6)

5 0 0
                                    

Mereka telah sampai di depan gerbang rumah Dera.

Dera sedikit kesusahan saat turun dari jok motor. Ja tersenyum melihatnya, ia membantu dengan menurunkan motornya sedikit.

"Ja, ini motor mau kamu pake buat balapan? Tinggi banget, sih!" Dera turun dari motor,"Tadi kamu juga ngebut banget! Aku kira aku bakal mati abis liat kamu hampir nabrak kendaraan, tau ga?! Untung ya aku pegangan!" celoteh Dera, ia mengomel sambil terus berusaha melepas helm. Ja hanya terkekeh.

"Bukan gitu caranya," ucap Ja, ia mendekatkan wajahnya dan membantu Dera melepaskan helm.

Dera menatap lelaki didepannya. Sekali lagi, Ja memang sangat tampan apalagi jika dilihat dari dekat.

Kalo aja semua siswi liat ini dari deket, udah jadi es krim leleh duluan mereka. Dera mengatakan hal itu, tapi dia sendiri sudah merasa menjadi es krim leleh.

Ja menarik helm dari kepala Dera dengan hati-hati. Lalu turun dari motor dan membuka jok motornya, memasukkan helmnya dan menutup jok. Dera hanya diam menatapnya.

Ja kembali menaiki motor dan menoleh. Baru saja melakukan kontak mata, Dera langsung membuang muka.

"Ma- makasih." ucap Dera pelan sambil merengut, lalu lari masuk ke dalam rumah. Ja hanya tersenyum simpul.

"Lucu." gumam Ja. Ia memulai motornya, kemudian pergi melesat dengan senyuman masih terlukis di wajahnya.

^^^^

Dera melempar tas ke segala arah dan menghempaskan dirinya ke atas kasur.

Ia memikirkan kejadian saat naik motor dengan Ja. Ketika ia memeluk Ja dengan erat karena mengendarai motor dengan cepat. Ketika ia merasakan jantungnya yang berdebar kencang dan tidak mau tenang.
Belum lagi, Dera merasa sedih saat harus berpisah dengan Ja. Semua kejadian itu membuat Dera tahu betul ini adalah dirinya sedang jatuh cinta kepada Ja.

"Argh!!"
Dera menutup wajahnya yang merah tomat dengan bantal. Ia senang naik motor bersama Ja tapi ia kesal harus jatuh cinta lagi.

Dera menghela napas berkali-kali dan berkata pada dirinya,"Tenang Dera, tenang, bentar lagi juga kamu dicuekin dan harus move on lagi. Kamu udah ahli pura-pura gapapa sama ini, kamu sering diginiin."

Dua menit hening, Dera kembali memberontak. Iya, dia mungkin ahlinya, tapi, Dera tetaplah Dera. Ia adalah perempuan bulol yang akan jatuh cinta lagi dan lagi.

Dera diam, menghela napas lagi. Kehidupan cintanya seperti rekaman yang disetel berulang-ulang, jatuh cinta-jadi bulol-sakit hati-gamon, yaudah, gitu aja terus sampe tua.

"Kenapa, sih, harus jadi orang yang nggak beruntung tentang cinta? Capek tau di kasih harapan palsu." Dera menghela napas.

Ia ingin mendorong Ja, menyuruhmu berhenti menyukainya. Namun, Dera bukan orang yang tega menyakiti.

Dera merenung, hingga tak sadar bahwa ia tertidur lagi.

^^^^

Dera membuka matanya, jam berapa sekarang? Dera melihat jam dinding kamarnya, menunjukkan pukul tujuh. Dera memgambil handuknya dan pergi ke kamar mandi.

Di kamar mandi, Dera membiarkan shower membasahi tubuhnya. Ia menyelam dalam pikirannya, mengingat masa lalu lagi. Selalu setiap masuk kamar mandi, pasti ada saja teringat laki-laki yang pernah masuk ke dunianya. Membuatnya mampu berada di kamar mandi berjam-jam.

Kali ini, Dera teringat dengan laki-laki keempat—ditakdirkan untuk berpisah. Mereka selalu jalan-jalan bersama, tertawa bersama, pernah juga suatu hari mereka bermain kejar-kejaran.

Dera mengeluarkan setetes air mata. Padahal hubungan mereka sudah bagus, kenapa ia harus pergi? Dera mengusap matanya, berusaha untuk tidak menangis. Sadar, Dera!

Di rumah tidak ada orang, ia harus melakukan pekerjaan rumah setelah ini. Mama juga akan pulang malam.

Selesai mandi, Dera keluar dan mengenakan baju tidur. Ia mulai menyapu seluruh rumah. Biasanya, ia selalu ditemani Bi Siti—pelayannya dulu. Namun sekarang, Bi Siti sudah mengundurkan diri karena tugasnya menjadi pelayan hanya sampai Dera menginjak SMP.
Sekarang, Ia tidak ada orang diajak bicara untuk menghilangkan rasa bosan melakukan pekerjaan rumah. Hanya musik yang ia setel di ponsel.

^^^^
Kritsar komen aja yaa🫶

Perspektif DeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang