Serpihan Hati yang Berharap

24 2 0
                                    

Untukmu yang aku Cintai dalam Diam

Cinta terkadang hadir dengan tidak terkira. Pada siapa kita menjatuhkan hati, kita tidak bisa memilihnya. Jika saja bisa memilih tentu aku akan memberikan hatiku pada orang yang mencintaiku, bukan cinta sepihak seperti ini.

Begitu pula ketika hatiku memilihmu untuk menjadi cintaku. Entah apa yang hati ini pikirkan dengan memilihmu sebagai tempatnya.
Seolah mencintaimu bukanlah sesuatu yang sulit. Meski hati memilihmu sebagai tempatnya, namun kenyataannya tak sesederhana itu. Cinta ini sepihak tanpa timbal balik.

Dalam diam aku menemukan kebahagiaan dalam mencintaimu. Dalam diam aku mengamatimu, mengagumimu dan memperhatikan segala hal tentangmu. Dalam diam pula aku merasa dekat denganmu, setidaknya dalam anganku. Namun, dalam diam itu juga yang menyebabkan luka dalam hatiku.

Malam ini aku kembali menulis tentangmu, walau tetap takkan pernah kamu baca. Aku ingin membuat pengakuan. Aku gagal, gagal untuk menghapus rasa untukmu. Gagal untuk menyerah mengabaikan semua hal tentangmu.

Mencintaimu membuatku lupa bagaimana caranya menyerah, bahkan menyerah ternyata tak semudah kelihatannya.

Aku tertahan oleh harapan yang tak pernah aku dapatkan, lebih tepatnya harapan yang selalu aku ciptakan sendiri. Walau harapan itu tinggal sedikit, sangat sedikit, tapi harapan itu menempel kuat dalam genggamanku. Hal itu yang membuatku semakin bingung bagaimana caranya untuk menyerah.

Aku..... mengingkari janjiku. Maaf.
Maaf karena aku membuat janji yang ternyata sama sekali tak bisa kutepati.
Aku terkunci bersamamu, tepatnya bersama sosokmu dalam fantasiku. Aku masih terpaku di sana, masih terkenang dengan harapan yang entah kapan bisa terhapus dari dalam hatiku. Aku terlalu terbiasa memperhatikanmu. Terbiasa bertahan untukmu.

Tapi kenyataan ini semakin lucu. Aku mempertahankanmu tanpa pernah memperjuangkanmu. Kisahku takkan pernah beranjak jika terus seperti ini.
Aku selalu berjalan di tempat yang segalanya dipenuhi tentangmu. Sedangkan kamu sibuk mencari duniamu sendiri, yang tak pernah ada satupun "aku" didalamnya.

Lelah selalu mendesakku untuk menyerah. Dulu aku fikir mudah untuk berhenti mencintaimu. Namun segala macam rasa sakit yang telah kucicipi selama menunggumu sama sekali tak membawa hasil. Itu semua terkalahkan oleh secuil harapan, yang kuciptakam sendiri. Harapan itu memang hanya setitik dibandingkan ribuan luka yang kuciptakan sendiri saat menunggumu. Hanya setitik harapan dibandingkan dengan ribuan alasan untuk melupakanmu.

Harapan itulah yang selalu memaksaku untuk bertahan. Jika mencintai tak perlu membutuhkan alasan. Kenapa meninggalkan harus butuh ribuan alasan.

Bodohnya caraku bertahan sama dengan caraku mencintaimu. Tanpa alasan, walaupun aku tahu banyak sekali alasan untuk meninggalkan.

Harus berapa kali aku katakan? Mencintai tanpa balas itu menyakitkan.

Menunggu orang yang sedang menunggu orang lain itu melelahkan.

Dan memperdulikan tanpa dipedulikan itu menyesakkan.

Logikaku terus meneriakkan hal itu, membujuk hatiku untuk berhenti mencintaimu.

Tapi hatiku tak pernah berhenti menyerah, hatiku tetap berhenti padamu. Hatiku berkata semua perasaan bodoh ini membahagiakan.

Aku senang, aku bahagia dengan perasaan ini. Tepatnya dalam anganku yang selalu saja bermimpi kalau perasaan ini terbalas. Namun siapa yang peduli dengan logika, saat hatiku terus berfantasi bahwa ada kamu dihidupku. Bodoh memang.

Kamu memang tak pernah menyuruhku untuk memperhatikanmu. Tapi bolehkah jika aku mencintaimu diam-diam seperti ini? Memperhatikanmu dari jauh? Aku belum terlalu kuat untuk berperang dengan hatiku. Hatiku terlalu hebat menguasaiku atas semua hal tentangmu.

Walaupun akan banyak sekali rasa sakit yang kucicipi, banyak sekali luka yang kunikmati, walau aku akan tetap berada dibelakangmu, berjalan dijalan yang telah kamu lewati, meskipun kamu berlalu pergi meninggalkan. Bukan masalah aku melakukannya demi melihat hatiku bahagia.

Bahagia sangat sederhana menurutku.
Sesederhana melihatmu
Sesederhana berada di belakangmu
Melihatmu bahagia dan tersenyum

Walaupun bukan aku penyebabnya.

Bahagia hanya tetap menjadi pengagum rahasiamu.

Risalah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang