Layaknya mentari yang menggantungkan apik diatas biru nya langit bersama awan yang mulai menebal layaknya kapas padat yang terbang di atas langit. Matahari yang telah lelah mempertahankan posisinya yang kini di puncak, secara lamban merangkak turun menuju peristirahat nya guna berganti tempat dengan bulan yang mulai bersiap memperlihatkan eksistensinya nya kala cahaya matahari redup nanti. Tapi itu masih terlalu lama melewati senja dan malam.
Han Jisung adalah bulan yang tak akan pernah di perhatikan di siang hari, meski ia berbentuk dan terlihat. Namun matahari terlalu cerah rasanya untuk Jisung saingi cahaya hangat nya.
Sorot mata sendu pemuda berpipi bulat itu sempat meredup layaknya keberadaan dirinya saat mata cantik itu menemukan sosok Hwang Hyunjin tengah bersenang-senang memeluk dan merangkul tanpa ragu kekasih manisnya, sang matahari. Lee Felix.
Tak perduli jika suasana kantin saat itu sangat ramai, memang apa yang Hyunjin perdulikan selain Lee Felix nya?
"Hei" Suara Bass yang terdengar dekat membuat Jisung terhenyak dan kembali pada kenyataan setelah terlalu fokus memandang meja yang terpisah dua meja lain di depannya.
Jisung menoleh kesamping namun karena posisi orang itu menempatkan wajah tempat di atas bahu Jisung membuat tertua segera menarik kepalanya kebelakang secara reflek, namun sialnya itu membuat Jisung tak sengaja hampir terjengkang dari kursi nya. Untung saja reflek sang pemuda Yang lebih cepat menahan punggung nya dengan satu tangan dengan posisi nya yang membungkuk.
Keributan kecil itu membuahkan pandangan tak percaya orang-orang sekitar yang langsung berbisik iri dan juga menahan gemas melihat bagaimana posisi kedua anak adam itu tak berubah dengan tatapan terkejut yang saling membalas dan entah kapan akan terputus.
Hyunjin juga melihatnya, keributan itu membawa matanya menatap objek yang langsung membuat lebar kedua netra itu. Terkejut karena tak pernah menyangka sebelumnya jika Han Jisung dapat bersentuhan secara intim dan intens bersama Yang Jeongin.
"Kak, kau tidak papa? Maaf mengagetkanmu" Jeongin dengan perlahan menarik punggung yang sudah melenting kebelakang itu perlahan supaya Jisung bisa duduk dengan benar. Ia menepuk pundak Jisung dan duduk disamping sang pemuda yang selalu disamakan dengan tupai tersebut.
"Aku sungguh minta maaf Kak" Ujar Jeongin dengan tatapan khawatir nya, menatap sorot yang nampak masih shock itu dengan halus. Tangan besar nya naik menggenggam tangan Jisung yang diletakan di atas meja. Mengelus punggung tangan nya penuh perhatian dengan ibu jari.
Jisung menggelengkan kepalanya, membalas genggaman tangan itu dan tersenyum Gummy seperti biasanya supaya Jeongin tidak khawatir. "Aku baik-baik saja Jeong"
Jeongin mengeluarkan nafas nya yang terasa berat untuk sesaat dengan kelegaan yang mendalam, salah satu tangan nya yang bebas kemudian mengusap surai Jisung dengan halus.
"Aku sangat khawatir jika tindakan ceroboh tadi dapat menyakitimu kak" Jeongin berujar dengan nada yang kentara sekali perduli nya, hal itu mampu membuat Jisung mengulum senyumannya.
Hwang Hyunjin boleh menjadi seorang sahabat dan sekaligus sebagai dunia nya, namun Yang Jeongin lah sosok rumah yang melindungi nya dari dunia yang selalu menghancurkan hati kecil rapuhnya.
Dan pemandangan yang tertangkap mata tajam hwang Hyunjin itu memancing genggaman tangan kuat hingga urat-urat pada punggung tangan putih bersih itu menonjol. Lee Felix yang tangan nya digenggan kuat meringis kecil.
"A-ah Hyun sakit!"
Hyunjin tersadar mendengar ringisan itu, lantas melonggarkan genggaman nya dan menatap Felix dengan raut bersalah. "Maafkan aku"
Felix baru membuka mulutnya, belum mengeluarkan sepatah kata namun Hyunjin telah berdiri dan melepaskan genggaman tangan nya. "Aku ada urusan, aku pergi duluan"
Setelah mengatakan itu Hyunjin tanpa berlama-lama langsung saja berbalik pergi meninggalkan Felix sendirian, pemuda manis itu nampak kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi sedangkan di meja lain.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Jisung menggigit bibir bawahnya dengan jantung yang berdegup tidak nyaman, kuat dan sesak. Meremat dada nya secara fana entah dari mana.
Ia tengah dilanda rasa khawatir yang tak terhingga kala jam yang telah menunjukan pukul 11 malam, Hyunjin tak kunjung menampakan batang hidung nya di apartement mereka. Makanan yang Jisung sediakan telah dingin dan tv pun mulai menunjukan cinema-cinema menuju tengah malam pertanda malam semakin larut.
CKLEK
Kepala itu dengan cepat menoleh ke arah pintu apartement yang terbuka, sosok tinggi jangkung yang di tunggu nya pun terlihat disebalik pintu dengan mata yang dipaksa terbuka dan langkah sempoyong, tidak perlu bertanya. Jisung sudah tahu dari mana Hyunjin pergi tadi.
Dengan langkah cepat saat tubuh tinggi sang pemuda Hwang hendak jatuh, Jisung lebih dulu menahan tubuh yang dipenuhi aroma alkohol tersebut. Sedikit kebingungan mengapa Hyunjin bisa se kacau ini.
Dengan langkah yang berat dengan manahan tubuh Hyunjin, dirinya mencoba membawa tubuh yang lebih besar menuju kamar yang mereka tempati bersama. Namun belum langkahnya membawa menuju pintu kamar. Tubuhnya telah sempoyongan didorong pemuda Hwang tersebut dengan kuat.
Jisung segera memandang Hyunjin dari jarak yang sempat terpaut. "Ada apa denganmu?!"
Hyunjin yang sempoyongan karena tak ada yang menahan tubuhnya langsung mencari pegangan, kepala sofa yang berada di dekatnya ia gunakan sebagai pegangan untuk menopang tubuh.
Hening melingkupi keduanya, kepala Hyunjin terangkat dengan mata memicing tajam. Telunjuknya mengacung tepat pada wajah Jisung. "Kau, ini semua karena dirimu"
Jisung mengerti tidak mengerti. "Aku? Apa maksudmu salah ku?!"
"Kau!" Hyunjin menaikan nada nya. "Bersama pemuda Yang itu, aku kira dia pemuda manis ternyata pencuri picik"
Jisung semakin dibuat bingung dengan ucapan Hyunjin, ia menggeleng tak mengerti. "Kenapa kau mengatakan itu? Yang? Siapa? Jeongin?"
"Tidak perlu bersikap polos di depan ku, itu tidak akan pernah bekerja" Hyunjin berdecak, dengan susah payah mempertahankan tubuhnya agar tidak ambruk sembarangan.
"Aku tidak mengerti, Hyunjin katakan apa yang salah?" Tanya Jisung sembari mengurut pangkal hidungnya, Hyunjin yang mabuk namun malah dirinya yang pening.
"Kau, murahan!"
"Cukup Hyun, kau mabuk" Jisung berusaha menengahi, sebelum seluruh muntahan kata dari bibir tebal itu mampu menyakiti tembok yang telah ia buat dengan sangat tebal.
"Aku tidak mabuk, kau yang mabuk! Diracuni Yang Jeongin supaya jadi pelacur nya!" Dengan tawa sarkasme di akhir kalimatnya, Hyunjin menatap dengan mata berkunang kearah Jisung. Dan tak lama tubuh itu ambruk keatas lantai.
Kesadaran nya telah terkuras oleh alkohol. Dan Jisung mulai dapat jatuh terduduk diatas lantai dengan mata yang berkaca-kaca dan bibir bawah yang di gigit kuat.
Hyunjin yang barusan itu kenapa? Mengapa pemuda itu bisa bertindak impulsif kepadanya dengan hanya membawa nama Yang Jeongin saja?
Dalam posisinya yang terduduk. Jisung memandang sendu kearah Hyunjin yang tengah tertidur dengan kelelahan diatas lantai yang dingin. Ia tak tahu harus bersikap seperti apa untuk menanggapi kejadian barusan.
Lagi-lagi ia berharap jika itu sejenis cemburu namun sisi lainnya seolah menamparnya dengan sebuah fakta jika Hyunjin, mencintai kekasihnya Lee Felix.
Dan Jisung tidak akan pernah bisa menggeser posisi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAR OF HEART (Hyunsung) [✔️]
FanficHan Jisung selalu bertanya-tanya seberapa kuat Guci hatinya hingga saat Hwang Hyunjin menjatuhkan nya berkali-kali bahkan sudah retak dimana-mana. Hatinya masih rapat enggan pecah dan hancur. Hwang Hyunjin fikir siapa dirinya hingga dapat dengan be...