Mengagumi Mu

12 2 0
                                    

Aku mengagumi mu, aku merasakan kehangatan mu, aku selalu tertawa di setiap lelucon yang kamu buat, sekalipun itu tak lucu.

Aku selalu menikmati kebersamaan kita, aku bahagia pada setiap tingkah jail yang kamu berikan untukku.

Aku bahkan merasa kamu milikku dan aku milikmu.

Kamu mulai menguasai hatiku, aku melarang hal ini terjadi. Tapi seiring berjalannya waktu, aku mulai tersadar kamu bukan lagi menguasai hatiku. Tapi memang benar-benar sudah menguasai hatiku.

Dan saat aku menyadarinya, kamu sudah menjadi milik perempuan lain.

Kamu tidak bersalah. Hanya saja aku yang jatuh cinta pada orang yang salah.

Oh tentu tidak, bukannya Cinta tidak pernah Salah?

Hanya saja keadaan yang kadang tidak berpihak.

Aku sadar telah salah mengartikan keadaan ini. Salah mengartikan hubungan ini.

Kamu bukan milikku, dan perasaan ini bukan salahmu.

Untuk apa aku cemburu?

Untuk apa aku marah?

Untuk apa aku menangis?

Aku tidak berhak.

Karena aku yang mencintaimu bukan sebaliknya.

Kamu baik kepadaku bukan berarti punya perasaan padaku.

Kamu jail padaku bukan berarti punya perasaan padaku.

Itu hanya sikap yang dilakukan oleh seorang teman pada umumnya.

Bukankah kamu juga melakukan hal itu pada perempuan lain? Kamu bersikap lembut bukan karena kita punya hubungan lebih. Tapi memang seharusnya begitulah seorang laki-laki bersikap.

Lihat, ini kenyataannya

Semua tak lagi sama setelah aku tau. Semua takkan sama setelah aku menyadari sesuatu.

Luka ini kecil, tapi sedetik saja aku terlambat, sekali saja aku abaikan, maka luka ini akan sangat menyakitkan.

Dan saat itu terjadi, aku akan bertanya sejak kapan luka ini bersarang?

Sejak kapan luka ini bersembunyi?

Sejak kapan sebuah perasaan bisa sangat menyakitkan?

Sejak saat itu aku berusaha pergi, berusaha melupakan dan meninggalkan. Tapi aku telah terjebak oleh perasaan yang sama sekali tak pernah jadi milikku.

Sulit untuk keluar, bahkan untuk sekedar menghindar.

Aku menyesal, menyesali keberadaan perasaan ini.

Lantas apa ada gunanya sebuah penyesalan?

Aku mencintaimu, bukan sebaliknya.

Aku benci mengatakan kalimat itu, tapi itu kenyataan nya.

Dulu aku terlambat menyadarinya, lalu salah mengartikan segala perhatian mu, dan saat ini berusaha keras untuk melupakanmu. Apakah bisa?

Aku sadar semua ini hanya memperumit keadaan hatiku.

Hanya mempermainkan perasaanku, dan hanya semakin menambah luka dalam hatiku.

Aku kecewa

Aku ingin marah

Aku ingin menangis

Tapi kecewa pada siapa?

Marah pada siapa?

Dan menangis untuk apa?

Bukankah ini hanya akan membuatku semakin terlihat bodoh. Ini salahku sendiri yang terlalu mudah jatuh cinta padamu.

Aku berusaha menjauhi mu

Menghindar darimu

Tapi aku sadar, aku tak pernah bisa menghindar darimu. Tak peduli sebesar apa usahaku untuk menjauh darimu. Seolah ada magnet dalam dirimu yang sama sekali tak bisa membuatku berpaling darimu.

Aku dan kamu seolah berdiri di dalam sebuah ruangan yang sama, berdiri dalam sebuah sudut, namun kamu sama sekali tak bisa tergapai olehku.

Semakin aku menghindar

Semakin aku menjauh

Semakin dalam juga luka yang tercipta untuk hatiku.

Mengapa sebuah perasaan begitu sangat menyakitkan?

Bukankah aku yang memutuskan untuk memberikan hatiku padamu?

Tapi mengapa saat perasaan ini tak mendapatkan balasan, hati ini tak terima?

Bukankah memberi tak selalu mendapat balasan?

Tapi mengapa aku masih pamrih?

Mengapa aku masih menunggu balasan untuk hatiku darimu hingga kini?

Risalah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang