Si kembar

2.3K 342 33
                                    

"Katakan saja sejujurnya, siapa anak itu?" sengit Sasori.

Sakura memutar bola matanya malas, sungguh. Pria bermata hazel itu terus menerus menanyakan hal yang sama sejak Sasuke memasuki kamarnya pukul empat tadi pagi.

"Anak siapa?" tanya Gaara bingung. Jadenya menatap antara Sakura dan Sasori, "Sakura membawa seorang anak?"

Sasori menyipitkan matanya pada Gaara, "Ya. Pria muda berusia sekitar dua puluh tahun."

"Oh astaga." Gaara tertawa, "Jadi Sakura kita sudah berani membawa seorang pria?" tanya Gaara dengan sikap menggoda.

Jika Gaara menunjukkan rasa sukanya pada Sakura Haruno dengan sebuah kenyamanan, maka Sasori menunjukkannya dengan sikap yang lebih protektif dan terkadang Sakura jengah dengan hal itu.

"Tidak, dia bukan pria," sanggah Sasori, "Dia bocah! Kau tahu bocah? Perbedaan usia mereka bahkan bisa saja melebihi sepuluh tahun bukan?"

"Dan kau menyinggung soal umurku sekarang?" sengit Sakura. Kesal. Mata hijaunya menatap sinis. Dia menghentikan langkahnya dan menatap Sasori juga Gaara yang berdiri di hadapannya, "Kenapa tidak kau katakan dengan jelas kalau aku wanita tua yang tidak laku hah sialan?"

"Tidak," sela Sasori cepat, "Bukan itu maksudku Sakura." Sasori menatap panik, dia menarik napas dalam dua detik cepat dan berusaha mengulas senyum, "Ini tentang anak itu, bukan kau. Sedikitpun aku tidak berniat menyinggung mu."

"Tidak, itu memang yang dia maksud," sahut Gaara dengan cepat. Bibirnya menyeringai melihat pada Sasori yang kini melemparkan tatapan tajamnya. Gaara tertawa dan hendak mengalungkan lengannya pada bahu Sakura sampai dengan sebuah tangan menahannya.

Ketiganya tersentak dan seketika menoleh ke belakang. Tepat pada seorang pria muda yang menyeringai.

"Mohon maaf tuan, tolong jaga tangan anda untuk tidak menyentuh bahu seorang wanita sembarangan," kata Sasuke dengan nada menekan yang berat.

Sakura tentu kaget luar biasa. Apa-apaan waktu yang tidak tepat ini? Pertengkaran mereka belum selesai dan Sakura yakin, kehadiran Sasuke jelas menambah sebuah masalah baru.

Gaara mendengus sinis dan melepaskan lengannya yang dicengkram Sasuke dengan satu hentakkan kuat sambil mendesis, "Oh dia?" tanyanya tanpa melihat pada Sasori.

Sasori memicingkan mata, berapa kali pun dia melihat Sasuke rasanya darahnya mendidih, terutama jika mengingat posisi keduanya di sofa tadi pagi.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Sasori sengit.

Sakura menarik napas.

"Menyelamatkan majikanku dari pria-pria seperti kalian, apa lagi?" tanya Sasuke sambil terkekeh.

Gaara menarik napas pelan, "Pergilah bocah," desisnya sinis. Batinnya terus meneriakkan kalimat jangan marah ke otaknya agar fungsi otot di kepalan tangannya tidak mengerat.

"Anda bukan siapa-siapa yang bisa menyuruh saya tentang satu dan dua hal." Sasuke berujar dengan nada meremehkan.

"Liatlah bocah kurang ajar ini. Apa kau tidak diajarkan sopan santun?" sengit Sasori.

Sasuke tertawa, "Ah, sopan santun ya?" tanyanya sambil melirik Sakura yang sedang mengurut pangkal hidungnya pening, bibirnya tersungging pelan, sopan santun dan Uchiha Fugaku bukan kombinasi menarik bukan? "Saya diajarkan untuk mendapatkan apa yang saya mau," katanya pelan, bola matanya melirik antara kedua pria berambut merah di hadapannya dan juga retina hijau Sakura yang perlahan bergulir padanya, Sasuke berujar pelan, "Tanpa terkecuali."

Sakura membeku. Tatapan tajam itu, gabungan antara ketegasan dan kelembutan yang membaur. Lalu ingatan soal bibir mereka yang sempat bertemu membuat telinganya seketika memerah. Degup jantungnya perlahan naik. Tidak, Sakura tidak boleh membiarkan pikiran liarnya tidak terkendali saat ini, terutama di hadapan pria-pria di depannya.

Sugar Mommy [SasuSaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang