9)

2 0 0
                                    

Gilang menatap ketiga orang itu satu-persatu. Rena, Dera, Ja duduk bertiga sedang mengobrol—cuma Dera sih sebenarnya yang celoteh.

Gilang menghantam meja,"Bentar bentar bentar, no way! Ini mata gue yang salah liat apa gimana, sih? Sejak kapan lo sedeket itu sama Dera? Kok gue ga di kasih tau kalo kalian udah jadian?!"

"Heh, mulut!" seru Dera, ia berdiri dengan wajah merah tomat, entah itu wajah kesal atau salting. Ja diam menutup mulut, tersenyum di baliknya. Sedangkan, siluman nyamuk—Rena, hanya memutar bola malas.
"Mana ada kita pacaran!" tambah Dera.

"Mang eak?? Trus ngapain kalian sebelahan? Jangan-jangan kalian.. TTM!???" tanya Gilang dengan nada tinggi.
"NGACO!" bantah Dera dengan nada yang lebih tinggi. Membuat seluruh siswa di kelas menatap mereka. menyimak.
"Kalo boong wajahnya jerawatan."
"Tapi wajahmu yang jerawatan."
"Anjing lo ya!"
"Guk guk."

Kesal, Gilang hendak melancarkan pukulan kematian. Diikuti dengan Dera langsung memasang kuda-kuda dwit koobi.
"Hohoho, kamu mau main sama cewek sabuk hitam taekwondo?" Dera menyeringai.
"Lo yang main-main sama cowok sabuk hitam karate!" Gilang membalas dengan senyuman kesal, memasang kuda-kuda kokutsu-dachi.

Rena yang awalnya malas langsung antusias, ia merogoh snack di laci meja dan membukanya. Diiringi dengan seluruh siswa yang bersorak-sorai.

Ja yang melihat suasana sudah tidak melambangkan murid teladan dengan sigap ia berdiri, "Kalo mau dipanggil BK bilang aja."
Ucapan Ja yang terdengar mencekam berhasil membuat Rena dan Gilang bergidik ngeri.
"Maaf ketua kelas!" Dera dan Gilang membungkuk.

Melihat keduanya tidak jadi adu jotos
Rena menjadi kesal, padahal ia sudah membuka snack favoritnya. Begitu juga dengan teman sekelas mereka, kecewa tidak bisa menonton pergelutan yang dahsyat satu galaksi Bimasakti.

Tepat setelah itu, bel berbunyi menandakan bahwa istirahat usai. Seluruh siswa langsung kembali ke tempat duduk masing-masing dan menyiapkan buku untuk pelajaran Bahasa Indonesia.

Gilang menatap kawan semejanya—Ja, yang sedari tadi melihat Dera. Apa jangan-jangan temen gue—Ja, habis ngelakuin ritual nyantet?
Gilang mengimajinasi Ja melakukan ritual santet, membuatnya geleng-geleng bergidik ngeri.

Tak berselang lama, Pak Sul datang dengan penuh wibawa dan berdiri di depan kelas.
"Anak-anak, hari ini ambil buku dari perpustakaan dan buat rangkuman tentang isi buku tersebut!" tegas Pak Sul.

Mendengar hal itu, semua murid langsung mengeluh. Mengatakan bahwa tidak akan ada satu pun buku dongeng singkat untuk anak-anak di perpustakaan. Hanya novel dan buku-buku kamus yang tebal yang membosankan.


"Aduhh, aku ga suka kalo harus liat tulisan panjang." Dera berjalan dengan lesu.
"Mending lu baca tiga lembar halaman awal sama akhir trus lu rangkum. Kalo gue gitu sih," ucap Rena.
"Itu kan kamu! Aku ini anak jujur dan teladan," balas Dera.
"Kata orang yang pernah bolos kelas gara-gara sibuk pacaran sama Ja."
"Udah kubilang kita nggak pacaran!!" Dera menampar lengan Rena berkali-kali dengan wajah merah.
"Aduh! Ow! Anjing! Sakit Dera! Lo itu manusia atau monster, sih? Ga ngotak kalo nampar!" Rena mengaduh.

Dera beradu mulut dengan Rena, tak sadar bahwa Ja menatapnya dengan ekspresi wajah yang tidak bisa dipahami Gilang.

"Lo mau rangkum tentang apa?" Gilang memecahkan suasana.
"Dera." Ja tersenyum. 'HAH?'  Gilang terkejut dengan jawabannya, ia langsung diam sebentar.
"Lo tau gak sih lo habis ngomong apa?" Gilang memastikan Ja sadar dengan apa yang ia katakan.
Ja tak mendengar dan bergumam-gumam. 'Ha? Ngomong apaan sih anomali satu ini?'
"Dera cantik, ya?" Ja membalas pertanyaan Gilang dengan pertanyaan tanpa sadar. Gilang sedikit terkejut dengan pertanyaan yang yang dilontarkan padanya.

'Wah, anak ini udah gak ketolong ternyata. Bulol abis.' Gilang menghela napas,"Udah sinting ye lu."

^^^^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perspektif DeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang