Langit kala itu berwarnakan biru selayaknya bentang laut biru luas yang terlihat sangat cantik dan apik, sederhana namun mampu memikat mata. Pemandangan yang tidak bisa dilewatkan begitupun untuk Han Jisung yang memilih bolos hanya untuk menikmati langit tanpa perduli terik panas matahari mampu membuat kepalanya pening ataupun pandangan yang berkunang-kunang.
Tidak perduli, Han Jisung mengacuhkan kondisi tubuhnya yang memang termasuk lemah dan mampu jatuh drop kapan saja oleh hal-hal kecil.
Terduduk dibawah terik matahari diatas rooftop sekolah dengan mata terpejam, panas sinar yang begitu terik mulai terasa menyengat kulitnya namun pemuda itu enggan untuk bergeser barang seinci pun.
Entah terlalu nyaman atau memang dirinya tidak mau pergi dari tempat itu, mungkin opsi kedua. Ia terlalu merepotkan dirinya dengan acara mengacuhkan Hwang Hyunjin yang terlihat mencoba kembali dekat dengan nya.
Untuk apa? Jisung juga tidak mampu menjawab pertanyaan itu, hanya beberapa anggapan menyakitkan yang mendasarkan pertanyaan itu seperti mungkin Hyunjin menginginkan tubuhnya untuk dimainkan sepuas hati karena memang itulah Jisung.
Seorang jalang pribadi Hwang Hyunjin, meremas dadanya yang berdetak kuat hingga terasa menyesakkan dada. Jisung dengan cepat menyentak kedua matanya untuk terbuka. Sesuatu seolah menghujam secara tak kasat mata pada dada dan meremas jantung nya.
Jisung tidak boleh menangis, dia tidak bisa menangis untuk sekarang. Ia tidak pantas menangis karena patah hati apalagi alasan nya adalah Hwang Hyunjin yang mungkin sekarang tidak menyadari kepergian nya dan tengah bercengkrama dengan kekasihnya.
"Hahh" Menghela nafas berat, sejauh ini Han Jisung hanya dapat mengerang bingung lalu menghembuskan nafas berat berulang kali. Pemuda itu jadi gelisah dan mulai merasa tak tenang.
Ia bingung akan banyak hal, pemuda itu terkenal sulit untuk jatuh pada pesona seseorang. Ia jadi bingung mengenai arti cinta itu sendiri karena demi tuhan, Jisung sakit kepala memikirkan nya.
Ia yang dulu sulit mencintai berharap dapat mencintai namun kala tuhan mewujudkan nya Jisung malah menyesal, ia ingin menarik harapan itu dan memilih hidup tanpa frasa apapun yang dapat mewarnai hidupnya. Sepertinya hambar tidak terlalu buruk dibandingkan rasa tajam yang menyakitkan.
Pertanyaan Jisung hanyalah, mengapa dari sekian banyak manusia yang tinggal di bumi ini. Kenapa tuhan menjatuhkan pilihan hati Jisung pada Hwang Hyunjin? Mengapa? Apa tuhan se benci itu hingga memberikan Jisung yang awam akan cinta sebuah kisah yang setiap waktu meremuk-kan hati nya?
"Kau disini "
Lamunan Jisung buyar dengan titik fokus yang mulai pecah menuju kenyataan, pemuda Han itu menoleh dengan cepat kearah pintu rooftop dan menemukan sosok yang tak asing berdiri disana. Menutup pintu perlahan dengan senyuman khas rubahnya.
"Jeongin? Bagaimana kau tahu?" Tanya Jisung dengan mata yang berbinar, kesendirian dengan fikiran yang berkecamuk nampaknya bukan hal yang baik, ternyata tuhan masih merasa kasihan kepada Jisung dengan tiba-tiba menghadirkan Yang Jeongin disana.
"Aku mencarimu kak, kau menghilang tiba-tiba" Ujar Jeongin melangkah mendekati Jisung membawa sebuah payung dan plastik berisi makanan yang sengaja dibeli nya di kantin.
"Maafkan aku tidak mengabari" Gumam pelan Jisung kala membalas tatapan jengkel yang Jeongin layangkan kepadanya.
Tapi tatapan itu berubah lembut, Jeongin menaruh plastiknya lebih dulu sebelum membuka payung berukuran sedang itu dan duduk disamping Jisung dengan payung yang ia buka menutupi sinar matahari langsung menyengat tubuh keduanya meski tubuh Jeongin tidak tertutup secara sempurna.
"Harusnya aku yang meminta maaf, maaf karena aku tidak bisa menemanimu saat kau membutuhkan aku" Ucapan tulus itu membuat bibir Jisung mengulum menahan sebuah senyuman yang hendak terbit, pemuda manis yang kerap disamakan dengan tupai tersebut memilih memandang lurus ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAR OF HEART (Hyunsung) [✔️]
FanfictionHan Jisung selalu bertanya-tanya seberapa kuat Guci hatinya hingga saat Hwang Hyunjin menjatuhkan nya berkali-kali bahkan sudah retak dimana-mana. Hatinya masih rapat enggan pecah dan hancur. Hwang Hyunjin fikir siapa dirinya hingga dapat dengan be...