Dera terdiam, sesekali cegukan dan mengeluarkan tetes mata. Rena terdiam setelah mendengar ceritanya. Sekarang semua murid sudah pulang—kecuali mereka.
"Dera, lo ga usah mikir itu lagi deh. Gua kalo ada di posisi lu malu mikirin itu." ucap Rena, mengelus punggung Dera kasar.
"Itu kan kalo kamu! Lagian, kasar banget sih ngelus punggungnya. Bukannya bikin orang tenang malah bikin orang makin nangis." balas Dera, menoleh ke Rena dengan sinis lalu kembali menatap ke bawah.
Rena hampir saja ingin menjitak kepala Dera sekali lagi, tapi ada pepatah kata yang mengatakan "jika sahabatmu sedang menangis, tenangkan terlebih dahulu sebelum dilempar keluar angkasa"."Ini es teh buat lo, cepet minum atau gua yang minum!" ancam Rena. Dera mendengus, merampas gelas plastik yang berada di tangan Rena dan menyeruputnya dengan kesal.
Rena melepas tangannya dari punggung Dera dan mengambil ponselnya, berniat main game.
Dera yang awalnya kesal menjadi kembali ceria, berkat es teh dari kedai yang paling ia cinta—Kedai Es Teh Simba.
Namun hal itu hanya sementara, Dera yang awalnya tenang menangis lagi. Rena yang sedang asyik fokus dengan ponselnya terkejut.
"Apaan lagi sih Der!? Udah gua bilang ga usah dipikirin!" omel Rena.
"Es teh nya... habis!!" seru Dera, tangisannya bertambah keras. Membuat Rena terkejut.Rena menutup mulut Dera, menyuruhnya diam,"Iya iya, gua beliin! Diem atau ga gua beliin!" ucap Rena dengan intonasi rendah tapi ditekan, Dera yang tadi berusaha melepas tangan Rena langsung diam seribu bahasa.
Rena melepas tangannya dan pergi, meninggalkan Dera yang murung.
Karena tidak tau harus apa, ia memutuskan untuk tidur, lagian sudah jam pulang. Toh, pintu kelas juga tidak pernah dikunci kalaupun ia bangun sore-sore.^^^^
"Dera, bangun." panggil seorang laki-laki, suara yang terdengar familiar. Kok kek suara sapa, deh.
Laki-laki itu menggoyang-goyangkan bahunya lagi, Dera yang malas membuka mata menepis tangannya."Nganmmtuk.. fmfnfjfhc.. jangan ganmmnggu akhu.. ijdjffj.." lirih Dera, laki-laki itu menghela napas.
"Dera, ini mau malem. Mau nginep di kelas?" tanya laki-laki itu. Sontak Dera memaksa dirinya mengumpulkan nyawa dan membuka matanya lebar-lebar.
"HAH?!? SERIUS???! WOILAH AKU BELUM MASUKIN BUKU!" Dera mulai panik, menoleh kesana-kemari dengan otak yang masih linglung.
Namun, ia berhenti tantrum saat menyadari orang yang membangunkannya tadi.
"Ja?" Dera menatap Ja."Kenapa kok kamu disini? Bukannya Rena yang harusnya disini? Trus es teh ku gimana?" Dera melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang tak bisa Ja jawab satu-persatu.
Ja menyodorkan es teh yang berada di tangannya,"Rena bangunin kamu, tapi kamu ga bangun."
Dera hanya ber-oh dan mengambil es teh itu. Sambil menyeruput, ia melihat sekitar. Jendela di luar kelas menunjukkan hari masih sore, ia menghela napas lega."Kamu bohong ya!? Ini belum malem! Ngapain sih, tadi ngomong gitu?!" seru Dera kesal.
"Biar kamu bangun aja." ucap Ja dengan intonasi malasnya, lalu menatap Dera tanpa ekspresi.Dera tidak bohong, ia ingin melempar Ja dari jendela saat itu juga.
"Woi! Kamu kalo bangunin orang ga usah pake anceman itu ya! Gimana kalo aku jantungan, hah?! Mau tanggung jawab, hah!?!" omel Dera, sambil menunjuk-nunjuk Ja.
Mendengar itu, Ja memalingkan wajah sambil menutup mulut, berusaha menahan tawa."Jangan ketawa!" ketus Dera, mengepalkan tangan.
Ja tidak menuruti perintah Dera, dia tertawa lepas. Tidak bisa menahan gemasnya melihat Dera yang kesal.
Dera yang awalnya kesal menjadi bungkam, dia belum pernah melihat Ja tertawa bebas. Hatinya berbunga-bunga. Kalo Ja ketawa di depan panggung, mungkin semua udah mati seneng.
"Kamu kalo kesel lucu, ya." ucap Ja sambil tersenyum melihat Dera.
Dera langsung melihat ke arah lain, wajahnya merah tomat."Aku mau pulang, kamu mau ku anter?" tanya Ja, masih memancarkan senyuman tampan.
Dera berpikir-pikir sebentar (bohong, Dera nggak bisa mikir setelah melihat Ja tertawa), lalu mengangguk patah-patah."Yaudah, aku tunggu di parkiran." ucap Ja, ia berdiri dan pergi. Meninggalkan Dera.
Dera menggigit bibir berusaha tidak tersenyum dan berteriak. Jantungnya menderu kencang, seolah akan meledak sebentar lagi. Sepertinya perasaan Dera kepada Ja mulai tumbuh, sejak hari ini.
Di sisi lain, Ja berjalan dengan wajah tanpa ekspresinya. Namun, telinga dan jantungnya tidak bisa berbohong. Hari ini dia tidak hanya meminta jawaban, tapi juga mampu berkomunikasi sebanyak itu dengan Dera.
^^^^
Kalau ada kritsar silahkan komenn
KAMU SEDANG MEMBACA
Perspektif Dera
Romance"Maaf, kita putus aja ya. Kita nggak cocok." -Lelaki pertama, gagal. "Aku sebenernya udah punya, kamu cuma simpenan aku aja. Sekarang aku ga butuh kamu lagi, makasih ya." -Lelaki kedua, hanya simpanan. "HAHAHA LO BENERAN NGIRA GUE SUKA LO?! MIMPI KA...