung dan membiarkan nya sendirian.
Hyunjin melangkahkan kaki nya guna memperbaiki posisi tidur Jisung dan menutup tubuh dingin Jisung dengan selimut, suhu pendingin ruangan terlalu rendah untuk Jisung.
Ia segera meraih remote pendingin ruangan diatas nakas lalu mengatur suhu nya, Hyunjin menjatuhkan diri perlahan di samping Jisung dengan mata yang fokus pada si pemilik pipi gembil tersebut.
Hyunjin mengusap semu pipi lembut yang selalu cocok untuk Jisung tanpa berniat membuat pemuda yang kini mulai nyaman dalam lelapnua terbangun atau terganggu karena aksi nya. Ia diam-diam menggigit bibir bawah didepan pemuda itu.
"Sorry to be Annoying" Gumam nya, ya Hyunjin sadar diri jika dirinya memang mempunyai ego yang tidak baik dengan selalu membuat Jisung di posisi bersalah. Hyunjin tahu dia juga sangat pengecut hanya untuk mengatakan maaf secara langsung.
Namun ia sendiri tidak tahu, mengapa begitu sulit menurunkan ego nya pada sosok tupai manis tersebut, ia sendiri tidak mengerti mengapa ia begitu marah hanya karena melihat pemuda itu bersama orang lain dan disentuh seenaknya tanpa seizin Hyunjin.
Cemburu? Hyunjin tidak tahu, ia menyadari nya namun tak ingin mengakui nya. Ia denial dengan apa yang ia rasakan pada Jisung terlebih lagi ia mempunyai seorang kekasih.
Kisah mereka tidak akan berjalan baik-baik saja. Dan cepat atau lambat Hyunjin juga harus bisa merelakan kepergian Jisung ketika pemuda itu sudah lelah dengannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
JAR OF HEART (Hyunsung) [✔️]
FanfictionHan Jisung selalu bertanya-tanya seberapa kuat Guci hatinya hingga saat Hwang Hyunjin menjatuhkan nya berkali-kali bahkan sudah retak dimana-mana. Hatinya masih rapat enggan pecah dan hancur. Hwang Hyunjin fikir siapa dirinya hingga dapat dengan be...