Aku menulis namamu di lembar terakhir buku tebalku.
Aku menyanyi lagu tentangmu dalam sunyinya malam, ditemani tetesan air hujan.
Aku membayangkan wajahmu sebelum terlelap dalam tidur ku.
Namun, kini aku telah mengerti.
Seindah apapun kata terukir, takkan pernah bermakna bila kamu tak membacanya.
Semerdu apapun melodi terlantun. Takkan berarti bila bukan kamu yang mendengarnya.
Sebanyak apapun aku membayangkan wajahmu, takkan pernah berarti saat aku sendiri tak pernah berani menatapmu secara langsung.
Bila memang tak ditakdirkan bersama, kenapa juga Tuhan menempatkan rasaku padamu.
Bila memang tak ditakdirkan bersama, kenapa juga hanya punggungmu yang selalu kusaksikan.
Bila memang tak ditakdirkan bersama, kenapa kita selalu bertemu.
Seolah kita terikat oleh takdir.
Namun kenyataannya kamu telah memberikan cintamu bukan untukku, tapi orang lain.
Lucu sekali, aku memilih mengejarmu sendirian, kelelahan sendirian, dan mengeluh sendirian.
Lucu karena segala hal tentangmu selalu kulakukan sendirian dan dalam diam.
Lucu, karena aku terus berusaha mendekat, sementara kamu tetap diam ditempat, bersama orang lain dan tak pernah bisa tergapai olehku.
Untuk Kamu yang tidak Tergapai
Dari aku yang tak pernah terlihat olehmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Risalah Hati
Lãng mạnINI BUKAN KISAH CINTA hanya cerita klise tentang gadis yang tak pernah mendapatkan cintanya. TULISAN YANG TAK MAMPU TERUCAP UNTUKMU