9. I dream of "Art"

58 10 35
                                    

____________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________

Apa pendapat kalian tentang seni?

Seni memiliki banyak macam juga arti. Mulai dari seni lukis, seni musik, seni tari, dan masih banyak lagi. Jika kehidupan digambarkan layaknya seni. Maka luka adalah bagian pelengkapnya yang membuat seni itu terlihat indah dan memiliki artinya sendiri.

Namun beberapa orang hanya memercayai apa yang mereka ingin lihat---tidak seperti seni, hanya beberapa orang saja yang akan paham.

Pendapat setiap manusia berbeda mengenai seni. Mereka juga memiliki pilihan sendiri terhadap seni. Sama seperti kehidupan manusia, mereka lebih suka membandingkan nasib satu sama lain. Seolah luka siapa yang paling parah adalah wujud seni yang luar biasa mahal---tak bisa dimiliki oleh siapa pun. Padahal, porsi masalah seseorang jelas sesuai takaran. Mereka tak bisa menilai seni mau pun luka kehidupan lewat satu sudut pandang.

Seperti kehidupan seorang Izumi Fay Maheswari. Semua orang memandang baik keluarganya karena perusahan Izumi Entertainment yang selalu berada di urutan 10 besar perusahaan terkenal berhasil se-Asia. Tanpa tahu di balik para seniman juga aktris yang mereka miliki, ada banyak borok yang ditutupi sebegitu rapinya.

"Dasar jalang!" umpat Fay sembari menjambak rambut siswi yang bersimpuh di bawahnya, kemudian mendorong paksa kepala siswi tersebut ke dalam kloset duduk yang airnya sengaja ia nyalakan. Mereka berada di dalam salah satu bilik kamar mandi sekolah. Wajah Fay memandang benci siswi dengan nama dada Dewi Sri itu.

"Enak, kan? Lo minum tuh air toilet!"

Fay menarik kembali rambut Dewi hingga gadis itu mendongak dengan wajah yang sudah basah kuyup. Mata gadis itu sudah berkaca-kaca memandang Fay dengan binar ketakutan, rambutnya juga sudah berantakan akibat jambakan tangan dari si rambut sebahu itu. Fay mendekatkan wajahnya, menatap netra Dewi lamat-lamat. "Coba ulang sekali lagi. Gue mau denger langsung dari mulut lo."

Dewi menghela napas gemetar. "Maaf, Fay. Gue gak maksud ngomongin lo."

Fay merotasi bola matanya muak. "Gue gak butuh maaf dari lo, perek!" Lantas kembali mendorong kepala Dewi ke dalam kloset.

Dewi sempat memberontak karena tak bisa bernapas dengan normal. Ia sudah menangis tersedu karena ketakutan. Berusaha berteriak minta ampun membuat beberapa air masuk ke dalam tenggorokannya.

Fay kembali menarik kepala gadis itu. "Lo bilang apa? Lo bilang nyokap gue jual diri? Ngaca, anjing!" Jambakan tangannya beralih menampar pipi mulus Dewi hingga menampakkan semburat merah. "Segala ngejelek-jelekin Izumi Ent. Lo mau gue laporin karna pencemaran nama baik, hah?" Napas Fay terlihat terengah akibat emosi.

"Fay, maaf," lirih Dewi. Bulir di matanya tak henti mengalir. "Maaf jangan laporin gue. Gue bener-bener minta maaf. Gue cuma kemakan berita."

"Lo tau itu berita sampah! Tapi seenaknya lo ngomongin hal yang belum tentu bener. Sampah!" Satu tamparan kembali lolos, lebih keras. "Sekali lagi gue denger lo ngomongin hal-hal tentang gue atau keluarga gue. Abis lo! Bukan cuma lo yang bakal gue buat cacat, tapi keluarga lo juga." Kemudian Fay membuka bilik toilet secara kasar, dan meninggalkan Dewi yang masih merutuki nasibnya sendiri.

FANTASYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang