˗ˏ˚ ༘♡❝JAR OF HEART❞♡༘۪۪˚˗ˏ

382 57 10
                                    

Mentari telah terbenam dengan senja berganti purnama, bintang-bintang telah berada di posisi nya menanti bulan sejajar di atas puncak nya. Langit bak sebuah kanvas yang terkena tumpahan cat hitam dipenuhi glitter yang membuatnya begitu apik. Lukisan dari tuhan yang begitu sempurna.

Jisung begitu menyukai langit malam, sangat menyukai nya ketika bagaimana ia bisa memandang langit dengan pandangan penuh luka seolah berbicara tanpa suara pada dunia jika ia sedang tidak baik-baik saja melalui tatapan mata yang dipancarkan kedua bola mata besarnya.

Jisung merindukan keluarga nya, walau dulu mereka selalu mengabaikan Jisung. Setidaknya ada kakaknya yang akan menenangkan Jisung dan menghiburnya. Kini ia hanya sendirian.

Kedua orang tua dan kakak nya berada di negeri jiran malaysia, hanya Jisung yang memilih menetap di korea karena.

Jisung lagi-lagi terdiam, memeluk lututnya sendiri membuat longboard yang ia duduki bergerak roda nya sedikit.

Alasan dirinya berada disini adalah Hyunjin, dan sekarang Hyunjin alasan Jisung ingin pergi. Ternyata benar ya, orang yang menjadi alasan mu bertahan akan menjadi alasan terbesar mu ingin pergi suatu saat nanti.

Jisung selama ini selalu berusaha menguatkan dirinya, luka dari keluarga nya masih begitu terasa lalu kini orang yang dia cintai pun memberikan nya luka yang sama besarnya. Apa Jisung memang pantas untuk semua luka itu?

Jisung turun dari Longboardnya, salah satu kaki nya naik keatas  benda panjang beroda tersebut dan mendorongnya. Membawa nya melaju entah kemana tujuan nya kini.

Jisung seakan tidak memiliki satupun rumah untuk singgah, ia selalu merasa begitu asing di dunia ini. Seakan ia adalah Alien yang berbeda dengan manusia di bumi lainnya.

Longboard Jisung melaju disekitar trotoar yang hanya di cahayai oleh lampu jalanan yang masih bersinar benderang di malam ini, mencahayai Jisung yang hanya bisa menunduk kosong melihat ke trotoar.

Sekarang, haruskah Jisung pulang ke tempat yang paling menyakitkan yang ia sebut rumah?

.

.

.
.

.
.

Hyunjin melirik Jam yang ada pada dinding apartement yang menunjukan sudah lewat dari tengah malam dan Jisung masih belum menampakan eksistensinya didalam apartement. Dengan tangan terlipat didepan dada, Hyunjin menghembuskan nafasnya sedikit gerah ketika mengingat kemungkinan tengah bersama siapa Jisung sekarang.

Si ketua osi Christopher Bang? Atau Yang Jeongin? Atau mungkin beberapa teman nya yang pintar bermain skateboard?

Ck, Hyunjin jadi kesal memikirkan nya.

Cklek

Hyunjin dengan cepat melemparkan pandangan nya pada pintu apartement yang terbuka, sosok Jisung nampak terdiam membalas tatapan nya di daun pintu. Namun hanya sementara karena pemuda itu langsung memutuskan kontak dan menaruh longboard nya di dekat rak sepatu.

"Kenapa tidak tidur?" Tanya Jisung menilik suasana apartemen yang sudah bersih dan wangi kembali, syukurlah setidaknya Hyunjin tahu cara agar tidak merepotkan nya.

Hyunjin berdecak tatkala mendengar pertanyaan tak berbobot yang terlontar begitu saja dari bibir Jisung. Kenapa tidak tidur katanya, ingin sekali Hyunjin mensumpah serapah Jisung saat ini.

"Kenapa belum tidur? Pertanyaan macam apa itu Han" Ujar Hyunjin dengan nada yang terlihat jelas menahan amarahnya.

Jisung hanya mengangkat bahu nya acuh tak acuh lalu mulai sibuk melepaskan satu persatu sepatu nya kini dan menaruh di tempat seharusnya. "Kufikir kalian akan bermain lama jadi aku menghabiskan waktu lebih lama di luar"

Hyunjin yang tengah duduk di sofa mengarahkan kedua tangan nya ke belakang kepala, memandang langsung kearah Jisung dengan pandangan yang penuh intimidasi. Jisung tidak takut, ia sudah sering mendapatkan tatapan sama bahkan tatapan hina dan menjijikan juga pernah ia terima.

"Jangan menatapku seperti itu, itu tidak ada guna nya Hwang" Gumam Jisung sembari melangkahkan kaki melewati Hyunjin begitu saja menuju kamar keduanya, ia begitu lelah dan berharap bisa tertidur di kasur yang sudah ternoda sperma Hwang Hyunjin dan entah siapa.

Jisung tak mau perduli walau itu menyakiti hati nya sekalipun.

Hyunjin yang merasa jika ia diabaikan segera berdiri dan melangkah cepat menghampiri Jisung yang sudah terlebih dahulu memasuki kamar, belum pemuda itu bisa merebahkan diri Hyunjin sudah menarik kasar tangan si pemuda manis yang membuat Jisung berbalik otomatis menghadap Hyunjin.

"Hwang aku lelah, biarkan aku tidur"

Hyunjin menaikan sudut bibirnya, salah satu tangan nya turun ke pinggang ramping Jisung lalu bibirnya tanpa permisi mengecup bibir manis yang begitu ia inginkan sendari pagi. Hanya saja rasa manis nya berbeda sekarang terasa seperti air mata.

"Lelah? Bermain berapa ronde diluaran sana bersama orang lain?" Tanya Hyunjin membuat Jisung mengernyit, tunggu? Bilang Jisung salah mendengar. Hyunjin menuduhnya melakukan suatu hal yang tidak-tidak dengan orang lain yang bahkan pemuda itu tidak memiliki bukti mendasar atas tuduhan nya. Pemuda itu bahkan berani melakukan nya didepan Jisung mengapa sekarang melemparkan kesalahan padanya?

Jisung menunduk kebawah, menuju lantai dimana ia tengah mempersiapkan dan merangkai beberapa belaan di otaknya namun kemudian ia menghela nafas. Berfikir tidak ada guna nya juga membalas argumen dengan argumen yang ada akan terjadi perdebatan lagi di antara keduanya.

"What u look at down? If u want it just say it" Ujar Hyunjin mendekatkan wajahnya pada Jisung yang nampak dengan cepat mendongak menatap nya. Ia mengernyit tak suka ketika tangan besar Hyunjin mencengkeram dagu nya dan kembali mengecup bibirnya untuk yang kedua kalinya tanpa menyia-nyiakan kesempatan ia segera menggigit bibir Hyunjin kuat membuat si empu meringis.

Hyunjin memandang kurang suka Jisung ketika ia menjauhkan wajahnya dari pemuda tupai tersebut. Ia menampar pantat Jisung kuat sembari meremas pinggang si pemuda Han yang langsung meringis sembari memegang kedua tangan Hyunjin berharap pemuda itu menghentikan aksi nya.

"Don't be naughty"Gumam Hyunjin dengan suara rendahnya yang membuat Jisung meremang. Apa-apaan dengan nada suara penuh dominasi itu?

"Im sorry " Jisung menunduk dengan menggigit bibirnya kuat mencoba mengumpulkan keberanian nya untuk mengutarakan apa yang ada di otaknya sekarang, setelah merasa berani ia segera melepaskan gigitan pada bibirnya lantas mendongak menatap Hyunjin dengan air mata berkaca-kaca.

"Aku benar-benar lelah Hwang  biarkanlah aku beristirahat sejenak, aku berjanji kau bisa menyakiti ku sepuasnya besok. Tubuhku, hatiku kau bebas melukai nya" Jisung memandang tepat pada mata yang selalu jadi favorit nya walau mata itu belakangan selalu menatapnya dingin dan asing.

Cengkeraman Hyunjin pada pinggang Jisung melanggar, melihat hal itu Jisung segera menarik dirinya agar terlepas dari Hyunjin. Ia menarik sebuah senyuman namun orang bodoh pun tahu itu terpaksa.

"Terima kasih atas kebaikan mu" Ujar Jisung sembari memilih duduk diatas kasur dan mulai memasuki selimut tanpa mengganti pakaian nya terlebih dahulu. Persetan dengan itu semua.

Sedangkan itu Hyunjin hanya bisa melihat siluet Jisung meringkuk didalam selimut dengan pandangan kosong, ia memandang permukaan tangan nya sendiri yang baru saja menyakiti Jisung dengan sikap kasar nya.

Ia menghela nafas lantas segera mematikan lampu dan berjalan keluar kamar meninggalkan Jisung yang kini mulai terisak didalam selimutnya.

JAR OF HEART (Hyunsung) [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang