Dera sibuk menggambar sambil mendengarkan musik di headset miliknya, ditemani dengan orang yang menatapnya lamat-lamat, membuat ia sulit untuk fokus. Dera menghela napas.
"Sampai kapan kamu disini Ja? Kasihan Gilang yang ke kantin sendirian," ucap Dera, melepaskan headset miliknya dan menghadap ke arah Ja.
Dera terkejut, ia tidak menyangka Ja tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke dirinya. Ja yang melihat tanggapan itu tersenyum.
Dera malu, ia menghadap ke arah lain. Wajahnya merah cabai. Orang aneh. ejek Dera dalam hati.
"Bisa diem ga sih?" Dera menutup mulut Ja, meski Ja tidak berniat berkata apapun. Dera menutup wajahnya dengan sebelah tangannya, meski mata dan 3/4 hidungnya bisa dilihat.
Seolah tak berdosa, ia memegang tangan Dera dan menciumnya layak seorang pangeran mencium punggung tangan putri.
Dera terpaku, Ja benar-benar tidak bisa ditebak. Lihatlah, ia mencium tangan Dera tanpa memperhatikan sekitar. Semua teman sekelas mereka bersorak-sorai.
Ja melirik, melihat Dera yang syok menjadi batu. Ja melepaskan tangan Dera dari bibirnya, lalu mengelus-elus kepala Dera. Dera hanya diam, otaknya masih memproses kejadian saat ini.
"Aku suka kamu." Ja tersenyum, lalu pergi dengan ekspresi datarnya kembali.
Rena melihat pasangan itu sambil melipat tangannya dan bersandar di pintu. Wajahnya terlihat menakutkan meskipun ia tersenyum.
Rena menghampiri Ja yang sedang duduk sambil bercakap-cakap dengan Gilang, lalu menghantam mejanya.
"Gua mau ngomong sama lo nanti pulang sekolah, kita ketemuan di belakang sekolah." ucap Rena dengan tatapan seram miliknya. Ja berpikir sebentar, lalu mengangguk.
Di sisi lain, hampir semua teman kelas Dera memberi suitan dan selamat jadi tidak ada yang memperhatikan Rena dan Ja. Namun Dera masih tidak bergerak, otak miliknya masih mencerna.
^^^^
Pulang sekolah, Dera memasukkan buku-bukunya. Sejak kejadian tadi pagi ia jadi susah fokus belajar, dibuat bingung dan dibiarkan dalam keadaan masih syok."Lo tunggu sini dulu, ya. Gua mau keluar," Rena menepuk bahu Dera.
"Hah? Kenapa?" tanya Dera, berhenti beraktivitas.
"Mau ngantin, cuma kayaknya bakalan lama dikit. Soalnya mau beli buat adik gua dan adik gua ga suka semua jajan." Rena menjelaskan, lalu pergi meninggalkan Dera.Rena menuruni anak tangga dan pergi ke belakang sekolah, Ja sudah ada di situ menunggu.
"Mau ngomongin apa?" tanpa basa-basi Ja langsung ke topik.
"Soal Dera," ucap Rena, lalu berjongkok dan mengeluarkan rokok dari kantong rok.
"Lo yakin seratus persen mau deketin Dera?" Rena menggigit mulut rokok dan mengambil lighter dari saku baju, lalu mendekatkan ke ujung mulut rokok lain."Iya, kenapa?" Ja duduk dua puluh lima senti dari Rena, Rena menghirup lalu menghembuskan asap rokok.
"Dia udah sering dikejar cowo, salah satunya lo." Rena menawarkan sebatang rokok, Ja menolak."Dera orangnya gampang jatuh cinta dan sekalinya disakitin satu abad pun dia tetep nungguin orang itu," lanjut Rena, menghirup dan mengembuskan rokoknya lagi.
"Gua ga mau Dera disakitin lagi sama cowo, jadi kalo lo nyakitin dan ninggalin Dera. Ga segan-segan gua pukul lo sampe babak belur, walaupun gua harus masuk penjara." setelah itu Rena berdiri dan menjatuhkan puntung rokok, lalu menginjaknya.
"Kalo lo ga serius dengan hubungan lo sama Dera, lo ngejauh sekarang." ucap Rena, setelah itu ia pergi. Ja terdiam.
^^^^
"Lama banget, masa beli jajan setengah jam!" omel Dera saat Rena memasuki kelas.
"Kan udah gua bilangin, adek gua tuh ga suka semua jajan. Jadi susah nyari yang dia suka," Rena menghampiri Dera lalu duduk di sebelahnya."Bukannya kamu ga punya adek ya? Baru juga minggu kemarin aku lihat rumahmu cuma ada pelayan-pelayan doang. Masa iya seminggu Mama kamu udah hamil trus lahirin anak?" Dera berpikir.
"Adek gua sering ikut orangtua gua kemana-mana, jadi sering pindah sekolah. Makanya rumah gua banyak, tapi gua tetep stay di rumah pertama. Kadang pas bosen sama desainnya, gua minta renovasi." jelas Rena lalu menunjukkan dua kantong plastik berisi jajanan merek sama."Nanti ortu dan adik gua balik, tapi besoknya pergi lagi. Makanya gua beliin ini buat adik gua." tambahnya.
Dera mendengarkan dan mengangguk menatap Rena, lalu mengambil tas miliknya.
"Ayo pulang," ajak Dera. Rena mengangguk, ikut merogoh tasnya.
Dera terus berceloteh tentang topik apa saja saat berjalan keluar gerbang, Rena melihat ke depan sambil menyimak.
Dera terus berbicara, "Gila, filmnya keren banget!! Jadi pengen nonton lagi. Trus tau nggak? Kalo-"
"Awas depan lo," potong Rena.
"Depan?" Dera bingung, lalu menoleh ke depan.Bruk!
Dera tak sengaja menabrak orang, membuatnya terjatuh. Dera meringis.
"Aduh, ini yang kutabrak apaan sih? Keras banget." ucap Dera. Dera menatap ke atas dan mendapati orang yang tak sengaja ia tabrak adalah.. Ja?!
"A- aduh! Maaf!!" Dera langsung berdiri dan menghampiri Ja, membungkuk.
"Wajahmu kenapa?" tanya Dera khawatir, ia mengecek wajah Ja yang kotor. Padahal Ja tidak terjatuh. Ja meringis, ia menepis tangan Dera karena kesakitan.
"Mau ku obatin?" tanya Dera sekali lagi, menatap Ja yang terdiam dan menghindar dari tatapannya. Ja mengangguk pelan.
"Ke UKS dulu, yuk." Dera menarik tangan Ja dan berjalan cepat, diikuti Ja dari belakang.
Rena menggelengkan kepala dan mendengus kesal,"Masa iya gua harus nunggu di sini sambil jaga tasnya?" Rena terdiam, lalu berpikir.
"Tapi Ja kok pipi kirinya bisa kotor dan pipi kanan warna biru?"
^^^^
Kritik dan saran bisa komenn
KAMU SEDANG MEMBACA
Perspektif Dera
Romance"Maaf, kita putus aja ya. Kita nggak cocok." -Lelaki pertama, gagal. "Aku sebenernya udah punya, kamu cuma simpenan aku aja. Sekarang aku ga butuh kamu lagi, makasih ya." -Lelaki kedua, hanya simpanan. "HAHAHA LO BENERAN NGIRA GUE SUKA LO?! MIMPI KA...