Langit dengan awan gelap nampak menunjukan eskistensi nya di minggu pagi membuat beberapa orang mendesah kesal akibat rencana weekend mereka terpaksa dirancang ulang karena cuaca yang tidak memungkinkan.
Matahari pun nampak masih enggan menunjukan sinarnya dan lebih memilih bersembunyi disebalik awan kelabu yang masih setia memuntahkan isiannya dari pagi-pagi buta sekali.
Suhu pun begitu menusuk diibaratkan dapat menembus kulit dan dapat langsung menembus tulang, Namun untuk Han Jisung yang tengah memandangi sebuah jendela dari dapur apartement nya, ia tak perduli betapa dinginnya hari ini.
Meski ia hanya mengenakan kemeja kebesaran berwarna putih dengan celana super pendek saja, Jisung merasa itu sudah lebih dari cukup untuk menghangatkan tubuhnya karena hati nya kini lebih dingin dari suhu sekitar kala ia mengingat telfon dari Lee Felix jika Hwang Hyujin tidak pulang kepadanya malam ini.
Tunggu? Kepadanya? Memang Jisung siapanya Hyunjin? Rumah? Ck jangan bercanda. Jisung rasanya ingin tertawa dengan monolognya sendiri didalam fikiran konyolnya. Ia harus lebih mengingatkan dirinya sendiri jika Han Jisung hanya sebuah persinggahan yang pada akhirnya tidak akan pernah menjadi sebuah rumah untuk siapapun
Ia menunduk menatap kopi yang tak kunjung ia tenggak padahal sudah lama ia meracik minuman tersebut namun ternyata ia malah lebih terpedaya memandang hujan.
Hujan ya? Dia terlihat seperti sosok Hwang Hyunjin dimata Jisung.
Sosok dingin itu selalu mempunyai pelukan hangat yang menenangkan dan paling Jisung sukai, namun Hyunjin juga kadang dapat terlihat seperti petir yang sangat Jisung benci.
Hyunjin pun bisa membuat Jisung terbawa dalam dunia mereka yang membuat nya dapat melupakan rasa sakitnya namun Hyunjinpun terkadang mampu menambahkan luka dihatinya selain masa lalu Jisung.
Sepertinya segala hal kini akan mengingatkan Jisung akan sosok Hyunjin, kenapa ia bersusah payah memikirkan pemuda Hwang itu yang mungkin saja kini tengah bersenang-senang dengan kekasihnya tanpa sedikitpun mengingat nama Jisung terlintas difikirannya.
Pegangan Jisung pada cangkir kopi yang telah mendingin semakin erat, digigitnya bibir itu dengan begitu kuat tanpa perduli hal tersebut dapat melukai nya atau tidak. Hatinya lebih sakit ketimbang luka-luka nyata di tubuhnya.
"HAAAAA-!!!"
Prang!!
Cangkir itu terbanting dengan kuat kala Jisung melemparkan nya kearah dinding dengan sepenuh tenaga, menyebabkan benda porselen itu hancur dengan banyak pecahannya berhamburan diatas lantai.
Jisung merosot terduduk diatas lantai dengan air mata menggenang, siap tumpah kapan saja. Ia menunduk menatap lantai yang terasa begitu dingin.
Lagi-lagi air mata Jisung kembali berjatuhan diiringi isakan yang begitu memilukan bagi siapapun yang mendengarkan nya dan semua itu kembali terulang dengan alasan yang sama.
Hwang Hyunjin.
.
.
.
.
.
Hyunjin melangkahkan kakinya membelah hujan tanpa sebuah payung walau tadi Felix sempat menawarkan sebuah payung kepadanya namun Hyunjin menolaknya, karena Hyujin tahu Jisung tidak akan menyukai segala hal menyangkut Felix.
Langit masih setia memuntahkan isiannya yang mampu membuat Hyunjin basah kuyup, ada alasan mengapa pagi-pagi sekali Hyunjin pergi dari rumah Felix menuju apartement. Rasa khawatirnya pada Han Jisung memenangkan perdebatan batinnya kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAR OF HEART (Hyunsung) [✔️]
FanfictionHan Jisung selalu bertanya-tanya seberapa kuat Guci hatinya hingga saat Hwang Hyunjin menjatuhkan nya berkali-kali bahkan sudah retak dimana-mana. Hatinya masih rapat enggan pecah dan hancur. Hwang Hyunjin fikir siapa dirinya hingga dapat dengan be...