2. I dream of "Friend"

104 27 192
                                    

____________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________

Gaffi membuka kotak bekal persegi berwarna transparan miliknya yang ia letakkan di atas meja kantin. Sembari matanya mengawasi sekitar, bisa dibilang netranya fokus pada gadis bernama Johara yang sayangnya berteman dengan gadis berambut pendek dengan poni yang tadi pagi sempat menjambak rambut Gaffi.

Gaffi menarik napas dalam-dalam sampai aroma roti bakar dengan isi selai coklat dan strawberry itu memasuki daya napasnya. Ia tersenyum sumringah, seperti anak kecil usia 5 tahun kala membuka bekal yang dibuat sang Bunda. Bedanya, bekal Gaffi ini Bi Murni yang menyiapkan.

Pemuda itu melahap satu roti bakar hingga pipinya menggembung. Netranya bergulir mencuri pandang ke arah meja sang target yang hanya berjarak 2 meter dari tempatnya duduk. Sekedar mengawasi tidak begitu sulit pikir Gaffi. Lagian orang gila mana yang menyewa anak muda dengan gaji 90 juta untuk mengawasi putri sematawayangnya yang hidup dengan bahagia di sekolah?

Tentu saja, Damian Baskoro.

"Heh, Hansa!"

Teriakan ngebass itu membuat atensi Gaffi beralih pada sosok yang baru saja memasuki kantin. Sosok pemuda---bisa dibilang cukup kurus, tidak terlalu tinggi atau pendek---berkulit pucat bak patung berjalan. Cara dia memakai seragam benar-benar rapi, begitu juga dengan tampangnya. Gaffi bahkan tidak menemukan secuil kehangatan dari pemuda itu. Pemuda pucat, cukup tampan---meski masih lebih tampan Gaffi---tanpa ekspresi, tatapannya begitu datar dan dingin. Jika Gaffi hidup di dunia fantasi, dia akan mencurigai pemuda itu sebagai vampire.


"Lo, kan, anak orang kaya. Bayarin makan temen-temen gue sana!" ucap pemuda berwajah tengil dengan kulit sawo matang. Ia menunjuk meja yang katanya diisi oleh teman-temannya. Kurang lebih ada 9 siswa di sana, tapi yang menonjol hanya pemuda itu, dan satu lagi yang berambut keriting, tengah tersenyum bak iblis dari neraka.

Gaffi hanya menonton sembari melanjutkan menyantap roti bakarnya dengan hikmat.

Sementara pemuda bernama Hansa itu masih mempertahankan wajah datarnya, melirik sekilas dan sama sekali tak menggubris ocehan dari si siswa pemalak, kemudian lanjut berjalan begitu saja seolah tak pernah ada yang mengajaknya bicara.

"Najis! Belagu banget, tolol!" umpat pemuda tadi kesal. Ia menarik lengan Hansa kasar. Sedangkan yang berambut keriting menendang pangkal kaki Hansa sampai pemuda itu terjatuh.

"Mampus! Rasain tuh! Makanya jadi orang jangan belagu," ucap si rambut keriting. "Mentang-mentang orang kaya. Lo pikir kita semua bakal tunduk dan takut sama lo? Cih!"

FANTASYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang