Chapter 16. Our Fate

225 15 1
                                    

Detective Conan © Aoyama Gosho

.

.

Happy reading~!

Chapter 16.

~April 2013~

Lelah seusai berkutat dengan percobaannya di laboratorium, Shiho memutuskan untuk menyegarkan otaknya kembali. Dalam diam ia berjalan menyusuri trotoar jalan raya yang cukup jauh dari universitasnya. Sama sekali ia tidak peduli dengan deru kendaraan yang berseliweran di jalan. Langkah kakinya berhenti sejenak. Pandangannya mengarah ke jejeran pohon-pohon sakura di sebelah kanannya, tepat di tepi sungai yang berair bersih. Memandang kelopak-kelopak sakura yang telah bermekaran dengan sempurna. Menghias Kyoto dengan warna merah muda yang cantik. Angin bertiup usil menggugurkan sebagian kelopak sakura dari dahan coklatnya.

Shiho tersenyum tipis saat merasakan angin tersebut menerpa wajahnya. Ia mengangkat tangan kanan. Mengambil sebuah kelopak sakura berbentuk hati yang tersangkut di sela-sela rambutnya. Iris biru abu itu menatap lembaran tipis merah muda diatas telapak tangannya.

Bukankah ini sangat indah?

Sebuah suara menyapa pendengarannya. Suara yang ia kenal.

Tiba-tiba sehelai kelopak merah muda itu terlihat seperti butiran salju yang jatuh lalu mencair karena suhu hangat dari tangannya. Begitupun kelopak sakura yang berterbangan, turut berubah menjadi salju putih yang melayang-layang turun. Shiho mengangkat kepalanya ke depan. Maniknya mendapati Sang Detektif mengedarkan pandangan ke sekeliling guna melihat suasana sekitar yang dihujani butiran salju besar maupun kecil.

Malam dengan suhu dingin yang menusuk, butir-butir salju yang melayang terbiaskan cahaya lampu kuning, dan.. jas seragam Shinichi yang menghangatkan punggungnya. Apa yang ia rasakan waktu itu, suasana waktu itu, kembali terputar di memorinya. Senyum tipis yang terukir diwajahnya perlahan meluruh sendu. Matanya terpejam dan kepalanya menggeleng kuat. Tangannya yang turun membuat kelopak sakura tersebut jatuh.

Ia lalu membuka mata perlahan, yang dilihatnya kini adalah pemandangan sakura musim semi seperti sebelumnya. Didepannya hanya ada beberapa orang berlalu lalang di trotoar jalan.

'Musim semi..' batinnya. 'Bisa-bisanya terbayang salju,' terukir senyum hambar di wajahnya. Kini kakinya kembali melangkah, berhenti di salah satu kursi besi panjang di dekat pohon sakura. Dengan tenang ia duduk menghadap sungai.

Kita tidak tahu siapa takdir kita. Jika Tuhan telah menetapkan seseorang untukmu, dengan cara apapun kau akan disatukan dengannya.

Shiho, jalanmu masih panjang. Begitupun untukmu mencari pemuda yang memang benar-benar mencintaimu.

Kata-kata lembut Okaa-sannya yang masih ia ingat. Kata-kata itu pula yang salah satunya membantu ia kuat.

'Okaa-san..' panggil Shiho dalam hati. 'Nyatanya perasaan ini sangat sulit untuk diabaikan. Apalagi untuk melupakannya,'

Shiho memandang ke arah sungai dengan tatapan setengah kosong. Banyak hal yang berputar dalam pikirannya. Sampai ia tersadar oleh sebuah dering pelan. Segera ia memeriksa ponsel, ada tiga pesan baru disana. Semua dari pengirim yang sama. Selesai membalas pesan, kembali ponselnya dimasukkan dalam tas.

Sekitar 15 menit kemudian, si pengirim pesan tiba. "Miyano," sapanya dari jarak 5 meter dari kursi Shiho.

Shiho menoleh sekilas dan menunjukkan senyum tipis. Ia kembali memandang ke arah sungai sementara si penyapa beranjak mengambil tempat duduk di sebelahnya. "Ada apa, Kuroba?" tanyanya tanpa menoleh.

Wisteria LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang