Terkejut, kedua netra cantik Jisung sukses membulat kala dirinya yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan keadaan basah dan handuk melingkar di pinggang menemukan Hwang Hyunjin yang duduk di atas kasur dengan punggung lebar yang menyandar nyaman pada kepala ranjang.
Bagaimana mata tajam itu kini berlapis dengan sebuah kaca mata baca dan terfokus pada Novel yang dipegang nya, selimut membungkus bagian paha nya hingga mata kaki.
Jisung menoleh cepat kearah jam dinding yang terpasang apik guna melihat jam berapa sekarang, dan waktu menunjukan masih jam 8 dimana bahkan ini bukanlah waktu tidur. Kembali menoleh pada Hyunjin, Jisung memicingkan mata nya tak percaya karena Hwang Hyunjin sudah lama tidak berada satu kamar dari nya dalam keadaan terbangun dan 100% sadar.
Apakah ini halusinasi Jisung yang lain nya karena pemuda itu lagi-lagi terlalu merindukan sang pemuda Hwang?
"Cepat keringkan rambutmu, nanti kau demam"
Orang yang mirip Hyunjin itu berujar, menolehkan kepalanya ke arah Jisung yang terpaku tidak mengerti dengan situasi. Ia hanya melemparkan senyuman kecil yang nampak lembut kearah Jisung yang lagi-lagi mengernyit semakin dalam.
Hyunjin bangun dari posisinya setelah menaruh buku yang dibaca nya di atas kasur, melangkah mendekat kearah Jisung yang nampak masih membeku di tempat nya.
"Bodoh kenapa hanya berdiam diri disana? kau ingin menggoda ku?" Tanya Hyunjin dengan tangan terlipat didepan dada, menarik paksa kesadaran Jisung yang langsung tersentak mundur setelah menyadari jarak tubuhnya dengan Hyunjin.
Namun tangan Hyunjin dengan cepat menarik pergelangan tangan Jisung lalu menariknya kuat hingga tubuh yang lebih kecil kehilangan keseimbangan dan membentur tubuh bagian depan Hyunjin. "Aku merindu hmp-"
Perkataan Hyunjin terhenti saat tangan mungil itu menutup mulutnya dengan mata melirik kesembarangan, enggan mendengar suara Hyunjin yang mampu kapan saja merebahkan dinding yang sudah susah payah ia bangun.
"Tidak perlu membual di depanku, Hwang"
Hyunjin hanya tertawa kecil menjawab perkataan Jisung, telapak besar nya sigap menggendong Jisung yang masih dalam keadaan terbalut sebuah handuk. Pemuda itu duduk dengan bersandar pada kepala kasur dengan menaruh Jisung diatas pangkuan nya memeluk tubuh kecilnya yang mulai hangat.
Jisung tidak protes, tidak juga membalas dekapan itu dan lebih memilih untuk membeku di tempatnya dengan ratusan kata yang tersangkut di tenggorokan nya. Fikiran nya terasa kosong meskipun isi kepalanya sempat dibombardir beribu pertanyaan.
"Kau kaku, tidak merindukan ku?" Setelah hening yang hadir melingkupi keduanya, akhirnya Hyunjin mengangkat suara nya memecahkan keheningan yang ada.
"Aku tidak tahu harus berkata apa" Jawab Jisung yang sukses membuat Hyunjin tertawa, merasa gemas dengan jawaban terlanjur jujur milik Jisung.
Mengeratkan pelukan pada tubuh polos yang hanya terlilit handuk itu, Hyunjin menaruh hidung nya pada bahu Jisung hanya untuk menghirup aroma bayi yang menguar dari sabun yang Jisung pakai. Ah sangat menenangkan fikiran nya yang sempat berantakan.
"Aku merindukan mu" Guman Hyunjin, namun Jisung memilih untuk tidak mau terlalu percaya dan bersenang hati dengan memikirkan jika pemuda itu memang benar-benar merindukan nya.
"Kau kenapa? Sedih?" Tanya Jisung yang membuat Hyunjin terdiam sementara namun kemudian mengecupi bahu telanjang itu.
"Begitulah" Jawabnya menjeda acara mengecup bahu Jisung lalu kembali memberikan kecupan ringan pada bahu mulus tersebut.
"Aku tidak tahu kau bisa sedih juga" Jisung hanya diam meski nada bicara nya terdengar sarkastik. Hyunjin pun tidak begitu bodoh untuk tidak menyadari nya.
"Tentu saja aku Bisa, aku tetap manusia"
"Berarti masih punya hati ya?" Jisung bergumam pelan, entah Hyunjin dapat mendengar nya atau tidak namun Jisung kurang perduli juga. Terkadang ia sendiri bingung kenapa penjahat hati masih bisa memikirkan rasa sakit hatinya sendiri. Apakah memang hati Jisung lah satu-satu nya yang harus di abaikan?
Menggeleng kan kepala guna menghentikan monolog tak perlu nya, pemuda berpipi chubby itu mencoba memecah keheningan yang tiba-tiba hadir. "Apa yang membuatmu sedih?"
Hyunjin diam untuk memikirkan sesuatu namun tak kunjung menemukan kata yang tepat untuk di ucapkan. "Aku bingung cara mengatakannya, itu akan membuatmu sakit sakit hati"
Terdiam untuk beberapa saat, Jisung tidak perlu bertanya maksud dari ucapan Hyunjin karena entah mengapa ia dapat menebak kearah mana pembicaraan jika ia memaksa bicara. Jisung tidak mau tahu atau perduli dengan apapun menyangkut Hwang Hyunjin tetapi isi otaknya telah menjelajah menerka hal-hal menyakitkan yang mampu meremas dada nya.
Menyakitkan, Jisung menggigit bibir bawahnya kala isi fikiran nya perlahan membunuh dan mengkebaskan hati nya yang terasa sesak sekali. Jisung hampir hendak meremas dada nya kala paru-paru nya kesulitan menarik nafas.
"Aku akan memakai pakaian dulu "
Tipikal Jisung saat menghindari sesuatu, Jisung akan langsung memilih pergi dan hal itu yang menyebabkan Hyunjin sedikitnya stress dan mendadak mengalami sakit kepala. Hal-hal kecil yang mengganggu Jisung akan menyakiti hati lembut pemuda itu namun jika ia yang mengatakan secara gamblang mungkin malah bisa menghancurkan hati nya.
Membingungkan, Hyunjin memilih diam saat Jisung memilih bangkit membawa pakaian nya ke dalam kamar mandi. Dalam keheningan yang memeluk Hyunjin pemuda itu hanya mampu menghela nafas berat.
Ia tak bisa menyalahkan Jisung sepenuhnya namun hubungan absurd ini juga hadir atas persetujuan pemuda itu, Hyunjin tidak harus disalahkan untuk semuanya namun sudah jelas ke egoisan nya lah yang membawa semua takdir menyedihkan ini.
Semakin di fikirkan semakin berdenyut kepala Hyunjin, ia pun melemparkan tatapan sendu kearah pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Bahkan tanpa melihat apa yang Jisung lakukan disana hatinya telah meringis ngilu.
Bagaimana jika dia melihat air mata kembali berjatuhan dari netra bulat yang selalu nampak lucu itu? Bagaimana hancurnya hati Hyunjin melihat teman yang katanya ingin dia lindungi lagi-lagi menahan pecahan hatinya untuk tidak semakin retak dan berserakan?
Jisung seharusnya tahu, ia tak pantas dengan segala rasa menyangkut Hwang Hyunjin sejauh ini, mencintai? Yang benar saja. Jisung merasa terlalu hina bahkan hanya untuk mengatakan itu dengan mulutnya sendiri.
Dirinya siapa? Kenapa ia harus sakit hati? Ia hanya teman yang hyunjin gunakan tubuhnya. Ia bukan sesuatu yang sepenting itu untuk Hwang Hyunjin.
Harusnya Jisung cukup sadar diri hubungan nya dengan Hyunjin hanyalah sebuah ikatan tanpa kepastian berlandaskan teman saling memuaskan. Hubungan egois yang menyakiti banyak pihak tidak akan pernah berhasil. Lalu untuk apa ia bertahan sejauh ini?
Mereka bilang cinta itu hal paling suci, cinta tidak dapat disalahkan namun mengapa cinta nya kepada Hwang Hyunjin terasa sangat salah. Bukan hanya dirinya yang mengatakan ini namun Jisung juga yakin semua orang yang mengetahui hubungan rahasia ini juga akan setuju jika cinta nya adalah salah.
Tuhan, Jisung lelah mencintai Hwang Hyunjin secara sepihak. Bisakah perasaan ini musnah bersama dirinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
JAR OF HEART (Hyunsung) [✔️]
FanfictionHan Jisung selalu bertanya-tanya seberapa kuat Guci hatinya hingga saat Hwang Hyunjin menjatuhkan nya berkali-kali bahkan sudah retak dimana-mana. Hatinya masih rapat enggan pecah dan hancur. Hwang Hyunjin fikir siapa dirinya hingga dapat dengan be...