Taruhan

2.3K 375 51
                                    

Lihat saja bagaimana bentuk bibir yang indah itu ketika tersenyum sampai menarik sudut-sudut matanya hingga menyipit.

Sakura tahu, pasokan oksigen perlahan menipis ketika langkah kaki pemuda di hadapannya berhenti tepat di depan wajahnya.

Pria muda itu menjulang tinggi, tapi dengan pongahnya dia menunduk dan mensejajarkan pandangan mereka sampai bola mata Sakura menatap tepat pada jelaga Sasuke.

"Menyingkir," bisik Sakura pelan, pun dengan seluruh sisa kekuatan yang ia punya. Tangannya mengepal di sisi tubuh dan wanita itu yakin saat ini wajahnya jelas-jelas memerah. Entah karena rasa malu atau marah, jelas. Sasuke seolah mempermainkannya.

Mengajaknya bermalam di hotel?

Sasuke memiringkan kepalanya, tidak ada vokal yang terucap tapi pria itu mengangkat salah satu alisnya. Jelas menunggu kalimat berikutnya.

"Kau mendengarku dengan sangat jelas." Tuhan, tolong tahan tangannya agar tidak melempar wajah pria tampan itu dengan tas atau sepatunya.

Sasuke tertawa pelan, lalu memundurkan wajahnya. Memberi napas pada wanita di hadapannya dan dia tersenyum kecil, "Suaramu terlalu kecil."

"Telingamu saja yang bermasalah," desis Sakura kesal. Padahal jelas-jelas ia sedang diolok-olok tapi apa-apaan hati nuraninya yang seolah berteriak, 'Ya, ayo kita cek in satu kamar bersama.' wanita itu menarik napas kasar.

Sasuke mengangguk dan menendang kerikil jalanan sembarang arah, melepaskan bola mata hitamnya pada hijau emerald yang dimiliki Sakura. Semata-mata murni untuk menjaga dirinya sendiri karena mata itu terlalu indah, terlalu cantik dan Sasuke tidak ingin membangunkan adik kecilnya. Di sini, di depan hotel, di jalanan.

"Sudah tidak ada kepentingan?" tanya Sakura selanjutnya, ketika pria itu menoleh padanya dia menghela napas, "Aku harus pulang. Hari sudah larut dan aku tidak ingin terlambat kerja besok pagi," kata wanita itu sambil berbalik dan meninggalkan Sasuke.

Sasuke dengan cepat mengejarnya, "Ah, benar. Besok aku harus datang ke kantormu dan bermalam di hotel akan sangat membuatku nyaman," langkah kaki mereka kini sejajar dan Sasuke tidak memperdulikan cara berjalan wanita itu yang semakin cepat seolah ingin menghindarinya, toh dia dapat dengan mudah mengejarnya bukan? "Untuk informasi aku terbiasa tidur di atas alas tipis beberapa waktu belakangan dan kasur hotel yang nyaman itu bisa menjadi bencana untukku. Jadi aku memutuskan untuk bermalam di tempatmu malam ini."

Sontak Sakura mematung, wanita itu dengan cepat berbalik dan menatap pada Sasuke dengan pandangan tidak habis pikir, "Lalu maksudmu tempatku tidak nyaman dan akan membuatmu bangun pagi?"

"Aw, kau kecewa untuk hal itu?" tanya Sasuke sambil meringis.

"Tentu saja, kau berkata seolah hotel mewah di belakangmu itu telah menyaingi tempatku," sengit Sakura. Dia melirik hotel di belakang Sasuke dan mendengus. Rumahnya jauh lebih nyaman dibanding hotel apapun dan pria di hadapannya mengatakan bahwa hotel itu bencana lalu menyepelekan dirinya? "Kuberitahu ya Sasuke. Rumahku adalah tempat istirahat terbaik di dunia. Kau akan menemukan dirimu bangun pada tengah hari atau mungkin malam karena terlalu nyaman. Kau paham?"

Sasuke tertawa, jelas tidak habis pikir dengan wanita di hadapannya, ketika ia membuat suatu alasan dan wanita itu meributkan hal yang jelas-jelas tidak terpikirkan olehnya.

"Sebenarnya aku tidak masalah jika harus terjaga sepanjang malam pun."

Sakura menatap sinis.

"Apalagi jika kau berada di atas pangkuanku."

Apa?

Sasuke menggigit bibirnya dengan cepat, bola mata hijau yang berapi-api, jelas berbeda dengan tatapan Sakura yang selama ini ia tahu, Sasuke menyukainya dan sialnya—astaga— adik kecilnya mulai bangun. Pria itu mengumpat kecil.

"Kau tidak mendengar perkataan ku barusan?" tanya Sakura.

Sasuke mengangkat alisnya, "Aku yakin hotel itu lebih nyaman dari rumah manapun, aku bisa membayangkan tidur seharian di sana dan dipecat dari kantormu karena membolos pada hari kedua."

"Tidak. Tempatku jauh lebih baik!"

Sasuke tertawa, "Kalau begitu bagaimana jika kita buktikan saja?"

...

"Sudah kau lakukan?"

Langkah kaki Uchiha Itachi berhenti di lorong mansion lalu melirik pada sang penguasa yang berjalan mendekat sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam jubah tidur yang tebal dan berwarna gelap.

Fugaku menatap putera sulungnya dengan alis terangkat yang meminta jawaban pasti.

Itachi menghela napas sejenak dan mengangguk, "Ya ayah, saya sudah memastikan sendiri Sasuke terusir malam ini," jawab Itachi, pria itu melirik pada pintu utama kediaman mereka dan mengangkat kedua bahunya ringan, "Kemungkinan dia akan pulang sebentar lagi?" ujarnya dengan nada tidak begitu percaya diri tapi jelas Sasuke akan pulang bukan? Mau pergi kemana dia tengah malam seperti ini?

"Atau mungkin tidak," sahut Fugaku sambil menghela napas dan menatap jendela besar di rumahnya yang menampakkan langsung langit gelap pada pukul satu malam, "Menurun dari siapa sikap keras kepalanya itu?" sengit Fugaku.

Tentu Itachi tertawa kecil, Fugaku dan Sasuke adalah dua orang yang jelas-jelas memiliki satu karakter yang sama.

Keras, egois dan tidak mau kalah.

Maka mudah bagi keduanya untuk pecah ketika adu argumen berlangsung lalu Sasuke yang merasa sudah memasuki usia dewasa memutuskan hidup seorang diri. Membiayai perut dan kuliahnya dengan berbagai macam pekerjaan part time yang Itachi yakin sangat menyiksa dan menyita waktunya begitu banyak.

"Tidurlah," ujar Fugaku ketika dia melewati Itachi dan menepuk pundaknya pelan, pria paruh baya itu sedikit mengangguk saat Itachi menatapnya.

"Pastikan untuk tidak mendebat apapun dahulu ketika dia kembali," ujar Itachi dengan nada mengingatkan, sampai Fugaku berhenti dan menatapnya, Itachi menarik napas kesal, "Tahan saja dulu. Saya akan membicarakannya dengan baik pada Sasuke."

"Terserah kau."

...

Setelah Fugaku berbalik menuju lorong ke kamarnya, Itachi melangkahkan kedua kakinya menuju ruang tengah.

Televisi masih menyala dan pria itu menatap pada Shisui yang menurunkan ponselnya begitu melihat Itachi.

"Menyelesaikan tugas?" tanya Shisui dengan senyuman miringnya.

Itachi mengangguk malas dan mendudukkan dirinya di kursi tepat di hadapan Shisui sambil menghela napas, "Berharap saja adik bodoh itu benar-benar pulang malam ini."

Shisui tertawa.

"Jika Sasuke tidak juga pulang, kupastikan pak tua Fugaku akan terus menerorku dan seluruh pekerjaanku akan terbengkalai."

"Bertengkar tentang apa memangnya mereka berdua?" tanya Shisui dengan alis terangkat.

Itachi mendengus, "Seperti biasa. Ayah meminta Sasuke untuk mendekati anak rekan bisnisnya," sahut Itachi sambil memutar bola mata dan menatap Shisui, "Ya. Seperti dugaanmu. Sasuke jelas menolak."

Shisui tertawa kecil, "Sudah kau ajak bicara? Mana tahu anak rekan bisnisnya baik? Seperti kau dan Izumi?"

Itachi menatap Shisui sambil mendengus, "Sudah kukatakan bukan? Aku tertarik pada Haruno Sakura? Jadi sebaiknya kau siapkan dokumen untuk besok, kita akan mulai membahas kerja sama dengannya. Jangan mengacaukan apapun brother."

...

To be continue...

Sugar Mommy [SasuSaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang