Toilet ramai dengan siswa-siswi yang membolos, membuat Dera tak ingin bersembunyi di toilet karena tidak ingin ada yang menyebar rumor yang tidak-tidak terhadap mereka.
Tidak ada pilihan lain, mereka bersembunyi di ruang staff petugas kebersihan yang lumayan kecil, membuat Dera melekatkan kakinya ke dada rapat-rapat untuk menjaga jarak dengan Ja. Dera terus bergumam kesal, ia tidak memedulikan Ja yang terus melihatnya dengan ekspresi datar.
"Ngapain juga, sih, toiletnya cuma satu?" ketus Dera, dia menggenggam rambutnya frustasi. Ja merogoh sakunya, mengambil sebuah lolipop Milik-kita.
"Buat kamu, biar nggak marah." ucap Ja sambil menyodorkan lolipop di tangannya, tetap dengan ekspresi biasa.
Tanpa berterimakasih Dera menerimanya dan langsung membuka bungkusnya, sambil tetap menggerutu kesal. Dendam kepada Rena yang telah mencubit pipinya.
"Awas aja ya, ga bakal lagi kubeliin cireng!" teriak Dera dengan suara lumayan tinggi, membuat seorang murid kebingungan.
"POKOKNYA-" Ja cepat-cepat menutup mulut Dera, dia menoleh ke arah pintu. Wajahnya berubah dari datar menjadi serius.
"Halo? Di dalam ada orang? Haloo?" tanya murid di luar, mengetuk pintu. Dera menyadari ia telah menaikkan intonasinya tanpa sadar, menarik perhatian seseorang. Dera langsung panik, dia memukul-mukul lengan Ja, menyuruhnya untuk melepaskan tangannya.
Ja yang menyadari Dera memberontak menoleh, lalu mendekatkan wajahnya tiga senti.
"Sst, kalo kamu bikin gaduh, nanti pintunya dibuka." bisik Ja dengan isyarat diam. Dera menelan ludah dan mengangguk pelan, wajahnya sedikit merah.
Deg
Dera tidak pernah melihat Ja sedekat ini, jantungnya sempat berhenti berdetak. Ja memanglah sangat tampan, apalagi dengan tampang seriusnya. Hal yang seperti ini dapat membuat seluruh siswi di sekolah meleleh.
"Kamu ngomong sama sapa sih? Udah ayo cepetan ke toilet nanti ketahuan guru!" ucap seorang murid lagi, dia menarik lengan temannya.
Setengah menit kemudian, Ja melepas tangannya,"Udah pergi, tenang aja."
Dera tersengal, susah bernafas karena Ja menutup rapat-rapat tangannya. Membuat Dera susah bernafas karena tidak ada oksigen,"Kalo mau tutup itu bagian mulut, hidungnya ga usah ikut-ikut. Kukira aku bakal mati tau ga?" bisik Dera dengan nada kesal, wajahnya merah tomat.
Ja merogoh sakunya kembali, mengambil kertas. Dia mengibaskan kertas itu ke hadapan Dera, membuat Dera dapat menghirup lebih banyak oksigen dan merasakan angin sejuk. Aduhh, Act of Service, tipe aku bangett. ucap Dera dalam hati, tersenyum
"Makasih banyak, Ja." ucap Dera. Ja hanya mengangguk. Lalu Dera mengistirahatkan kepalanya ke tembok dan mulai menutup mata. Tidur.
1 jam mereka habiskan dengan keheningan, menunggu bel istirahat kedua.
^^^^^
Bel istirahat kedua berdering, Ja menggoyangkan bahu Dera mengatakan bahwa istirahat kedua telah tiba. Dera membuka mata setengah dan menatap Ja, lalu memeluknya.
"Gendong.." pinta Dera dengan nyawa yang belum terkumpul. Ja terbelalak, biasanya Dera tidak berperilaku seperti ini.
"Ng- nggak bisa, di luar rame." balas Ja sedikit terbata-bata.
"Ga peduli, mau gendong. Pokoknya gendong." paksa Dera. Ja menghela nafas pelan, telinganya berubah merah.Ja tidak ingin memiliki pilihan lain, ini kesempatan emas. Akhirnya dia mengangkat tubuh Dera, tubuh Dera seperti sehelai kertas, ringan.
"Jangan salahin kalo rumornya kemana-mana." ucap Ja. Dera hanya mengangguk pelan, acuh tak acuh dan kembali menutup mata.
Ja keluar dari pintu petugas kebersihan diam-diam, dan mulai lari dengan ekspresi khasnya—ekspresi datar.
"Eh, itu Ja sama Dera kan? Aku ga salah liat nih?" suara seorang murid terdengar.
"GILA, MEREKA BENERAN PACARAN?!" suara murid lain menyahut.
"VIRAL VIRAL VIRALKAN!!"Ja sampai di kelasnya yang telah sepi. Ja mengontrol nafasnya yang ngos-ngosan berusaha lari secepat kilat agar tidak menarik perhatian murid lain—yang nyatanya menarik perhatian.
Ja mendekati bangku Dera, menempatkan Dera di atas bangkunya dengan hati-hati. Dia mengganti posisi kepala dan tangan Dera menjadi di atas meja, lalu lari keluar kelas dengan telinga yang sejak tadi panas.
Dera membuka matanya, nyawanya baru terkumpul. Wajahnya berubah tomat. AKU GILA AKU GILAAA!!!
Ja berlari ke dalam toilet yang masih kosong, menguncinya dan menyandarkan tubuhnya ke tembok. Jantungnya tak terkendali, berdegup sangat cepat.
ja mengangkat tangannya. Tangannya gemetar, padahal Dera tidak berat. Seluruh tubuhnya juga lemas, padahal larinya tidak menguras seluruh tenaganya. Ini-kah yang dimaksud dengan cinta? gumam Ja dalam hati, jantungnya semakin berdegup dan telinganya semakin memerah.
Sedangkan, di kelas dimana hanya ada Dera..
"AKU GA WARAS!!!" teriak Dera, merenggut rambutnya. Menyesali perbuatannya, menyesali kehidupannya, menyesali dirinya yang masih hidup. ARGH, AKU UDAH JANJI GA BAKAL SUKA ORANG LAGI!!
^^^^^
Aksksksksk tidak ingin punya pilihan lain ga tuh🤭🤭
Kritsar silahkan komenn
KAMU SEDANG MEMBACA
Perspektif Dera
Romance"Maaf, kita putus aja ya. Kita nggak cocok." -Lelaki pertama, gagal. "Aku sebenernya udah punya, kamu cuma simpenan aku aja. Sekarang aku ga butuh kamu lagi, makasih ya." -Lelaki kedua, hanya simpanan. "HAHAHA LO BENERAN NGIRA GUE SUKA LO?! MIMPI KA...