"Izumi! Di sini!" teriak Naruto ketika pintu kafe terbuka.
Dengan cepat Sai menoleh ke arah seorang gadis yang berjalan masuk dan Sasuke mengangguk pelan pada Izumi yang bergabung bersama mereka.
"Bagaimana?" tanya Naruto kemudian.
Izumi tersenyum kecil sambil membuka tasnya, "Aku sudah membuat form untuk kuesioner yang akan kita kerjakan nanti, juga website yang bisa disebar untuk pilihan kedua," gadis itu menaruh laptopnya di meja dan membukanya. Seluruh temannya mulai menatap pada hasil yang Izumi buat, "Juga jadwal dengan Pak Kakashi, pekan depan. Kuharap salah satu dari kalian bisa mendatangi beliau."
Sasuke mengangguk, matanya menatap pada layar laptop dan mengangguk, "Berapa responden yang kira-kira akan kita butuhkan?"
"Lebih banyak lebih baik bukan?" tanya Sai.
Sasuke melirik sinis, "Iya jika kau memiliki waktu untuk berkeliaran di jalan dan meminta orang-orang untuk meluangkan waktunya."
"Aku tampan? Setiap orang yang aku datangi pasti akan setuju untuk memberikan waktu sebanyak apapun bukan?" seloroh Sai sambil tersenyum kecil.
Izumi tertawa, "Tapi kita butuh lebih banyak responden pria, Sai."
"Ada kau? Apa susahnya?"
Dengan cepat Naruto memukul kepala Sai, "Izumi sudah susah payah membuat ini dan mengatur jadwal dengan Pak Kakashi. Kau tidak tahu betapa susahnya mengatur jadwal dengan dosen yang sering tersesat itu hah?"
Sai meringis.
Sasuke mencondongkan tubuhnya sedikit sampai tidak sadar bahunya menyentuh bahu Izumi, "Biar aku saja yang menemui Pak Kakashi. Semua pertanyaan ini sudah benar? Ada yang ingin dikoreksi atau ditambahkan?" tanya pria itu sambil menoleh pada Izumi.
Izumi dengan cepat menarik napas dan menggeleng, gadis itu melirik pada Naruto yang tertawa, "T-tidak. Sudah ini saja."
"Oke."
"Terimakasih Izumi, berkat kau tugas ini jadi ringan. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi dengan nilaiku jika hanya bekerja bersama dua pria pemalas ini," ujar Naruto dengan nada pelan.
Izumi meringis sementara Sai menatap jengkel.
"Bukankah kau juga sibuk mengencani para wanita eh?" sengit Sai.
Naruto tertawa, "Mau bagaimana lagi, aku butuh uang?"
"Memang mengencani wanita bisa memberimu uang?" tanya Izumi cepat.
Naruto, Sai dan Sasuke saling melirik.
"Ah, tidak. Bukan itu maksudku," jawab Naruto cepat.
Sai menimpali, "Mengencani... Maksudku... Naruto menjadi babu, yah. Semacam pesuruh. Begitulah, mengerti bukan?"
Izumi menatap bingung lalu menoleh pada Sasuke yang menghela napasnya pelan. Pria berambut hitam legam itu menulis sedikit ringkasan yang ia catat di laptop ke dalam buku agendanya.
Andai saja, andai saja pria itu adalah Sasuke.
"Pekan depan pukul berapa?" tanya Sasuke tiba-tiba.
Izumi tersentak dan berdehem pelan, "Pukul sepuluh pagi, aku akan mengirimkan nomer ponsel Pak Kakashi nanti."
Sasuke mengangguk.
"Omong-omong Izumi," bisik Naruto pelan, mata birunya menatap pada Izumi yang mengangkat alisnya, "Berkelompok dengan kami memang teman wanitamu kenapa? Kalian bertengkar lagi?"
Mendengar kata bertengkar yang Naruto ucapkan dengan cepat Sasuke melirik, "Bertengkar?" tanyanya sambil menatap Izumi, "Dengan Karin?"
"Oh tidak," jawab Izumi cepat, "Untuk tugas ini kami berbeda pendapat saja, jadi Karin bersama yang lain. Kami baik-baik saja, sungguh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Mommy [SasuSaku]
Fanfic[21+] Katanya pria bisa mendapatkan uang dari para wanita kesepian. Yang Sasuke pikir kemungkinan adalah tante-tante berumur, tapi kesempatan datang tanpa bisa diduga bukan? Wanita itu kaya, tapi sombong. Yang lebih mengejutkan lagi, karena gengsi p...