"Maaf, kita putus aja ya. Kita ga cocok." —Lelaki pertama, gagal.
"Aku sebenernya udah punya, kamu cuma simpenan aku aja. Sekarang aku ga butuh kamu lagi, makasih ya." —Lelaki kedua, hanya simpanan.
"HAHAHA LO BENERAN NGIRA GUE SUKA LO?! MIMPI KALI! BUAHAHAHA, NGAKAK BANGET PERUT GUE SAKIT." —Lelaki ketiga, mempermainkan.
"Maaf ya, kamu terlalu baik buat aku." —Lelaki keempat, terlalu baik.
"Aku minta maaf, makasih buat semuanya, ya, Dera." —Lelaki kelima, ditakdirkan untuk berpisah.
^^^^"Woi, ngelamun aja daritadi. Patung ya lo?" sahut Rena yang berada di sebelah Dera, membuat Dera sadar dari lamunannya.
"Eh, sori sori. Hehe," balas Dera dengan senyuman polos, menggaruk kepala yang tidak gatal. Rena menghadap depan dan melipat kedua tangannya ke dada, menghembuskan nafas. Ia tahu betul apa yang dipikirkan Dera.
"Udah ah, yuk ke kantin. Lagi ngidam es teh nih." lanjut Dera. Rena hanya mengangguk dan berdiri, lalu pergi begitu saja meninggalkan Dera.
"Woi! Tungguin!" sahut Dera.
Sesampainya mereka di kantin, Dera langsung menatap sekitar.
"Teh Bambang, teh Bu Ida, teh Simba, teh Mbak Ti, rame semua. Yah.. jadi males ngantri," keluh Dera, menundukkan kepala. Rena melipat kedua tangannya di dada, mengerti persis apa yang akan dilakukan Dera setelah ini.
Tak lama, Dera mengangkat kepala. Ide cemerlang masuk ke kepalanya, dia menoleh ke Rena dengan mata membulat.
"Rena.. antriin dong.. pliss..," pinta Dera,"Beliin cireng 10 ribu dulu, mumpung stan nya masih sepi." perintah Rena, dengan cepat Dera mengangguk dan lari menuju kedai yang menjual cireng.
"Bang, cireng 10 rebu." ucap Dera,"Oke Neng, tunggu yak." balas Abang cirengnya, Dera hanya mengangguk mantap.
Tak lama setelah memesan cireng, tiba-tiba saja ada yang menepuk pundak kanannya,"Sabar Re, ini baru di goreng cirengnya sama Abangnya." ucap Dera,"Paan sih? Orang gua di sebelah kiri lo. Ngapain juga repot-repot nepuk pundak kalo tinggal manggil lo." jawab Rena.
Dera sedikit terkejut melihat Rena yang muncul secara tiba-tiba, dia tidak menyadari keberadaan Rena yang sejak tadi berada di sampingnya dan mengikutinya di belakang. Sekarang Dera dibuat bingung. Lalu yang menepuk pundaknya siapa?
Dera memutar badan dengan patah-patah, takut Pak Sul datang untuk mengomelinya tanpa alasan. Tapi ternyata..
Bunga ditempelkan ke wajahnya,"Aku suka kamu." ucap seseorang. Hah? Dera syok berat, dia tidak tahu harus berkata apa. Dera juga tidak menyangka ada orang yang menyatakan tanpa malu sambil menodongkan bunga begitu saja ke wajahnya. Orang-orang di kantin mulai bersorak-sorai melihatnya.
"Keren, ya, lo, bisa nafas padahal idung lo dicipok bunga." sindir Rena. Dera menurunkan bunga yang diarahkan kepadanya. Karena mendapatkan syok yang tidak main-main, dia sampai lupa bernafas.
Dera menatap wajah orang didepannya dengan mulut menganga, orang tersebut adalah laki-laki remaja yang sekelas dengan Dera dan dikatakan sangat tampan, ekspresi datar, pintar, dan sifat cueknya yang dapat membuat 100 kulkas membeku, intinya lelaki perfect dengan sifat dingin yang selalu muncul di novel-novel. Ija Tiyan, atau biasa disebut Ja. Namun dimata Dera, Ja hanyalah orang yang malas.
"Bentar, ada kamu tiba-tiba dateng trus nempelin bunga ke mukaku, nge-konfes yang kedengarennya ga ada malu-malu nya, make ekspresi datar. Nyalinya gede banget ya. Tapi srius, kamu suka sama aku? AKU? YANG WAJAHNYA BIASA AJA DAN GA CANTIK?" tanya Dera dengan intonasi tinggi dan tangan menunjuk pada dirinya sendiri, dia melihat dari kaki hingga rambut Ja terus-menerus, tak percaya.
Kantin yang awalnya ramai dengan sorakan langsung hening, menyimak dengan antusias.
Ja tersebut itu mengangguk,"Tapi kamu cantik kok?" ucapnya dengan ekspresi yang tetap datar. Dera yang sudah syok terkena syok lagi, sementara Rena yang menutup mulut berusaha menahan muntah karena jijik melihat mereka.
"Kamu serius?" Dera menatap Ja, Ja mengangguk.
"Kamu bercanda?" Ja menggeleng.
"Nge-preng ya?" Ja menggeleng lagi.
"Kok datar gitu?" Ja mengangkat bahu.
"Serius suka?" Ja mengangguk.
"Bohong ga nih?" Ja menggeleng.
"Dare dari temen ya? Kamu-" Dera terus mengeluarkan ribuan pertanyaan, hingga terpotong oleh ucapan Ja,"Aku beneran suka sama kamu, aku ga bercanda."
Dera tetap tidak percaya dan menyipitkan mata, menganalisis. Ja langsung membuang muka, Dera menyadari telinga Ja telah menjadi merah tomat. Akhirnya, Dera berhenti menganalisis.
Ja memang memiliki perasaan padanya. Tapi Dera tidak ingin masa lalu terekam ulang, muak diberi harapan palsu terus-menerus.
Dera menghela nafas,"Kamu keren Ja, konfes terang-terangan. Aku salut sama nyalimu. Aku terima bunganya, ya, tapi untuk sekarang, aku belum bisa jawab konfes-mu." Dera tersenyum dan menerima bunga dari Ja. Ja menatap Dera, dengan mata membulat.
Dera yang melihat Ja kebingungan,"Kenapa Ja? Kok matanya yang dari mata lemes jadi mata bulet gitu?" tanya Dera. Ja menggeleng dan pergi begitu saja.
Kantin kembali ramai dengan sorakan, hampir seluruh laki-laki memberi pujian dan jempol kepada Ja sedangkan seluruh perempuan salting sendiri mengandai jika mereka di posisi Dera. Meski ada beberapa yang sedih mengetahui bahwa mereka ditolak secara tidak langsung oleh Ja.
Dera menatap bunga yang diberi Ja. Bunga yang diberi Ja adalah bunga favoritnya, bunga Aster. Dera tersenyum melihat bunga itu.
"Sampe kapan lo mau liatin bunganya?" tanya Rena dengan ekspresi jijik.
Dera menoleh,"Eh sori sori, kamu ga keliatan tadi. Hehe," jawab Dera tak bersalah. Rena mencibir.Saat Dera dan Rena memutar balik badannya menghadap Abang cireng lagi, mereka terkejut melihat Abang cireng yang dalam keadaan mata terbuka lebar dan mulut terbuka.
Dera tadi memang syok, tapi Abang cireng lebih syok lagi. Seolah dialah yang di-konfes. Tangan kirinya yang memegang sutil tidak sengaja terjatuh, membuatnya tersentak dan mengambil sutilnya.
Rena mendengus kesal,"Bang, cirengnya mana?"
"Maaf Neng, tadi kaget saya dengerin mas-mas tadi." balas Abang cireng sambil dengan gesit membungkus cireng dan memberikannya kepada Rena.
"Ini Bang, pas ya." ucap Dera, Abang cireng menerimanya.
"Der, balik duluan sana. Bel istirahat masih lama, gua mau ngantri di teh Simba." kata Rena, tanpa ba-bi-bu Dera mengangguk dan pergi ke kelas.
^^^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Perspektif Dera
Romantik"Maaf, kita putus aja ya. Kita nggak cocok." -Lelaki pertama, gagal. "Aku sebenernya udah punya, kamu cuma simpenan aku aja. Sekarang aku ga butuh kamu lagi, makasih ya." -Lelaki kedua, hanya simpanan. "HAHAHA LO BENERAN NGIRA GUE SUKA LO?! MIMPI KA...