Chapter 17. Wisteria Story

175 4 0
                                    

Disclaimer : Detective Conan © Aoyama Gosho

.

.

Happy reading~!^^

Mata Shinichi melebar mendengarnya. "Padaku? Doushite?" tanyanya cepat.

"Salah satunya karena Ran,"

"Ran?"

"Meski aku tahu alasanmu, tetap aku tidak paham. Mengapa kau menerima perasaannya jika hal itu akan melukaimu dan Ran?" tanyanya dengan nada dingin sedingin angin kering yang menghembus mereka.

Shinichi tertegun. "Kau sudah tahu?"

Shiho mengangguk pelan.

"...Gomen, Miyano," Mata Shinichi menyipit, ada kilatan sesal disana. "Demo, itu sudah berakhir saat Ran mengetahui hal itu,"

"Hal itu?"

"Kau belum tahu?" Melihat Shiho menggeleng bingung, Shinichi membuka tas ranselnya. Tangannya mengeluarkan sesuatu. Sebuah buku bersampul putih.

Netra Shiho melebar menerimanya, merasa buku itu sangat familiar. Read your heart in the right way. Ia mengira buku itu miliknya, tapi setelah membuka halaman kedua, sebuah nama tertulis disana. Kudo Shinichi. Ia mendongak heran. "Kau juga memilikinya?" Shinichi hanya mengangguk.

Shiho terus membalik beberapa halaman buku, agak heran kenapa Shinichi juga membacanya. Sampai beberapa lembar kertas jatuh ke lantai besi jembatan yang dingin dari halaman yang dibukanya. Ia berjongkok berniat memunguti kertas tersebut. Dadanya berdesir mendapati lembaran-lembaran foto yang jatuh tak beraturan. Matanya menyipit melihat tulisan pada salah satu foto yang terbalik. Tak lama, ia kembali berdiri, mengamati setiap foto dengan raut heran. Shinichi hanya bisa diam memperhatikan perubahan ekspresi gadis dingin itu.

Kesemua foto adalah saat study tour SMA. Melihat foto pertama, ia tersenyum. Sebuah foto dimana ia sedang memberikan dua potong kue ikan pada kucing kecil berbulu putih kuning. Apa kau juga menyukai kucing, Miyano?, begitu kalimat yang tertulis di belakangnya.

Foto kedua, terlihat Shiho serius mengamati sebuah baju zirah samurai di dalam museum. Serius sekali mengamati, kau tertarik memakainya?. Tiga buah siku terbentuk di kening Shiho saat membacanya.

Foto ketiga, semua wajah penghuni kelas 2D terpampang disana, tak ketinggalan juga wali kelas mereka, Takagi-sensei. Suatu saat aku pasti merindukan kebersamaan seperti ini. Ne.. Miyano, kau tidak sadar aku berdiri di belakangmu?. Kembali Shiho tersenyum.

Raut Shiho mulai serius melihat foto terakhir, hanya Shiho sebagai objeknya. Dalam foto itu, dirinya berada di Oyashiki-no-niwa, memandangi air terjun dari koridor kayu. Raut tenang terlukis disana, dihiasi senyum damai yang lebar dibibirnya. Kenapa kau tak pernah menunjukkan senyum itu padaku? Senyum menawan itu.. aku sangat menyukainya, dan kuharap dapat melihatnya seumur hidupku, bukan hanya lewat foto..

Tanpa sadar matanya terasa memanas. Shiho mendongak, menatap Shinichi dengan berkaca-kaca. Shinichi pun menatapnya dengan sendu. Tersirat kilatan emosi di netra pemuda itu.

"Jujur, Miyano. Meski kau terlihat semakin cantik saat marah. Aku lebih suka wajahmu yang tersenyum, bahkan jika senyum itu bukan karena aku—" ujar Shinichi pelan, suaranya bergetar dan tangannya mengepal. "—Karena kau sangat penting bagiku,"

Kalimat tulus Shinichi yang menyapa pendengarannya, sukses meluncurkan titik bening di pipi Shiho. Dadanya terasa sesak. Hampir ia terisak dalam hening. Ia menangis. Ya, Shiho yang selama ini tak pernah menangis. Dimana tangisnya hanya untuk mendiang kedua orang tua dan kakak tersayangnya, kini terpatahkan. Ia sendiri juga heran, Holmes's Apprentice itu bisa membuatnya seperti ini.

Wisteria LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang