Alkohol mungkin adalah pelarian yang paling tepat baginya saat ini.
Dentuman musik yang menggema membuat kepalanya sedikit sakit, tapi Sakura tidak peduli, ditatapnya puluhan orang yang berdansa, saling meliukkan tubuhnya, menghentak, melompat atau bahkan menonton penari telanjang dengan lidah yang hampir terjulur bak anak anjing.
Mungkin jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi rumahnya adalah satu-satunya hal yang ingin ia hindari. Sasuke dan kenyataan pahit yang dihantakkan pada hidupnya.
Seharusnya ia tetap pada pendiriannya.
Seharusnya ia benar-benar mengusir pria itu.
Bukankah Sakura sudah bertekad untuk tidak lagi menjadi wanita lemah? Terutama di hadapan pria berusia muda yang benar-benar semaunya seperti Sasuke.
"Kau ada masalah?" tanya Ino.
Sakura melirik pada Ino yang kini menatapnya, plus dengan seorang pria yang beberapa waktu lalu sempat match dengannya.
Sai.
Pria itu sedang memangku Ino di atas pahanya, berprilaku seperti gentlemen sejati, jauh dari usianya yang masih belia bagi Sakura.
Ino mengalungkan satu tangannya pada bahu Sai, lalu mengangkat tinggi-tinggi gelasnya dan meminumnya lalu berbagi ciuman dengan Sai.
"Bisakah kau mengambil satu kamar dibanding bercumbu di depanku?" sengit Sakura. Untung saja Hinata tidak berada di sini.
Sebuah keberuntungan sial baginya mendapati Ino dan kekasih gelapnya—atau kekasih sewaan? Bayaran?— atau apapun sedang asik berpangutan ketika i memasuki klub.
Sai menceritakan bagaimana Sasuke bisa berakhir babak belur. Katanya Sasuke dirampok dan Sasuke berusaha keras mengambil miliknya tapi mereka ada enam orang. Kalah jumlah tentu membuat Sasuke kacau seperti yang ia lihat.
Sakura tidak memberitahu dimana Sasuke berada ketika Sai bertanya. Tapi pria itu juga terlihat sangat santai untuk ukuran sahabatnya yang sedang terluka.
Atau memang semua pria seperti itu?
"Bersenang-senang saja, kau tidak lihat wajahmu begitu kaku?" tanya Ino sambil berteriak, mencoba menyaingi suara musik yang mulai berganti dengan lagu yang lebih keras.
Sakura memutar tubuhnya, tidak peduli dan tidak mau tahu, terutama saat Ino berbalik menghadap Sai, melebarkan kedua tungkainya untuk duduk dengan gerakan bokong yang memutar di atas tubuh Sai.
Sakura yakin. Ino sudah mabuk.
Ketika ia akhirnya hendak mengambil gelas keduanya, sebuah tangan menghentikan dirinya. Sakura mengangkat alis tidak suka dan mendongak, menatap pada seorang pria yang kini menyeringai.
"Mabuk sebelum perang bisnis?" sapa pria itu sambil mendengus.
Sakura menghela napas malas, kepalanya yang sudah pening kini menunduk sebentar, lalu menatap pada segelas air putih yang disodorkan Itachi padanya.
"Minumlah, kau cukup mabuk."
"Tidak," kata Sakura, dia mendorong air putih itu, "Singkirkan itu. Air putih membuatku ingin muntah."
Itachi tertawa, "Alkohol yang membuat perutmu mual. Redakan sedikit dengan ini, lalu ayo keluar mencari minuman hangat."
"Kenapa kau tiba-tiba ada di sini?" tanya Sakura.
Itachi menatap wanita itu, melihat pada bahu telanjang Sakura yang terbuka dan melepas jasnya untuk menutupi hawa dingin yang mungkin akan membuat Sakura sakit, "Ino meneleponku, di mana dia...ah..." Itachi membuka mulutnya tanpa sadar saat melihat ke belakang Sakura dan mendapati Ino yang terlihat panas dengan seorang pria.
"Melihat Ino?" tanya Sakura kesal.
Itachi tertawa, "Sepertinya dia bersenang-senang," kata Itachi yang diangguki Sakura dengan cepat, "Kalau begitu ayo berdiri dan pulang. Kau harus bekerja besok pagi."
Namun belum sempat Itachi menarik wanita itu bangun, Sakura dengan cepat menenggak satu gelas alkohol yang tadi direbut Itachi.
Persetan, Sakura hanya ingin Sasuke menghilang sebentar dari pikirannya.
"Astaga," bisik Itachi, dia menghela napas melihat wanita itu kini menaruh kepalanya di meja sambil tertawa kecil, Sakura yang mabuk adalah sedikit hal yang tidak ia sukai dari wanita itu.
...
Atau mungkin tidak.
Itachi menahan napasnya ketika Sakura menarik kerah kemejanya ketika ia mendudukkan wanita itu di kursi belakang mobilnya.
Remasan tangan Sakura pada kerah bajunya, gravitasi yang membuatnya kalah karena rasa terkejut membuatnya jatuh dan hampir menindih Sakura jika saja tangannya telat menyentuh kaca mobil demi menahan bobot tubuhnya.
Napas wanita itu memanas, menyebar hingga seluruh wajahnya memerah. Alkohol mungkin menjadi pemicu utama dan Itachi semakin menggeram ketika jemari Sakura perlahan bergerak menuju tengkuknya. Menarikan satu persatu dalam sentuhan ringan yang membuat napasnya memberat.
"Kepalaku sakit sekali," bisik Sakura parau. Tangannya menarik bahu Itachi semakin mendekat sampai bibirnya menyentuh leher pria itu.
Hal yang tidak pernah Itachi duga akan terjadi dalam hubungan mereka adalah Sakura yang menggila.
Sakura yang mengenakan jasnya untuk membalut tubuh mungilnya.
Sakura yang rambutnya tersebar acak di dalam mobil miliknya dengan wajah memerah.
Sakura yang menusukkan kuku-kuku samar dan mulai menghirup aroma lehernya sampai tubuhnya berjengit.
Itachi tanpa perlawan menjadi meninggi. Gairahnya bangkit dengan cepat. Wanita itu bernapas dengan terputus-putus. Menyelusuri lehernya dengan kecupan acak. Tapi setiap sentuhannya membuat kepalan tangan Itachi mengerat. Dia menahan tangannya agar tidak menghantam kaca.
"Oh." Sakura tertawa, kini mendongak, wajahnya merah total, tawanya kacau dan wanita itu menyentuhkan telapak tangannya pada pipi Itachi, "Wah, kau sangat tampan dan terlihat lebih dewasa..."
Apa maksudnya?
"Tapi menjadi dewasa tidak berarti kau mampu membuatku kecanduan dengan ciumanmu kau tahu?" kata Sakura sambil mengetuk hidung Itachi tiga kali.
"Ciuman?"
Sakura mengangguk, "Ya. Ayo ciuman."
Seolah mendapat sebuah izin. Itachi menarik pinggang wanita itu, membawa tubuh Sakura untuk duduk dengan kedua kaki yang terbuka berada pada kedua sisi tubuhnya. Tangannya menutup pintu dengan cepat dan Itachi meraih tengkuk Sakura.
Membenamkan jemarinya pada rambut wanita itu yang jatuh. Memberi sedikit remasan dan merasakan miliknya berkedut karena gesekan dari Sakura yang tidak bisa diam.
Wanita itu berkali-kali hendak mencumbunya tapi Itachi menahan Sakura. Pria itu menatap tepat pada bola mata Sakura. Memastikan langkah apa yang harus ia lakukan?
Bagaimana tanggapan wanita itu ketika ia sadar? Bisakah Itachi menganggap kejadian tadi siang adalah pemicu pada ajakan berciuman yang kini ditawarkan wanita itu?
Sakura dan bibirnya yang terbuka.
Persetan! Itachi kembali meremas rambut Sakura dan mempertemukan bibir mereka dalam ciuman yang bergairah.
Ciuman yang membuat napas keduanya menyatu, ciuman yang membuat Itachi mengejar lidah wanita itu dengan serakah. Ciuman yang jauh dari kata tulus.
Hanya ada gairah pada keduanya. Dalam ruang tertutup dan parkiran yang sepi.
Sementara seseorang di luar sana menatap mobil itu dengan kedua tangan yang terkepal.
Amarahnya memuncak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Mommy [SasuSaku]
Fanfiction[21+] Katanya pria bisa mendapatkan uang dari para wanita kesepian. Yang Sasuke pikir kemungkinan adalah tante-tante berumur, tapi kesempatan datang tanpa bisa diduga bukan? Wanita itu kaya, tapi sombong. Yang lebih mengejutkan lagi, karena gengsi p...